– Misteri Pembunuhan di Lift yang
Bergerak –
Setelah kedua karyawan lain itu pergi, Ooba-san mendekati Tatsumi-san. Mereka berdua ternyata sepasang kekasih. Ooba-san protes karena Tatsumi-san terlambat.
Shinichi yang
terpisah dari Ran berhasil memecahkan kode pada kasus sebelumnya. Ia masuk ke
ruang putih sebelahnya, dan menemukan ponsel Ran dengan nomer tidak dikenal
memanggil.
Lampu tiba-tiba
menyala. Shinichi dikagetkan oleh kostum boneka yang tiba-tiba ada di depannya.
Sebuah panel sentuh pun muncul. Sebuah tanggal dan enam kotak putih.
17 September
2010, Gedung Pusat kota Beika, lantai 38
Seorang presdir perusahaan
game terkemuka, Tatsumi Taiji berjalan bersama ketiga anak buahnya menuju lift
khusus perusahaan di gedung itu. Hari itu sebenarnya diadakan pesta dalam rangka
perayaan dalam memperkenalkan karakter baru dari game yang diluncurkan perusaan
itu, tapi presdir memilih untuk pulang karena tidak enak badan. Ia menyerahkan
perayaan itu pada anak buahnya itu.
Tidak lama
kemudian, Tatsumi Sakurako, putri sang presdir datang. Ia menanyakan ruangan
tempat pesta berlangsung.
“Nona dan aku
akan memberikan sambutan di pesta nanti, jadi bisakah kalian lebih dulu saja?”
pinta sang direktur game, Ooba Satoru, yang diiyakan oleh karyawan yang lain.
Setelah kedua karyawan lain itu pergi, Ooba-san mendekati Tatsumi-san. Mereka berdua ternyata sepasang kekasih. Ooba-san protes karena Tatsumi-san terlambat.
“Maaf, tadi aku
agak terhambat. Tapi lebih penting, apa kau sudah mengatakan pada papa soal
hubungan kita?” Tanya Tatsumi-san.
Ooba-san
mengiyakan. Tatsumi-san tersenyum senang dan memeluk Ooba-san.
“Sebagai
gantinya, maukah kau memberikan ciuman sebagai hadiahnya?” pinta Ooba-san.
Tatsumi-san
mengiyakan permintaan Ooba-san tanpa curiga sama sekali. Tanpa diketahui, pintu
lift dibelakang Tatsumi-san dibuka, dan presdir yang ternyata masih ada di lift
itu . . . ditembak.
Suara dari ruang
pesta terdengar. Ooba-san dan Tatsumi-san beranjak dari depan lift.
“Sepertinya
pesta sudah dimulai.”
“Sebelum pesta .
. . ini hadiah. Ini kalung mutiara pink yang akan cocok dengan anting yang kau
gunakan,” ucap Ooba-san sambil menyentuh anting yang digunakan oleh
Tatsumi-san.
Di lantai yang
sama, Shinichi ternyata mengajak Ran untuk makan malam disana.
“Hei, apa tidak
apa-apa? Bukankah disini mahal?” protes Ran sambil berbisik.
“Itu tidak
apa-apa. Jangan dipikirkan,” elak Shinichi menanggapi protes Ran.
“Kau ini
benar-benar . . . “
“Aku lebih dari
anak yang disia-siakan orang tua yang lebih suka pergi keluar negeri,” ucap
Shinich kemudian.
“Dan? Apa yang
ingin kau bicarakan? Itu bukan permintaan yang tidak masuk akan kan?” selidik
Ran. “Kau membuat reservasi di restoran seperti ini . . . “
“Itu . . .
karena aku mendapat tiket diskon. Yang ingin aku katakan padamu adalah . . . “
Ran memotong
ucapan Shinichi, “Aku tahu, pasti sulit mengatakannya . . . tapi laki-laki yang
mengatakannya dengan jujur, itu baru laki-laki. Kau lupa tidak membawa dompetmu
kan?” tembak Ran.
“Huh?” Shinichi
kaget dengan ucapan Ran.
“Eh, aku salah?
Dari tadi kau tampak berkeringat dan gelisah, jadi . . . “
“Sebenarnya, kau
benar. Itu tidak mungkin, iya kan?!” kali ini Shinichi yang mengingkarinya
sendiri.
“Eh?” Ran heran.
Shinichi
melanjutkan kalimatnya, “Karena ada hal yang ingin aku katakan padamu . . .
itulah kenapa aku mengajakmu makan malam . . . itu . . . itu untuk mengatakan
kalau . . . “
Kyaaaa!!! Suara teriakan memotong kalimat
Shinichi.
Shinichi
berusaha untuk tidak teralihkan perhatiannya, “Jadi, yang ingin aku katakan . .
. “
Orang-orang di
sekitar Ran dan Shinichi ribut. Ternyata ada seseorang yang terbunuh di lift.
Presdir perusahaan game yang juga ada di gedung ini.
“Jangan paksakan
diri. Tidak bisa apa-apa kan kalau kau sudah tertarik oleh kasus,” ucap Ran
kemudian.
“Tidak . . . “
“Cepat pergilah,
tuan detektif.”
“Maaf. Aku akan
segera kembali,” Shinichi lalu pergi tanpa sempat menyelesaikan kalimatnya.
Sepeninggal
Shinichi, Ran termenung sendiri. Ia memikirkan apa yang sebenarnya ingin
dikatakan Shinichi padanya tadi.
Detective Sato
dan detective Takagi sudah tiba di tempat kejadian. Mereka memeriksa mayat itu.
Seorang presdir perusahaan game berusia 58 tahun, Tatsumi Taiji-san. Mereka
berdua berasumsi kalau presdir itu dibunuh dengan motif uang. Seseorang sengaja
menunggu keadaan sepi dan kemudian membunuh presdir itu.
“Aku pernah
mendengar kasus serupa di gedung ini juga dari inspektur Megure sebelumnya . .
. “ gumam detective Sato.
“Maaf, tapi
kasus ini tidak memiliki motif karena uang. Jika motifnya adalah uang, dan dia
menggunakan senjata . . . pelaku lebih baik membawa orang ini ke tempat yang
lebih sepi. Jadi jika itu dilakukan di lift, itu tempat terburuk. Lagipula . .
. ada yang aneh dengan pakaian korban. Bukankah kalian berpikir begitu juga?”
“Kudo-kun?!”
detective Sato dan Takagi heran tiba-tiba ada Shinichi disana.
“Ran dan aku
makan malam disini,” papar Shinichi.
“Bisakah anak
SMA kencan di gedung . . . dengan restoran mahal disini?” detective Takagi
heran.
“Itu . . . itu
alasannya kami memilih disini,” elak Shinichi.
“Papa!” seorang
wanita mendekat sambil berteriak. Dia Tatsumi Sakurako, putrid sang presdir.
“Kyaaa!”
“Kalian bertiga
yang terakhir bertemu dengan korban?” selidik detective Sato.
Ooba-san dan
kedua karyawan lain mengiyakan. Setelah itu putri presdir datang.
“Jam berapa
waktu itu?” Tanya detective Sato lagi.
“Sekitar 8 lewat
30. Tidak salah lagi,” ucap Tatsumi-san.
“Tapi bagaimana
kau tahu? Anda tidak mengenakan jam tangan,” ucap detective Takagi.
“Aku melihat
dari jam tangan Ooba-san. Ketika ia memegang antingku,” cerita Tatsumi-san.
Investigasi
dilanjutkan. Shinichi curiga bagaimana Tatsumi-san bisa tahu dari jam tangan
Ooba-san. Ooba punya jawabannya. Karena jam tangannya adalah model yang dapat
berpendar dalam gelap (luminescence clock).
“Bukankah itu
aneh, bagaimana ia bisa melihatnya, kalau ia menyentuh anting Tatsumi-san
seperti ini?” Shinichi memperagakan cara menyentuh anting sebelah kanan
Tatsumi-san dengan tangan kirinya.
“Kau bodoh,
kalau kau menyentuh antingnya dari sisi ini, dia bisa melihatnya kan?” Ooba-san
memindahkan tangan kiri Shinichi ke anting sebelah kiri Tatsumi-san.
“Ooh, tapi
bukankah lebih mudah menyentuh antingnya itu dengan tangan kanan? Atau kau
tidak bisa melakukannya dengan tangan kananmu . . . “ pancing Shinichi.
“Kau menuduh
kalau di tangan kananku ada senjata, huh?” elak Ooba-san.
“Senjata? Aku
tidak pernah mengatakan apapun mengenai hal itu,” Shinichi semakin curiga.
“Hal penting apa
yang ingin dikatakan Shinichi? Mungkinkah dia akan mengatakan . . . kalau berat
badanku bertambah? Tapi dia tidak perlu mengajak makan malam seperti ini kalau
hanya ingin mengatakan hal itu . . . “
Ran yang
ditinggal sendirian masih termenung. Ia bahkan menolak menu penutup yang
dibawakan pelayan dengan alasan masih menunggu partnernya kembali. Pelayan itu
tersenyum. Ran heran.
“Itu seperti
kisah legendaries 20 tahun yang lalu. Meja dan kursi yang sama persis pula.
Pasanganmu itu pasti tahu tentang cerita itu. Seorang lelaki muda yang
meninggalkan pasangannya karena mendengar teriakan. Kemudian kembali setelah
menyelesaikan kasus yang terjadi dan kemudian mengatakan sesuatu pada
pasangannya. Ia melamarnya, lamaran,” ucap si pelayan sumringah.
“La . . .
lamaran?!” Ran kaget.
“Semoga sukses,”
ucap pelayan itu lalu beranjak pergi.
“Jangan-jangan
Shinichi . . . ah tidak mungkin,” Ran bergumam sendiri.
Shinichi masih
mencurigai Ooba-san. Tapi Tatsumi-san mengelak, ia mengatakan kalau tidak
mungkin Ooba-san yang melakukannya, karena ia menghabiskan waktu bersama dengan
Ooba-san.
Polisi lain
masuk, ia melaporkan kalau mereka menemukan senjati api dengan peredamnya dan
selongsong peluru kosong di tempat sampah di lantai 38 ini. Shinichi
menyimpulkan kalau pelakunya benar Ooba-san. Tapi Ooba-san masih saja mengelak.
“Kalau begitu,
periksa saja apa ada bekas bubuk mesiu di bajuku ini,” tantang Ooba-san.
Ooba-san lalu
pergi bersama beberapa polisi yang lain untuk memeriksa serbuk mesiu di lengan
bajunya. Shinichi mendekati Tatsumi-san.
“Apa kalian
berdua berciuman?” tembak Shinichi.
“Eh?”
Tatsumi-san kaget, dan merasa Shinichi sudah mengatakan hal yang tidak sopan
padanya.
“Mamaku pernah
mengatakan, wanita memperbaiki lipstiknya karena dua hal, setelah makan dan
berciuman,” cerita Shinichi kemudian. “Dan . . . jadi, bagaimana dia
melakukannya?”
“Bagaimana?” Dia
meletakkan tangannya seperti ini . . . “ Tatsumi-san memperagakan cara Ooba-san
tadi menciumnya. Ia melingkarkan tangan Shinichi ke lehernya.
“Tidak, tidak,
tidak ! Kudo-kun!” detective Takagi yang melihatnya heboh sendiri.
“Waktu itu, kau
membelakangi lift? Dan kalian melakukannya sembunyi-sembunyi selama ini?”
selidik Shinichi.
“Ya, begitulah.
Kami juga berjanji bertemu di tempatnya malam ini,” jawab Tatsumi-san.
Tatsumi-san lalu
beranjak pergi bersama karyawan yang lain. Tapi Shinichi menahannya.
“Satu pertanyaan
lagi, nona. Apa anting yang kau gunakan malam ini juga hadiah dari Ooba-san?”
Tanya Shinichi.
“Sayang sekali,
kali ini kau keliru. Anting ini baru saja aku beli sebelum datang ke gedung
ini, jadi ini bukan hadiah,” elak Tatsumi-san.
Polisi kembali
mendapat laporan dari staf perusahaan, kalau Ooba-san sempat melepas jasnya
untuk berganti dengan kostum kartun yang diperkenalkan sebagai karakter baru
game yang diluncurkan perusahaan itu.
“Direktur
Ooba-san berkedip berulang kali.”
“Dia bekerja
keras agar kakakter baru itu menjadi terkenal.”
“Tapi dia
melakukannya berulang kali, akhirnya jadi membosankan juga.”
Shinichi lalu
memeriksa kostum itu. Ia menemukan beberapa hal. Detective Sato mendapat
laporan kalau tidak ditemukan bekas bubuk mesiu di jas yang digunakan oleh
Ooba-san.
“Ah kalau
begitu, modusnya adalah uang. Periksa semua orang yang masuk ataupun keluar
dari gedung ini, segera!” perintah detective Sato kemudian.
“Tidak . . . itu
tidak perlu. Pelakunya sudah di tangan kita. Jadi bisakah kita sekarang
menunjukkan kebenarannya?” pinta Shinichi.
Ooba-san masih
saja mengelak tuduhan yang dilontarkan. Begitu pula Tatsumi-san yang memberikan
pengakuan kalau ia bersama Ooba-san terus menerus, jadi tidak mungkin ia
pelakunya.
“Aku tidak
meragukan kalau kau terus bersama dengan Ooba-san. Kejadian yang sesungguhnya .
. . ada di depanmu.” Shinichi memperagakan saat Tatsumi-san hendak dicium oleh
Ooba-san. “Waktu itu . . . ketika kau, Tatsumi-san, menutup mata dan berada di
depan elevator untuk berciuman dengan Ooba-san. Seperti ini, melingkari
kepalamu dengan tangan kirinya dan menutup telingamu . . . dia menciummu sambil
menekan tombol lift . . . waktu ketika pintu lift terbuka . . . ayahmu ditembak dengan senjata berperedam.”
“Meskipun
menggunakan senjat berperedam, tapi dalam jarak sedekat ini, bukankah
seharusnya dia menyadarinya?” elak detective Sato.
“Keadaan waktu
itu, tepat ketika pesta dimulai. Sehingga jika dikombinasikan dengan caranya
menutup telinga Tatsumi-san, maka Tatsumi-san tidak akan menyadarinya,” jelas
Shinichi.
“Ada yang aneh
dari kesimpulanmu,” elak Ooba-san. “Kenapa presdir masih ada di lift, padahal
dia telah berniat untuk pulang. Tidak mungkin kan ia sengaja berada di dalam
lift hanya untuk ditembak olehku.”
“Tentu saja.
Presdir memang tidak berniat pulang. Karena dia berencana untuk membuat kejutan
dengan muncul kembali dari kostum kartun yang akan diperkenalkan dalam pesta
itu. Dan mungkin saja, kaulah yang mengusulkan hal itu pada presdir. Jadi
alasan kenapa pakaian korban aneh, adalah karena ia bersiap untuk melepas
jasnya dan berganti kostum kartun itu. Dan lagi pula, lift ini adalah lift
khusus milik perusahaan game, jadi Ooba-san sudah memperkirakan kalau tidak
akan ada yang menggunakan lift ini,” papar Shinichi.
“Hei, bukankah
sudah dibuktikan kalau dari pakaianku, tidak ada jejak serbuk mesiu, huh?”
Ooba-san masih saja mengelak.
“Bukankah kau
berkedip ketika kau menggunakan kostum kartun itu? staf perusahaan yang
mengatakan padaku. Kau berkedip bukan dalam rangka menjadi populer, tapi untuk
menyembunyikan sesuatu di dalam kostum ini,” Shinichi mengeluarkan plastic
berisi beberapa kantong sekaligus dan sarung tangan. “Kantong plastic dan
sarung tangan ini kau gunakan untuk melindungi lenganmu dari serbuk mesiu.”
“Kalau dia
melakukan itu, bukankah Tatsumi-san pasti akan menyadarinya?” protes detective
Sato lagi.
“Kalau
keadaannya begini . . . (seorang staf mematikan lampu). Maka Tatsumi-san tidak
akan menyadari apa yang dilakukan oleh Ooba-san. Setelah memberikan hadiah
untuk Tatsumi-san, tanpa berpisah darinya, kau membuang senjata berperedam itu
di tempat sampah yang ada di dekat toilet.”
“Dan lagi, pasti
terbukti ada bekas sidik jarimu di kantong itu,” lanjut Shinichi.
Ooba-san
tersenyum, “Kalau begitu aku beruntung, karena tidak hanya aku yang memegang
kantong itu. Tapi juga staf lain disana,” Ooba-san menolah ke arah seorang
staf.
“Benar. Aku juga
memegangnya. Karena direktur Ooba-san mengatakan itu bagian penting dari
kostum,” ucap staf tadi.
“Keimpulanku,
ada orang yang memang iri padaku dan sengaja melakukan semua ini untuk
menjebakku,” elak Ooba-san lagi. “Jadi detektif, berhentilah mengatakan hal
tidak masuk akal seperti itu. Bukankah tiap tuduhanmu, pasti bisa aku jawab
dengan logis, huh?”
“Mutiara pink .
. . bukankah kau mengatakan kalau hadiah kalung mutiara pink itu akan cocok
dengan anting yang digunakan oleh Tatsumi-san. Bagaimana kau bisa mengatakan
hal itu?” Tanya Shinichi.
“Bodoh. Dengan
hanya melihatnya tentu saja . . . “ucapan Ooba-san terputus ketika melihat ke arah
anting yang dikenakan Tatsumi-san.
“Anting itu baru
saja dibeli Tatsumi-san sebelum datang ke gedung ini. Jadi ini pertama kalinya
kau melihatnya. Di tempat yang nyaris gelap seperti ini . . . anting yang
dikenakannya hanyalah sebuah bola hitam. Dan tidak mungkin mengetahuinya kalau
itu adalah pink, kecuali . . . cahaya datang dari lift yang terbuka dan kau
bisa melihat warna aslinya. Bagaimana kau menjelaskan hal ini, Ooba-san? Untuk
alasan apa kau membuka pintu lift ini?” Shinichi membuka pintu lift.
“Kenapa aku
membuka pintu lift? Ada jawaban sederhana untuk hal itu. Aku berjanji untuk
membalaskan dendam ayahnya pada Tatsumi-san. 20 tahun yang lalu, Tatsumi-san
mendekati ayahku yang merupakan pemilik perusahaan game. Dia menawarkan merger
yang ternyata adalah pengambilalihan. Ayahnya menjadi wakil presdir yang hanya
status saja. Karena itu, ia bunuh diri dan membuatnya seolah dilakukan oleh
Tatsumi-san. Tapi . . . seorang lelaki muda dengan kemampuan mengesankan
seperti mala mini . . . yang menghancurkan semuanya,” cerita Ooba-san kemudian.
“Ooba-san,
bukankah selama ini papa sangat baik padamu?” protes Tatsumi-san.
“Ya, dia baik
padaku karena merasa berhutang pada ayahku. Tapi sepertinya, aku tidak akan
mengalami akhir yang sama dengan ayahku,” Ooba-san mengakhiri ceritanya dan
menyerahkan diri pada polisi.
“Oh, aku ingat!”
seru detective Sato kemudian. “Kasus 20 tahun yang lalu, yang pernah
diceritakan oleh inspektur Megure padaku, itu . . . Kudo Yusaku. Akhir yang
menyedihkan ya, diselesaikan oleh dua generasi, Kudo Yusaku dan Kudo Shinichi.
Benar kan Shinichi?”
Detective Sato
melihat sekeliling mencari Shinichi, tapi Shinichi sudah tidak ada disana.
Shinichi kembali
menemui Ran,” Maaf . . . tadi perlu waktu lama.”
“Ya.”
“Oya, Ran. Aku .
. . kamu . . . “ ucapan Shinichi terputus.
Tiba-tiba lampu
di restoran itu padam. Dan seorang pelayan mendekat, “Maaf, restoran akan tutup.”
“Ah, maaf. Kami
akan segera pergi,” ucap Shinichi kemudian.
Rencana Shinichi
gagal. Dan makan malam yang direncanakan juga tidak berhasil sama sekali.
Shinichi menelan kekecewaan dalam, dan Ran . . . masih bertanya-tanya dalam
hati apa yang sebenarnya ingin dikatakan Shinichi padanya. (hihihi . . . kasian Shinichi, rencanya
gagal)
Kembali ke
ruangan putih. Shinichi memasukkan password di panel sentuh itu, elevator. Dan pintu ruangan sebelah
terbuka.
“Ran!”
“Tunggu! Jangan
mendekat!” larang Ran.
Shinichi heran
dengan sikap Ran yang berubah dingin itu. Ada apa sebenarnya dengan Ran?
Preview episode selanjutnya . . .
“Ancaman bom dan
Permintaan pembunuhan”
“Konflik alibi antara
ketiga orang tersangka”