– Misteri
Alat Bantu Pernafasan yang Terhenti tiba-tiba –
30 September 2010
Episode
sebelumnya,
Shinichi dan dan
Ran berhasil memecahkan kode di ruang putih sebelumny, kali ini mereka masih
terjebak di ruang putih yang lain.
Sentakan aliran
listrik mengagetkan Ran dan Shinichi. Kali ini mereka masuk ke ruangan putih
yang penuh dengan aliran listrik. Sedikit saja voltase dinaikkan mereka berdua
mulai lemas.
Muncul sebuah
tanggal di panel sentuh di tengah ruangan putih itu. Dengan sebuah tanggal
disana, 30 September 2010.
“Jadi begitu.
Aku mengerti, hari itu kau membuat kehebohan besar,” ucap Shinichi.
30 September 2010
Ran dan Shinichi
berada dalam perjalanan pulang dari SMA Teitan dengan sebuah bis. Sementara Ran
asyik dengan majalahnya, Shinichi berdiri di sebelah Ran. Di pemberhentian bis,
seseorang dengan baju kuning terang dan celana pink naik. Dia melintas di
belakang Ran dan Shinichi dan . . . (ia
memegang p****t Ran)
“Tunggu! Kau p .
. . pp . . . pengganggu!” ucap Ran sambil berteriak pada orang itu.
Tidak lama
sesudahnya Ran yang tidak terima diperlakukan seperti itu mengejar orang tadi.
Shinichi mau tidak mau mengikuti Ran mengejar si pengganggu. Si pengganggu tadi
berlari di gang-gang perumahan. Ran masih berkeras untuk mengejarnya. Dan
Shinichi . . . dengan gadget di tangan, ia mencari peta perumahan itu dan
mengintruksikan Ran untuk menggiring si pengganggu ke jembatan.
Terjebak di
jembatan dengan Ran dan Shinichi menghadang di kedua sisi membuat si pengganggu
nekat. Bukan berlari ke arah Shinichi, tapi ia berlari ke arah Ran, dan . . .
Bug . . . bug . . . bet . . . jdug . . .
“Kau berlari ke
arah yang salah,” Shinichi bergumam sendiri melihat si pengganggu babak belur
dihajar Ran.
“Aku tidak
terima orang yang sudah memegang p****t-ku melarikan diri begitu saja!,” sungut
Ran.
“Karena hanya
aku yang boleh memegang Ran,” timpal Shinichi yang dihadiahi kaki di depan
mukanya.
“Shinichi!”
Ran memaksa si
pengganggu untuk dibawa ke kantor polisi. Mau tidak mau Shinichi menurut saja.
Ran dan Shinichi
membawa si pengganggu yang ternyata bernama Sawada Osamu menemui polisi yang
sedang ada di dekat sana. Ternyata disana ada detective Takagi.
“Siapa yang kau
ganggu?” Tanya detective Takagi.
“Di . . . dia,”
ucap Sawada-san sambil menunjuk ke arah Ran.
“Kau mengganggu
orang yang salah, huh?” timpal detective Takagi kemudian.
“Detective
Takagi, pastikan untuk menangkap orang ini!,” pinta Ran.
Sementara Ran
sibuk dengan si pengganggu, perhatian Shinichi teralihkan oleh ambulan yang
datang di dekat sana dan seorang pasien yang dibawa keluar dari sebuah
apartemen. Kemudian muncul pula detective Sato. Shinichi mendekat.
“Apa kali ini
kau menghadapi sebuah kasus?” sapa Shinichi.
“Ah, Kudo-kun.
Iya,”
“Kalau begitu,
bolehkah aku melihat sekeliling?”
Detective Sato
lalu menceritakan tentang peristiwa yang terjadi. Saat itu helper di apartemen
itu, Yamoshita Makoto-san sedang pergi belanja, ketika tiba-tiba alat bentu
pernafasan sang pemilik apartemen, Miyano Katsuyo-san tiba-tiba berhenti.
Miyano-san
tinggal di apartemen itu bersama putrinya, Yukari-san. Miyano-san merupakan
korban kecelakaan tujuh tahun yang lalu. Sejak saat itu ia kehilangan kesadaran
dan bahkan kesulitan untuk bernafas secara alami, sehingga memerlukan alat
bantu pernafasan ini. Yamoshita-san adalah helper yang dipekerjakan oleh
Yukari-san untuk merawat Miyano-san sementara ia sibuk bekerja.
“Apa kau pikir aku
yang membunuhnya? Aku tidak mungkin membunuh orang yang membayarku,” elak
Yamoshita-san.
“Saat kejadian,
tidak ada seorang pun disini. Jadi ada kemungkinan kalau ini direncanakan.
Kalau alat ini tidak terhubung dengan rumah sakit, mungkin nyawa Miyano-san
tidak terselamatkan. Lalu . . . ketika listrik padam, bukankah seharusnya ada
baterai, dimana baterainya?” selidik detective Sato.
“Ah itu,
baterainya rusak dan belum selesai diperbaiki,” jawab Yamoshita-san.
Shinichi masih
mengamati sekeliling. Ia memperhatikan alat bantu pernafasan itu, dan sekering
listrik.
“Apa peristiwa
seperti ini pernah terjadi sebelumnya?” Tanya Shinichi.
“Ya. Saat itu
terjadi hujan lebat, dan listrik di apartemen ini mengalami korsleting/hubungan
pendek.”
“Melakukan
perbuatan itu adalah kejahatan besar. Apalagi kalau korbannya cewe, ia akan
jadi takut keluar rumah,” Ran masih kesal pada Sawada-san. Sementara itu
detective Takagi mendengarkan keluhan Ran.
Detective Takagi
meyakinkan Ran untuk tidak memperpanjang masalah. Karena Sawada-san sudah minta
maaf dan akan membuat surat permohonan maaf di kantor polisi. Tapi Ran
berkeras, ia tidak terima kalau Sawada-san diperlakukan begitu.
Ran lalu
menceritakan kronologi peristiwa yang menimpanya tadi. Ia bersama detective
Takagi menyusuri lagi jalan mereka mengejar Sawada-san tadi.
Keributan yang
dibuat Ran ternyata membuat Shinichi, detective Sato dan Yamoshita keluar ke
balkon. Di balkon ada banyak tergantung pakaian dalam wanita, yang menurut
Yamoshita-san milik Yukari-san.
Shinichi melihat
sekeliling, ada kamera terletak di atas balkon itu. “Kamera keamanan itu . . .
kenapa rusak?” Tanya Shinichi yang melihat kabel menjuntai di sisi kamera.
“Itu . . .
sepertinya Yukari-san yang meletakkannya, karena pakaian dalamnya sering hilang
. . . tapi dia bilang itu sudah rusak sejak lama,” jawab Yamoshita.
Melihat koleksi
pakaian dalam Yukari-san, detective Sato tertarik. “Eeh . . . jadi yang seperti
ini memang model ya . . . itu cukup bagus. Hei, yang mana yang disukai anak
SMA?”
“Eh . . . kk . .
. kenapa harus tertarik pada hal seperti itu . . . “ Shinichi menghentikan
kalimatnya setelah melihat sesuatu di penggantung/hanger yang ada. Ia
mengeluarkan sapu tangan dan melihat satu persatu. (aiiiiih . . . disini temanya pakaian dalam deh, hfth, ga tega
menceritakannya . . . )
“Hei tunggu. Apa
yang sebenarnya kau lakukan Kudo-kun?” detective Sato heran dengan perubahan
sikap Shinichi yang tiba-tiba memperhatikan pakaian-pakaian dalam itu.
“Tidak, ini
tidak seperti itu,” elak Shinichi.
“Apa warna
pakaian dalam yang anda kenakan, detective Sato?” (haduh . . . ni anak to the point banget sih, hhhh)
“Eh?!”
“Apa anda punya
banyak yang hitam?” Tanya Shinichi lagi.
“Hmmm . . . aku
memang suka hitam . . . hei!”
“Jadi begitu.”
“Ran-chan!
Lakukan sesuatu dengan Kudo-kun!” detective Sato tidak terima dengan sikap
Shinichi. (hahahaha . . . orang lain
pikir ini ga sopan, eh doski malah nanya seenak hatinya sendiri).
Tapi Ran yang
sedang sibuk dengan Sawada-san mengabaikan permintaan detective Sato. Ia sedang
malas mengurusi Shinichi. (hahahaha . . .)
Shinichi
menyimpulkan kalau si pencuri pakaian dalam lebih suka mengambil celana
dibandingkan bra. Pencuri itu juga lebih suka warna hitam. Shinichi
memperhtikan lagi penggantung/hanger pakaian itu. ia menemukan sebuah bekas
terbakar berwarna hitam disana.
Dari arah jalan,
tampak Yukari-san yang baru pulang dari tempat kerjanya. Melihatnya, Yamoshita
mendekat.
“Yukari-san, apa
anda baik-baik saja?” Tanya Yamoshita.
“Dimana mama?”
“Dia sudah
dibawa dengan ambulan ke rumah sakit beberapa waktu yang lalu . . . maaf, jika
saja aku kembali tepat waktu, pasti ini tidak akan terjadi,” sesal Yamoshita.
“Apa dia akan
selamat?”
“Aku yakin, dia
akan baik-baik saja . . . “
Melihat
Yukari-san datang, Shinichi dan detective Sato keluar dan mendekat. Detective
Sato memperkenalkan diri dan juga Shinichi.
“Anda Miyano
Yukari-san kan? Apakah pakaian dalam anda pernah dicuri sebelumnya?” tembak
Shinichi.
“Kudo-kun, apa
yang kau katakan?!” detective Sato protes dengan sikap Shinichi.
“Pernah
sebelumnya . . . tapi tidak sering terjadi.”
“Satu pertanyaan
lagi . . . sejak berapa lama kamera
keamanan itu rusak?”
“6 bulan yang
lalu ketika hujan,” Yukari-san lalu menceritakan kerusakan yang terjadi pada
kamera keamanan 6 bulan yang lalu itu karena korsleting saat terjadi hujan
lebat.
Shinichi curiga
kalau insiden yang sama (terhentinya alat bantu pernafasan Miyano-san karena
korsleting) juga disebabkan oleh kerusakan kamera keamanan itu. Tapi detective
Sato sudah hilang kesabaran dengan sikap aneh Shinichi. Ia menengahi introgasi
Shinichi dan mengajak Yukari-san untuk menyusul ke rumah sakit.
“Kudo-kun, kau
aneh hari ini,” komentar detective Sato sebelum beranjak pergi.
“Benar. Ini
seperti bukan aku. Aku paham trik dibalik kasus ini. Tapi . . . siapa
pelakunya?” Shinichi bergumam sendiri.
Shinichi lalu
menyusul detective Sato ke depan menemui detective Takagi. Ran masih saja ribut
soal Sawada-san. Sawada-san meyakinkan kalau ia menyesali perbuatannya, minta
maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tapi Ran masih saja berkeras.
“Shinichi,
katakan sesuatu!” ucap Ran setelah Shinichi ada di sebelahnya.
“Tolong
keluarkan,” ucap Shinichi.
“Huh?”
Sawada-san tidak mengerti.
“Pakaian dalam
yang kau curi.”
“Aku kira, itu
tidak baik jika menunjukkannya?” meski akhirnya Sawada-san menuruti perintah
Shinichi.
Shinichi merebut
pakaian dalam yang ternyata celana itu. Ran, detective Sato dan detective
Takagi keget ketika Sawada-san akhirnya mengeluarkan pakaian dalam warna hitam
dari sakunya.
“Seperti
perkiraanku, itu hitam. Hitam yang terbaik kan?”
“Ah, tentu saja,
hitam yang terbaik . . . “
“Shinichi!” Ran
protes dengan sikap Shinichi, tapi diacuhkan oleh Shinichi.
“Apa kau selalu
mengambil yang hitam?”
“Itu . . . aku
suka hitam.”
Ran protes dan
merebut pakaian dalam itu dan menganggapnya tidak penting. sementara Shinichi
mengelak dan menyebutnya penting. Ia mengamati pakaian dalam itu, dan menemukan
sebuah benang terjuntai di salah satu ujungnya.
“Shinichi, kau
benar-benar tidak peduli kalau aku diganggu?” protes Ran.
“Tidak, ini
tidak seperti itu,” elak Shinichi.
“Kau bahkan
tidak khawatir sama sekali!” Ran kesal dan meninju perut Shinichi dengan
sikunya. Ran merengek seperti anak kecil.
“Aku khawatir!
Jangan menangis karena hal kecil seperti itu!” sepertinya Shinichi tidak
mengerti perasaan Ran.
“Kau tidak
baik!” Ran lalu beranjak dan melampiaskan tinjunya ke batu di sisi jalan yang
langsung retak oleh tinju tangan Ran. (hahaha
. . . strong girl)
“Eh?!” Shinichi,
Sawada-san, detective Sato dan detective Takagi syok melihat tingkah Ran.
Khawatir Ran
akan berbuat lebih nekat lagi, Shinichi mengajak Sawada-san pergi. Ia menuju
area belakang apartemen. Shinichi menunjukkan foto Yukari-san dan ibunya
Miyano-san.
“Kalua kau
berbohong, berarti kau pembunuhnya,” ancam Shinichi.
Shinichi
berhasil memaksa Sawada-san mengakui pencuriannya. Sawada-san lalu menceritakan
insiden pencurian yang pernah dilakukannya sebelumnya. Ia mencuri, dipergoki
oleh Yamoshita-san. Sawada-san minta maaf dan berjanji pada Yukari-san untuk
tidak mengulangi lagi perbuatannya itu. Dan hari ini, ternyata Sawada-san
mengulangi perbuatannya itu.
“Tunggu,
Kudo-kun. Apa maksudnya semua ini?”
“Sawada-san
adalah pencuri . . . pencuri pakaian dalam kambuhan.”
“Apa dia
pembunuhnya?”
“Dengan kata
lain.”
Detective Sato,
detective Takagi dan Ran tidak mengerti dengan ucapan Shinichi. Tapi Shinichi
masih belum mau menceritakan detailnya.
Ran dan
detective Sato kembali masuk ke apartemen. Shinichi meminta detective Sato
untuk mengecek keadaan Miyano-san sekarang di rumah sakit, sebelum ia
menceritakan semuanya. Detective Sato, meski penasaran, menuruti permintaan
Shinichi.
“Hanya ada satu
kebenaran. Meskipun begitu . . . hanya kebenaran saja, belum tentu adil.”
Di rumah sakit, Miyano-san
langsung dibawa ke unit gawat darurat. Beberapa perlakuan segera dilakukan.
Tampak dokter dan beberapa perawat sibuk. Tidak lama kemudian, alat bantu
pernafasan Miyano-san dilepas.
Shinichi dan Ran
menyusul ke rumah sakit. Shinichi meminta untuk bicara berdua dengan
Yukari-san.
“Jadi kau
menyadarinya?” Yukari-san lalu menceritakan semuanya. Beberapa waktu yang lalu karena
korsleting, listrik di apartemen padam. Ia panik karena jika listrik padam,
maka alat bantu pernafasan Miyano-san, mamanya akan ikut mati, padahal baterai
yang ada juga sedang diperbaiki. Ia menghubungi pemadam kebakaran dan toko alat
listrik. Ketika muncul Sawada-san sang pencuri pakaian dalam, ia lalu mendapat
ide.
Mamanya, Miyano-san
mengalami kecelakaan 7 tahun yang lalu. Sejak saat itu, Yukari-san yang menjaga
dan merawatnya. Suatu saat, rencana pernikahan Yukari-san gagal, dan Miyano-san
merasa bersalah. Karena harus merawat Miyano-san akhirnya rencana pernikahan
Yukari-san gagal.
Kesehatan Miyano-san
memburuk. Akhirnya ia stroke dan bahkan tidak bisa bernafas secara
spontan/alami sehingga harus dibantu alat bantu pernafasan itu. Yukari-san
lama-lama lelah juga harus merawat mamanya ini yang tak kunjung membaik,
lagipula ia juga menganggap mamanya itu sudah menyerah untuk bertahan. Sehingga
Yukari-san merencanakan “pembunuhan” itu.
“Shinichi,
tunggu,” Ran menyerahkan sebuah foto Yukari-san bersama mamanya tujuh tahun
sebelumnya. Ia memperlihatkan bagian belakang foto itu.
Yukari-san
membaca pesan di balik foto itu, “ Ini menyenangkan. Ketika aku membaik, kita
akan pergi (bersama) lagi. Yukari!”
Menyadari hal itu,
Yukari-san mengerti kalau mamanya itu tidak pernah menyerah untuk bertahan.
Yukari-san menangis menyesali perbuatannya. “Maafkan aku, mama.”
Yukari-san lalu
menemui dokter yang merawat mamanya itu. Dokter mengatakan kalau terjadi
keajaiban. Karena kejadian itu, fungsi pernafasan MIyano-san kembali normal. Ia
bisa bernafas dengan normal kembali tanpa harus dibantu oleh alat.
“Mamamu akan
sembuh,” ucap si doker.
“Terimakasih
dokter,” ucap Yukari-san lega.
Yukari-san akhirnya
menyerahkan diri ke kantor jaksa. Tapi pada akhirnya ia tidak dihukum karena
perbuatannya ini.
Sementara itu di
luar, Ran yang masih kesal menumpahkan semua kekesalannya pada Sawada-san.
“Kudo-kun, kapan
kau menyadari hubungan antara celana warna hitam itu dengan alat bantu pernafasan
yang padam itu?” Tanya detective Sato penasaran.
“Pencuri pakaian
dalam itu punya bekas luka bakar di tangannya.”
“Sepeti
biasanya, kau selalu menyadari detail kecil, seperti celana warna hitam itu,”
komentar detective Sato kemudian.
“Aku pikir, hitam
yang terbaik . . . Itu keliru!” Shinichi mengelak menyadari dirinya digoda oleh
kedua detective itu.
“Tidak ada yang
salah, Kudo-kun. Itu memang kemampuanmu!” kali ini detective Takagi yang angkat
bicara.
“Kalian
memperdayaku. Kalian salah, bukan itu maksudnya!”
Kembali ke
ruangan putih.
“Shinichi! Cepat
passwordnya!”
“Aku nyaris mati
rasa,” Shinichi lalu mengetikkan password di panel sentuh itu, "Spontaneous
Respiration".
Aliran listrik
padam dan pintu ruangan putih yang lain kembali membuka.
“Ayo!” ajak
Shinichi.
Di ruangan lain
mereka menemukan sebuah bola sepak. Ran mengambilnya. Tapi insting Shinichi
berbicara, ia tahu kalau ada bom di dalam bola itu.
“Bom?!
Preview episode selanjutnya,
Muncul teman,
lawan sekaligus saingan Shinichi, detective SMA dari barat, Heiji Hatori.
Ada pembunuhan
oleh kaca yang pecah secara misterius. Dapatkah kedua detective ini
menyelesaikan kasus itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar