Rabu, 05 Maret 2014

SINOPSIS Detective Conan: Kudo Shinichi e no Chousenjou (Detective Conan TV series 2011) episode 8

– Misteri Alat Bantu Pernafasan yang Terhenti tiba-tiba –

Episode sebelumnya,
Shinichi dan dan Ran berhasil memecahkan kode di ruang putih sebelumny, kali ini mereka masih terjebak di ruang putih yang lain.
Sentakan aliran listrik mengagetkan Ran dan Shinichi. Kali ini mereka masuk ke ruangan putih yang penuh dengan aliran listrik. Sedikit saja voltase dinaikkan mereka berdua mulai lemas.
Muncul sebuah tanggal di panel sentuh di tengah ruangan putih itu. Dengan sebuah tanggal disana, 30 September 2010.
“Jadi begitu. Aku mengerti, hari itu kau membuat kehebohan besar,” ucap Shinichi.
“Huh?” Ran tidak mengerti.

30 September 2010
Ran dan Shinichi berada dalam perjalanan pulang dari SMA Teitan dengan sebuah bis. Sementara Ran asyik dengan majalahnya, Shinichi berdiri di sebelah Ran. Di pemberhentian bis, seseorang dengan baju kuning terang dan celana pink naik. Dia melintas di belakang Ran dan Shinichi dan . . . (ia memegang p****t Ran)
“Tunggu! Kau p . . . pp . . . pengganggu!” ucap Ran sambil berteriak pada orang itu.
Tidak lama sesudahnya Ran yang tidak terima diperlakukan seperti itu mengejar orang tadi. Shinichi mau tidak mau mengikuti Ran mengejar si pengganggu. Si pengganggu tadi berlari di gang-gang perumahan. Ran masih berkeras untuk mengejarnya. Dan Shinichi . . . dengan gadget di tangan, ia mencari peta perumahan itu dan mengintruksikan Ran untuk menggiring si pengganggu ke jembatan.
Terjebak di jembatan dengan Ran dan Shinichi menghadang di kedua sisi membuat si pengganggu nekat. Bukan berlari ke arah Shinichi, tapi ia berlari ke arah Ran, dan . . .
Bug . . . bug . . . bet . . . jdug . . .
“Kau berlari ke arah yang salah,” Shinichi bergumam sendiri melihat si pengganggu babak belur dihajar Ran.
“Aku tidak terima orang yang sudah memegang p****t-ku melarikan diri begitu saja!,” sungut Ran.
“Karena hanya aku yang boleh memegang Ran,” timpal Shinichi yang dihadiahi kaki di depan mukanya.
“Shinichi!”
Ran memaksa si pengganggu untuk dibawa ke kantor polisi. Mau tidak mau Shinichi menurut saja.
Ran dan Shinichi membawa si pengganggu yang ternyata bernama Sawada Osamu menemui polisi yang sedang ada di dekat sana. Ternyata disana ada detective Takagi.
“Siapa yang kau ganggu?” Tanya detective Takagi.
“Di . . . dia,” ucap Sawada-san sambil menunjuk ke arah Ran.
“Kau mengganggu orang yang salah, huh?” timpal detective Takagi kemudian.
“Detective Takagi, pastikan untuk menangkap orang ini!,” pinta Ran.
Sementara Ran sibuk dengan si pengganggu, perhatian Shinichi teralihkan oleh ambulan yang datang di dekat sana dan seorang pasien yang dibawa keluar dari sebuah apartemen. Kemudian muncul pula detective Sato. Shinichi mendekat.
“Apa kali ini kau menghadapi sebuah kasus?” sapa Shinichi.
“Ah, Kudo-kun. Iya,”
“Kalau begitu, bolehkah aku melihat sekeliling?”
Detective Sato lalu menceritakan tentang peristiwa yang terjadi. Saat itu helper di apartemen itu, Yamoshita Makoto-san sedang pergi belanja, ketika tiba-tiba alat bentu pernafasan sang pemilik apartemen, Miyano Katsuyo-san tiba-tiba berhenti.
Miyano-san tinggal di apartemen itu bersama putrinya, Yukari-san. Miyano-san merupakan korban kecelakaan tujuh tahun yang lalu. Sejak saat itu ia kehilangan kesadaran dan bahkan kesulitan untuk bernafas secara alami, sehingga memerlukan alat bantu pernafasan ini. Yamoshita-san adalah helper yang dipekerjakan oleh Yukari-san untuk merawat Miyano-san sementara ia sibuk bekerja.
“Apa kau pikir aku yang membunuhnya? Aku tidak mungkin membunuh orang yang membayarku,” elak Yamoshita-san.
“Saat kejadian, tidak ada seorang pun disini. Jadi ada kemungkinan kalau ini direncanakan. Kalau alat ini tidak terhubung dengan rumah sakit, mungkin nyawa Miyano-san tidak terselamatkan. Lalu . . . ketika listrik padam, bukankah seharusnya ada baterai, dimana baterainya?” selidik detective Sato.
“Ah itu, baterainya rusak dan belum selesai diperbaiki,” jawab Yamoshita-san.
Shinichi masih mengamati sekeliling. Ia memperhatikan alat bantu pernafasan itu, dan sekering listrik.
“Apa peristiwa seperti ini pernah terjadi sebelumnya?” Tanya Shinichi.
“Ya. Saat itu terjadi hujan lebat, dan listrik di apartemen ini mengalami korsleting/hubungan pendek.”
“Melakukan perbuatan itu adalah kejahatan besar. Apalagi kalau korbannya cewe, ia akan jadi takut keluar rumah,” Ran masih kesal pada Sawada-san. Sementara itu detective Takagi mendengarkan keluhan Ran.
Detective Takagi meyakinkan Ran untuk tidak memperpanjang masalah. Karena Sawada-san sudah minta maaf dan akan membuat surat permohonan maaf di kantor polisi. Tapi Ran berkeras, ia tidak terima kalau Sawada-san diperlakukan begitu.
Ran lalu menceritakan kronologi peristiwa yang menimpanya tadi. Ia bersama detective Takagi menyusuri lagi jalan mereka mengejar Sawada-san tadi.
Keributan yang dibuat Ran ternyata membuat Shinichi, detective Sato dan Yamoshita keluar ke balkon. Di balkon ada banyak tergantung pakaian dalam wanita, yang menurut Yamoshita-san milik Yukari-san.
Shinichi melihat sekeliling, ada kamera terletak di atas balkon itu. “Kamera keamanan itu . . . kenapa rusak?” Tanya Shinichi yang melihat kabel menjuntai di sisi kamera.
“Itu . . . sepertinya Yukari-san yang meletakkannya, karena pakaian dalamnya sering hilang . . . tapi dia bilang itu sudah rusak sejak lama,” jawab Yamoshita.
Melihat koleksi pakaian dalam Yukari-san, detective Sato tertarik. “Eeh . . . jadi yang seperti ini memang model ya . . . itu cukup bagus. Hei, yang mana yang disukai anak SMA?”
“Eh . . . kk . . . kenapa harus tertarik pada hal seperti itu . . . “ Shinichi menghentikan kalimatnya setelah melihat sesuatu di penggantung/hanger yang ada. Ia mengeluarkan sapu tangan dan melihat satu persatu. (aiiiiih . . . disini temanya pakaian dalam deh, hfth, ga tega menceritakannya . . . )
“Hei tunggu. Apa yang sebenarnya kau lakukan Kudo-kun?” detective Sato heran dengan perubahan sikap Shinichi yang tiba-tiba memperhatikan pakaian-pakaian dalam itu.
“Tidak, ini tidak seperti itu,” elak Shinichi.
“Apa warna pakaian dalam yang anda kenakan, detective Sato?” (haduh . . . ni anak to the point banget sih, hhhh)
“Eh?!”
“Apa anda punya banyak yang hitam?” Tanya Shinichi lagi.
“Hmmm . . . aku memang suka hitam . . . hei!”
“Jadi begitu.”
“Ran-chan! Lakukan sesuatu dengan Kudo-kun!” detective Sato tidak terima dengan sikap Shinichi. (hahahaha . . . orang lain pikir ini ga sopan, eh doski malah nanya seenak hatinya sendiri).
Tapi Ran yang sedang sibuk dengan Sawada-san mengabaikan permintaan detective Sato. Ia sedang malas mengurusi Shinichi. (hahahaha . . .)
Shinichi menyimpulkan kalau si pencuri pakaian dalam lebih suka mengambil celana dibandingkan bra. Pencuri itu juga lebih suka warna hitam. Shinichi memperhtikan lagi penggantung/hanger pakaian itu. ia menemukan sebuah bekas terbakar berwarna hitam disana.
Dari arah jalan, tampak Yukari-san yang baru pulang dari tempat kerjanya. Melihatnya, Yamoshita mendekat.
“Yukari-san, apa anda baik-baik saja?” Tanya Yamoshita.
“Dimana mama?”
“Dia sudah dibawa dengan ambulan ke rumah sakit beberapa waktu yang lalu . . . maaf, jika saja aku kembali tepat waktu, pasti ini tidak akan terjadi,” sesal Yamoshita.
“Apa dia akan selamat?”
“Aku yakin, dia akan baik-baik saja . . . “
Melihat Yukari-san datang, Shinichi dan detective Sato keluar dan mendekat. Detective Sato memperkenalkan diri dan juga Shinichi.
“Anda Miyano Yukari-san kan? Apakah pakaian dalam anda pernah dicuri sebelumnya?” tembak Shinichi.
“Kudo-kun, apa yang kau katakan?!” detective Sato protes dengan sikap Shinichi.
“Pernah sebelumnya . . . tapi tidak sering terjadi.”
“Satu pertanyaan lagi  . . . sejak berapa lama kamera keamanan itu rusak?”
“6 bulan yang lalu ketika hujan,” Yukari-san lalu menceritakan kerusakan yang terjadi pada kamera keamanan 6 bulan yang lalu itu karena korsleting saat terjadi hujan lebat.
Shinichi curiga kalau insiden yang sama (terhentinya alat bantu pernafasan Miyano-san karena korsleting) juga disebabkan oleh kerusakan kamera keamanan itu. Tapi detective Sato sudah hilang kesabaran dengan sikap aneh Shinichi. Ia menengahi introgasi Shinichi dan mengajak Yukari-san untuk menyusul ke rumah sakit.
“Kudo-kun, kau aneh hari ini,” komentar detective Sato sebelum beranjak pergi.
“Benar. Ini seperti bukan aku. Aku paham trik dibalik kasus ini. Tapi . . . siapa pelakunya?” Shinichi bergumam sendiri.
Shinichi lalu menyusul detective Sato ke depan menemui detective Takagi. Ran masih saja ribut soal Sawada-san. Sawada-san meyakinkan kalau ia menyesali perbuatannya, minta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tapi Ran masih saja berkeras.
“Shinichi, katakan sesuatu!” ucap Ran setelah Shinichi ada di sebelahnya.
“Tolong keluarkan,” ucap Shinichi.
“Huh?” Sawada-san tidak mengerti.
“Pakaian dalam yang kau curi.”
“Aku kira, itu tidak baik jika menunjukkannya?” meski akhirnya Sawada-san menuruti perintah Shinichi.
Shinichi merebut pakaian dalam yang ternyata celana itu. Ran, detective Sato dan detective Takagi keget ketika Sawada-san akhirnya mengeluarkan pakaian dalam warna hitam dari sakunya.
“Seperti perkiraanku, itu hitam. Hitam yang terbaik kan?”
“Ah, tentu saja, hitam yang terbaik . . . “
“Shinichi!” Ran protes dengan sikap Shinichi, tapi diacuhkan oleh Shinichi.
“Apa kau selalu mengambil yang hitam?”
“Itu . . . aku suka hitam.”
Ran protes dan merebut pakaian dalam itu dan menganggapnya tidak penting. sementara Shinichi mengelak dan menyebutnya penting. Ia mengamati pakaian dalam itu, dan menemukan sebuah benang terjuntai di salah satu ujungnya.
“Shinichi, kau benar-benar tidak peduli kalau aku diganggu?” protes Ran.
“Tidak, ini tidak seperti itu,” elak Shinichi.
“Kau bahkan tidak khawatir sama sekali!” Ran kesal dan meninju perut Shinichi dengan sikunya. Ran merengek seperti anak kecil.
“Aku khawatir! Jangan menangis karena hal kecil seperti itu!” sepertinya Shinichi tidak mengerti perasaan Ran.
“Kau tidak baik!” Ran lalu beranjak dan melampiaskan tinjunya ke batu di sisi jalan yang langsung retak oleh tinju tangan Ran. (hahaha . . . strong girl)
“Eh?!” Shinichi, Sawada-san, detective Sato dan detective Takagi syok melihat tingkah Ran.
Khawatir Ran akan berbuat lebih nekat lagi, Shinichi mengajak Sawada-san pergi. Ia menuju area belakang apartemen. Shinichi menunjukkan foto Yukari-san dan ibunya Miyano-san.
“Kalua kau berbohong, berarti kau pembunuhnya,” ancam Shinichi.
Shinichi berhasil memaksa Sawada-san mengakui pencuriannya. Sawada-san lalu menceritakan insiden pencurian yang pernah dilakukannya sebelumnya. Ia mencuri, dipergoki oleh Yamoshita-san. Sawada-san minta maaf dan berjanji pada Yukari-san untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya itu. Dan hari ini, ternyata Sawada-san mengulangi perbuatannya itu.
“Tunggu, Kudo-kun. Apa maksudnya semua ini?”
“Sawada-san adalah pencuri . . . pencuri pakaian dalam kambuhan.”
“Apa dia pembunuhnya?”
“Dengan kata lain.”
Detective Sato, detective Takagi dan Ran tidak mengerti dengan ucapan Shinichi. Tapi Shinichi masih belum mau menceritakan detailnya.
Ran dan detective Sato kembali masuk ke apartemen. Shinichi meminta detective Sato untuk mengecek keadaan Miyano-san sekarang di rumah sakit, sebelum ia menceritakan semuanya. Detective Sato, meski penasaran, menuruti permintaan Shinichi.
“Hanya ada satu kebenaran. Meskipun begitu . . . hanya kebenaran saja, belum tentu adil.”
Di rumah sakit, Miyano-san langsung dibawa ke unit gawat darurat. Beberapa perlakuan segera dilakukan. Tampak dokter dan beberapa perawat sibuk. Tidak lama kemudian, alat bantu pernafasan Miyano-san dilepas.
Shinichi dan Ran menyusul ke rumah sakit. Shinichi meminta untuk bicara berdua dengan Yukari-san.
“Jadi kau menyadarinya?” Yukari-san lalu menceritakan semuanya. Beberapa waktu yang lalu karena korsleting, listrik di apartemen padam. Ia panik karena jika listrik padam, maka alat bantu pernafasan Miyano-san, mamanya akan ikut mati, padahal baterai yang ada juga sedang diperbaiki. Ia menghubungi pemadam kebakaran dan toko alat listrik. Ketika muncul Sawada-san sang pencuri pakaian dalam, ia lalu mendapat ide.
Mamanya, Miyano-san mengalami kecelakaan 7 tahun yang lalu. Sejak saat itu, Yukari-san yang menjaga dan merawatnya. Suatu saat, rencana pernikahan Yukari-san gagal, dan Miyano-san merasa bersalah. Karena harus merawat Miyano-san akhirnya rencana pernikahan Yukari-san gagal.
Kesehatan Miyano-san memburuk. Akhirnya ia stroke dan bahkan tidak bisa bernafas secara spontan/alami sehingga harus dibantu alat bantu pernafasan itu. Yukari-san lama-lama lelah juga harus merawat mamanya ini yang tak kunjung membaik, lagipula ia juga menganggap mamanya itu sudah menyerah untuk bertahan. Sehingga Yukari-san merencanakan “pembunuhan” itu.
“Shinichi, tunggu,” Ran menyerahkan sebuah foto Yukari-san bersama mamanya tujuh tahun sebelumnya. Ia memperlihatkan bagian belakang foto itu.
Yukari-san membaca pesan di balik foto itu, “ Ini menyenangkan. Ketika aku membaik, kita akan pergi (bersama) lagi. Yukari!”
Menyadari hal itu, Yukari-san mengerti kalau mamanya itu tidak pernah menyerah untuk bertahan. Yukari-san menangis menyesali perbuatannya. “Maafkan aku, mama.”
Yukari-san lalu menemui dokter yang merawat mamanya itu. Dokter mengatakan kalau terjadi keajaiban. Karena kejadian itu, fungsi pernafasan MIyano-san kembali normal. Ia bisa bernafas dengan normal kembali tanpa harus dibantu oleh alat.
“Mamamu akan sembuh,” ucap si doker.
“Terimakasih dokter,” ucap Yukari-san lega.
Yukari-san akhirnya menyerahkan diri ke kantor jaksa. Tapi pada akhirnya ia tidak dihukum karena perbuatannya ini.
Sementara itu di luar, Ran yang masih kesal menumpahkan semua kekesalannya pada Sawada-san.
“Kudo-kun, kapan kau menyadari hubungan antara celana warna hitam itu dengan alat bantu pernafasan yang padam itu?” Tanya detective Sato penasaran.
“Pencuri pakaian dalam itu punya bekas luka bakar di tangannya.”
“Sepeti biasanya, kau selalu menyadari detail kecil, seperti celana warna hitam itu,” komentar detective Sato kemudian.
“Aku pikir, hitam yang terbaik . . . Itu keliru!” Shinichi mengelak menyadari dirinya digoda oleh kedua detective itu.
“Tidak ada yang salah, Kudo-kun. Itu memang kemampuanmu!” kali ini detective Takagi yang angkat bicara.
“Kalian memperdayaku. Kalian salah, bukan itu maksudnya!”
Kembali ke ruangan putih.
“Shinichi! Cepat passwordnya!”
“Aku nyaris mati rasa,” Shinichi lalu mengetikkan password di panel sentuh itu, "Spontaneous Respiration".
Aliran listrik padam dan pintu ruangan putih yang lain kembali membuka.
“Ayo!” ajak Shinichi.
Di ruangan lain mereka menemukan sebuah bola sepak. Ran mengambilnya. Tapi insting Shinichi berbicara, ia tahu kalau ada bom di dalam bola itu.
“Bom?!
Preview episode selanjutnya,
Muncul teman, lawan sekaligus saingan Shinichi, detective SMA dari barat, Heiji Hatori.
Ada pembunuhan oleh kaca yang pecah secara misterius. Dapatkah kedua detective ini menyelesaikan kasus itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar