Rabu, 12 Februari 2014

SINOPSIS Detective Conan: Kudo Shinichi e no Chousenjou (Detective Conan TV series 2011) episode 7

– Kenyataan Kelam Dibalik Perebutan Harta Warisan Perempuan Cantik Bersaudara – 
Episode sebelumnya,
Ran dan Shinichi yang telah berpisah dengan Kogoro masih terjebak di ruangan serba putih. Kali ini mereka berdua terjebak di ruangan dengan sebuah balon warna merah semakin membesar dan memenuhi ruangan. Sebuah tanggal muncul, membawa Ran dan Shinichi pada sebuah kasus.
Di sebuah tempat persembahyangan tampak sebuah foto dari pemilik restoran ramen terkenal. Rupanya ia sudah meninggal. Saat pendeta membacakan doa-doa, dua orang wanita cantik tiba-tiba berkelahi. Mereka adalah Noguchi Miki dan Noguchi Yuri, kakak beradik dari si pemilik restoran, Keluarga Noguchi. Keduanya saling menyalahkan dan tidak mau kalah. Merasa menjadi putri yang paling disayangi dalam keluarga Noguchi, demi suatu hal . . . warisan.
Di tempat lain, Ran dan Shinichi rupanya sedang makan siang di sebuah restoran. Di televisi tampak peristiwa yang terjadi di tempat persembahyangan tadi.
“Kenapa Sonoko ada di tempat seperti itu?” Tanya Shinichi melihat Sonoko tampak di televisi di tengah para pelayat keluarga Noguchi.

“Keluarga Suzuki dan Noguchi adalah teman dekat. Sonoko datang pasti untuk menggantikan orang tuanya,” komentar Ran masih asyik dengan ramennya.
“Semua orang kaya saling berhubungan ya,” komentar Shinichi sambil mengambil makanan di mangkok Ran.
“Hei . . . itu aku sisakan untuk terakhir,” Ran tidak terima dengan ulah Shinichi. “Pembalasan . . . “ kali ini Ran yang mengambil makanan di mangkuk Shinichi.
“Hei, itu aku sisakan untuk yang terakhir,” kali ini Shinichi yang merasa sebal pada Ran.
Ponsel Ran tiba-tiba berbunyi. Ran mendapat kabar kalau Sonoko diculik. Ran dan Shinichi langsung menuju tempat keluarga Noguchi.
Di sebuah ruangan yang remang-remang, Sonoko yang sudah sadar dari pingsannya menyadari kalau tangannya diikat dan mulutnya disumpal kain. Ia melihat ke ruangan sebelah, disana ada Noguchi Yuri, orang yang tadi bersama Sonoko juga diculik. Yuri diikat di kursi dan mulutnya juga disumpal kain. Sonoko berusaha memanggil Yuri, tapi tidak berhasil.
Tidak lama sesudahnya lampu mati, sehingga ruangan itu gelap total. Terdengar suara langkah kaki seseorang, menyusul sesudahnya suara orang dipukul dan kursi yang dihempaskan. Tidak lama sesudahnya, langkah kaki itu menjauh. Lampu remang-remang kembali menyala. Sonoko kaget melihat Yuri yang ada di ruangan sebelah roboh dan kembali tidak sadarkan diri.
Ran, Shinichi, detective Sato dan Detective Takagi berkumpul di ruangan kerja milik keluarga Noguchi. Disana juga ada Noguchi Miki, yang mengatakan kalau ia mendapat telepon penculikan saudaranya, Yuri dan kawannya Sonoko. Ran mencoba menghubungi ponsel Sonoko, tapi tidak berhasil.
“Bukankah ini aneh, kenapa penculik itu hanya meminta tebusan pada keluarga Noguchi, padahal keluarga Suzuki juga tidak kalah kaya,” komentar Ran.
“Mungkin . . . mereka tidak tahu kalau Sonoko adalah putri keluarga Suzuki, atau . . . sasarannya memang hanya keluarga Noguchi,” Shinichi terdiam sendiri berpikir.
Tidak lama sesudahnya, Miki kembali mendapat telepon dari si penculik. Dia meminta tebusan berupa berlian milik keluarga Noguchi dan menyuruhnya mengikatkannya di balon yang berada di atas gedung milik keluarga Noguchi. Dengan bantuan pelayannya, Miki memasukkan berlian milik keluarga Noguchi dalam sebuah koper.
“Sepuluh menit lagi jam tiga, ayo,” Shinichi mengingatkan.
Segera Miki menyelesaikan memasukkan berlian itu dalam koper. Dengan detective Takagi, Detective Sato dan pelayan keluarga Noguchi di depan, Miki membawa koper berisi berlian itu. sementara Shinichi dan Ran berada di belakang. Di lorong menuju lantai atap, Miki sempat terjatuh, akhirnya detective Sato yang menggantikannya membawa koper berisi berlian itu.
Sampai di atap, pelayan keluarga Noguchi membantu Miki mengikatkan koper itu pada balon di atas gedung. Tidak lama sesudahnya, mereka samua bersembunyi untuk melihat apa yang akan dilakukan si penculik. Ran yang membawa teropong melihat sekeliling, tidak tampak apapun yang mencurigakan.
“Apa penculik itu akan datang dengan helicopter?” gumam Ran lebih pada diri sendiri.
Shinichi juga mengamati keadaan sekitar. Sesekali ia melirik jam di tangan kanannya. Waktu terus berjalan, tapi tidak ada tanda-tanda penculik itu datang.
“Sudah jam 3 tepat, bagaimana?” Tanya Shinihi lewat mini mic di bajunya.
“Tunggu sebentar lagi,” kali ini Miki yang menjawab pertanyaan itu.
Mereka akhirnya menunggu lagi, tapi tidak ada tanda-tanda si penculik. Waktu terus berjalan. Jam 4, akhirnya balon itu diturunkan. Miki membuka koper itu dan ternyata . . .
. . . semua berlian dalam koper itu lenyap, tanpa pernah disentuh. Shinchi melihat ada sebuah kertas yang diselipkan di sisi koper. Ia mengambilnya.
Aku sudah mengambil berliannya. Sesuai perjanjian, sandera akan dikembalikan. Datanglah ke bangku di taman Beika.
Sesuai petunjuk di kertas itu, bergegas mereka menuju taman Beika. Mereka berpencar mencari bangku seperti yang ditunjukan oleh kertas itu. setelah berkeliling, mereka menemukan sebuah bangku dengan balon berwarna merah di dekatnya. Shinichi mengambil kertas yang ada di tali pengikat balon itu.
Datanglah ke ruang bawah tanah.
“Ruang bawah tanah?” Shinichi bergumam sambil berpaling ke arah pelayan keluarga Noguchi.
“Ada di bewah gedung tadi,” jawabnya mengerti arah pandangan Shinichi.
Mereka pun bergegas kembali ke gedung milik keluarga Noguchi.
Sampai di ruang bawah tanah,
Dengan kunci cadangan, mereka berhasil masuk. Mereka menemukan Sonoko yang masih terikat di kursi.
“Sonoko, kau tidak apa-apa?” Ran mendekat dan berusaha membantu melepas ikatan Sonoko.
“Dimana nona Yuri?” kali ini pelayan keluarga Noguchi yang bertanya.
Tanpa menjawab, Sonoko memalingkan wajahnya ke arah lain ruang itu. tampak Yuri yang pingsan masih terikat di kursi. Buru-buru pelayan keluarga Noguchi itu menolong melepaskan ikatan Yuri.
“Anda tidak apa-apa nona Yuri?” yang dijawab dengan anggukan oleh Yuri.
Tiba-tiba detective Takagi masuk, “Gawat, nona Miki ditemukan meninggal di atap.”
Mereka semua lalu buru-buru keluar dan naik ke atap. Shinichi memeriksa nadi di leher Miki, dan menyimpulkan kalau ia memang sudah meninggal. Ada bekas dicekik tampak jelas di leher Miki.
“Penculik itu sudah mendapatkan berliannya, lalu untuk apa dia membunuh Miki?” Shinichi membatin. Ia melihat sekeliling, tampak mutiara yang berasal dari kalung milik Miki bertebaran karena tali pengikatnya putus.
Setelah memindahkan mayat Miki, mereka semua berkumpul di ruangan kerja milik keluarga Noguchi. Sonoko dan Yuri tampak masih syok karena kejadian ini.
“Kami keluar bersama dari tempat persembahyangan,” Sonoko memulai ceritanya. “Tapi kami sempat kembali karena Yuri-oneesama akan mengambil sesuatu. Tidak lama aku mendengar suara teriakan, jadi aku kembali untuk mencari Yuri-oneesama. Aku melihat Yuri-oneesama tergeletak pingsan, dan tidak lama kemudian seseorang juga menyekapku dengan sapu tangan yang mengandung obat tidur.”
Yuri mengiyakan cerita Sonoko. “Iya, aku kembali bersama Sonoko. Dan ketika sadar, aku sudah ada di ruangan tadi. Aku melihat Sonoko berusaha memanggilku, tidak lama sesudahnya datang seseorang yang kembali membuatku pingsan. Aku tidak ingat apa-apa lagi sampai kalian menolong kami berdua tadi.”
“Apa lampu di ruangan tadi padam sekali saja atau . . . ,” kali ini Shinichi angkat bicara.
“Tidak, lampu sempat padam dua kali. Pertama kali waktu Yuri dibuat pingsan lagi dan kedua sesaat sebelum kalian datang menolong,” elak Sonoko.
Shinichi tersenyum. “Hanya ada satu kebenaran,” ungkapnya kemudian.
“Kau menemukan sesuatu Shinichi?” Tanya Ran.
Shinichi mulai penjelasannya. “Tidak mungkin membuat berlian senilai 10 milyar menghilang begitu saja di angkasa. Ini seperti sudah direncanakan, sebelum berlian itu dibawa untuk digantung di angkasa, berlian itu . . . ditukar.”
“Ditukar?!” semua orang tidak percaya. “Kapan? Oleh siapa? Dimana?” kali ini detective Sato yang angkat bicara. “Bukankah kita semua bersama-sama ketika membawa koper itu ke atap?”
Shinichi tidak menjawab pertanyaan detective Sato. Ia mengajak semua orang yang ada untuk kembali mensimulasikan perjalanan ketika mereka bersama Miki membawa koper itu ke atap.
“Aku akan berperan sebagai Miki-san. Pelayan keluarga Noguchi dan detective Sato di depan, sementara Detective Takagi, Sonoko, Yuri-san dan Ran di belakang. Siap, mulai.”
Mereka semua mengikuti aba-aba Shinichi. “Stop!” tiba-tiba Shincihi berhenti. “Detective Sato, apa anda bisa melihatku dari sana?”
“Tidak.”
“Ran, bagaimana denganmu?”
“Aku tidak bisa melihatmu, Shinichi.”
“Hanya sebentar, tapi Miki-san berada di posisi buta disini. Jika ada pertukaran, maka disinilah tempatnya,” Shinichi mengamati sekeliling. Ia kemudian melihat sebuah kotak menempel di dinding dengan pintu kecil di sampingnya. “Ini dia.”
“Huh? Dimana?”
“Miki-san . . . menggunakan ini,” ucap Shinichi sambil membuka pintu kecil di sisi kotak itu. “Sebelumnya dia meletakkan koper pengganti disini. Dan kemudian dia meletakkan koper yang sesungguhnya . . . “
“Shinichi . . . apa kau bilang kalau Miki-san yang menukar koper itu?” Ran heran dengan penjelasan Shinichi.
“Ya. Tadi, Miki-san berpura-pura jatuh setelah menukar koper berisi berlian itu.” flash back pada saat tadi mereka semua berjalan menuju atap sambil membawa koper berisi berlian.
“Tunggu! Tapi tadi saat aku membawa koper itu . . . jika itu ditukar dengan koper kosong . . . itu pasti lebih ringan. Tapi sepertinya massa koper itu tetap seperti koper berisi berlian senilai 10 milyar . . . “ detective Sato memotong penjelasan Shinichi.
“Tentu saja, di koper pengganti itu ada sesuatu yang bisa menghilang dengan cepat.”
“Sesuatu yang dapat menghilang?” detective Sato heran.
“Seperti . . . es kering—dry ice—. Silahkah ingat kembali apa yang terjadi di atap.”
Flash back. Setelah koper dinaikkan, dan jam menunjukkan pukul tiga, tidak terjadi apa-apa. Tapi Miki-san meminta menunggu sebentar lagi. Sebenarnya ia ingin memberi waktu agar es kering dalam koper itu menguap dulu.
“Tapi kenapa Miki melakukan hal itu?” Tanya Yuri.
“Karena dia pelakunya,” ujar Shinichi.
“Pelakunya?!” Yuri semakin tidak percaya.
“Penculikan ini direncanakan oleh Miki-san. Tapi, Miki-san kemudian dibunuh oleh pelaku yang lain,” papar Shinichi lagi.
“Kau bilang dia memiliki kaki tangan?!”
“JIka benar . . . bukankah koper dengan berlian senilai 10 milyar itu masih ada disini?”
“Tidak. Berlian itu sudah diambil oleh kaki tangannya. Satu-satunya orang yang bisa melakukan itu . . . hanya dia.”
“Siapa dia?” Tanya Yuri.
“Ayo kembali ke ruang bawah tanah tempat kalian disekap tadi,” ajak Shinichi.
Shinichi mengajak mereka semua kembali ke ruang bawah tanah.
“Pelakunya . . . kau, Noguchi Yuri-san,” ucap Shinichi percaya diri.
“Aku?”
“Ini karena kalian berdua tidak ingin satu orangpun tahu kalau kalian bekerja sama untuk mendapatkan berlian keluarga Noguchi . . . karena itu kalian merancang perselisihan dan penculikan ini, iya kan?”
“Apa yang kau katakana. Itu tidak mungkin. Aku diikat disini selama peristiwa tadi. Sonoko-chan saksinya. Iya kan Sonoko-chan?” elak Yuri.
“Iya . . . ,“ Sonoko mengiyakan tapi jawabannya menggantung.
“Bagaimana bisa aku mengambil berlian itu dan membunuh Miki?” Yuri melanjutkan kalimatnya.
“Ada pertukaran juga yang terjadi di ruangan ini.”
“Pertukaran?”
“Anda menggunakan Sonoko untuk membuat alibi.”
“Apa maksudmu?” Yuri tidak mengerti dengan ucapan Shinichi. “Aku tidak mengerti dengan maksud perkataanmu itu.”
“Apa yang Sonoko lihat bukanlah Yuri-san. Itu manekuin (boneka menyerupai manusia, biasa digunakan untuk memajang pakaian di toko atau wardrobe).”
“Manekuin?”
“Lampi di ruangan ini padam dua kali. Pertama saat Yuri-san mengganti dirinya dengan manekuin. Waktu itu kita semua berada di atap. Sehingga Yuri-san bisa keluar dari ruangan ini dan mengambil berlian itu. Saat itu . . . rencana anda dan Miki-san adalah membuat kami semua percaya dengan penculikan yang menimpa anda. Tapi kemudian anda datang ke atap . . . flash back Yuri naik ke atap kemudian bertengkar dengan Miki, hingga akhirnya membunuh Miki. Dan ketika lampu padam untuk kedua kalinya . . . waktu itu anda mengganti manekuin dengan anda sendiri. Anda menggunakan catatan yang menjadi petunjuk di taman Beika  . . . sehingga anda bisa kembali ke ruang bawah tanah ini tepat waktu. Lampu dioperasikan dengan remote control . . .
“Kudo-san . . . semua yang kau katakan tampak palsu. Dan jika memang iya, apa kau punya buktinya?” kali ini Yuri menangtang Shinichi.
“Kamoshita-san, sang pelayan yang membawa bukti itu,” ucap Shinichi.
Kamoshita lalu mengeluarkan sebutir mutiara dari sakunya. “Aku ingin melindungi keluarga Noguchi hingga akhir,” ucap Kamoshita kemudian.
Mutiara itu ternyata berasal dari mutiara milik Miki yang terlepas di atap. Shinichi tahu karena sempat melihat Kamoshita mengambil sesuatu yang terjatuh ketika menolong Yuri saat menemukan Yuri dan Sonoko yang disekap di ruang bawah tanah tadi.
“Mutiara tadi tidak sengaja masuk ke lipatan celana panjangmu saat membunuh Miki-san di atap tadi. Dan jatuh kembali di ruangan ini.”
Yuri tidak bisa mengelak lagi, “Seperti rumor yang aku dengar selama ini, detective besar. Itu benar . . . aku yang membunuh Miki. Tapi orang yang merencanakan penculikan ini adalah Miki. Daripada mendapatkan warisan dari ayah yang harus dipotong pajak warisan . . . lebih baik mendapatkannya dengan membuatnya seolah terjadi penculikan . . . dengan pelaku yang menginginkan berlian senilai 10 milyar itu.”
Shinichi lalu melihat sekeliling. Ia melihat sebuah kotak di dinding dengan plester yang tampak baru saja dibuka. Shinichi lalu membuka kotak itu. dan . . . terjatuhlah bukti dari semua peristiwa ini. Sebuah manekuin dan . . . berlian senilai 10 milyar. Bukti yang tidak terbantahkan lagi.
Kembali ke ruangan serba putih
“Berlian” Shinichi mengetikkan kata itu di panel touch screen yang ada.
“Shinichi? Tidak ada yang berubah . . . ,” Ran mulai kehabisan napas disebelahnya.
Akhirnya balon berwarna merah itu berangsur mengecil, dan kemudian meletus. Sebuah pintu di seberang ruangan terbuka.
“Ini masih jauh dari selesai,” gumam Shinichi sambil menggandeng tangan Ran menyeberang ruangan itu.
Sampai di ruangan lain, “Kyaaa!” Ran berjengit kaget.
“Ini . . . arus listrik,” komentar Shinichi sambil berjongkok ke lantai dan memeriksa lantai ruangan itu. “Ow!”
Preview episode selanjutnya . . .
Ran dan Shinichi sedang naik bis bersama sepulang sekolah. Tiba-tiba ada laki-laki bertampang rames—rai mesum­­—mendekati Ran dan . . . meremas p****t Ran.
“Apakah si pengganggu pelaku pembunuhan?!”
“Misteri berhentinya alat bantu pernafasan.”
Picture and written by Kelana
Posting at www.elang-kelana.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar