Rabu, 12 Februari 2014

SINOPSIS Detective Conan: Kudo Shinichi e no Chousenjou (Detective Conan TV series 2011) episode 3

– Pembunuhan dengan Senapan Jari –

Episode sebelumnya
Shinichi kembali berhasil memecahkan kode pada kasus kedua yang ditujukan padanya. Shinichi, Ran dan Kogoro berhasil membuka pintu ruang putih itu, dan tiba kembali ke ruang putih lain. Sebuah tanggal muncul, 9 Juli 2010.
“Hari yang memuakkan!” keluh Kogoro.
Pengadilan distrik Tokyo, cabang Komehana
9 Juli 2010
“Tidakkah itu terlalu terang?” Tanya Ran yang melihat ibunya, pengacara Eri Kisaki (Nene Otsuka) mengoleskan lipstick warna terang di bibirnya.
“Sampai warnanya benar-benar merah, ini belum cukup untuk membangkitkan semangat bertanding, iya kan? Hari ini untuk pembalasan,” komentar Eri.
“Pembalasan . . . pada siapa?” Ran heran.
“Ran . . . apapun yang terjadi hari ini, jangan takut,” pesan Eri pada putrinya itu.
Shinichi yang juga datang kesana sedang sibuk membuka-buka ponselnya. “Bunga yang mana ya?”
“Pakaian dalam,” Eri tiba-tiba saja datang dan menghampiri Shinichi. “Di luar negeri, hal biasa memberikan hadiah berupa pakaian dalam pada kekasihmu. Itu hadiah untuk Ran kan? Aku akan mendukungmu.”
“Eh?! Tapi, Ran bukan kekasihku dan . . . ini juga bukan luar negeri, lagipula . . . ini hanya ucapan terimakasih,” elak Shinichi. “Bagaimana kalau makanan?”
“Itu yang paling buruk. Dengar . . . pikirkan baik-baik, atau kau akan menyesal,” ucap Eri sambil menodong Shinichi dengan jadi telunjuknya.
“Eh, Eri-san . . . hadiah pertama yang diberikan suamimu . . . apa?”
“Ini,” Eri menujukkan lisptik yang tadi digunakannya di toilet.
“Oh. Pilihannya sangat cocok dengan karakternya, iya kan?”
Eri merebut lipstick itu dari tangan Shinichi. “Dia siapa, aku yang memilih dan membelinya sendiri.”
Shinichi bengong oleh sikap Eri-san. Ran yang telah selesai dari toilet datang. Mereka bertiga lalu masuk ke ruang sidang.
Pengadilan distrik Tokyo, cabang Komehana, ruang sidang 305
“Ayah?!”
“Paman, apa yang anda lakukan disini?” Tanya Shinichi.
“Dia yang menghubungiku,” ucap Kogoro sambil melirik ke arah Eri—istri pisah rumahnya—lagipula ini kan sidang Reika-chan, jadi aku harus datang. Kali ini kau bukan pengacara Reika kan?”
“Sekali lagi kau sebut nama itu, aku akan membunuhmu,” ucap Eri sambil menodongkan telunjuk tangan kanannya di kepala Kogoro.
Sidang dimulai. Terdakwa adalah seorang hostess di sebuah bar “Mint Rose”, bernama Saito Reika. Pada 28 Mei 2010, ketika shif-nya, dia dituduh sebagai tersangka pencurian uang dari brankas bar tempatnya bekerja sebesar 10 juta yen ($125,000). Tetapi, dia menyangkal hal itu dan mengatakan memiliki alibi ketika peristiwa pencurian itu terjadi. Eri Kisaki adalah saksi penting yang dapat membuktikan alibinya.
Pengacara Reika, Uchida Shin’ya mulai mengajukan pertanyaan pada Eri. “Pada saat peristiwa pencurian di bar “Mint Rose” tanggal 28 Mei 2010, dimana anda berada?”
“Keberatan yang mulia, pertanyaan tidak membuktikan alibi terdakwa,” ucap jaksa Kamikawa Takumi sebagai penuntut umum di sidang itu.
“Jika terdakwa dan Kisaki-san berada pada tempat yang sama, terdakwa tidak mungkin melakukan kejahatan itu, iya kan? Apakah anda akan menarik keberatan anda?” elak Uschida-san. “Kisaki-san, dimana anda berada?”
“Di Haidocho . . . di sebuah hotel.”
“Aku melihatmu. Kau bersama seorang laki-laki tua menjijikan,” ucap Reika mencibir.
Ran tidak percaya dengan jawaban ibunya itu. Apalagi Kogoro, yang langsung menganggapnya sebagai perselingkuhan tak termaafkan.
“Ini menunjukkan bahwa terdakwa Reika berada di tempat yang sama dengan Kisaki-san. Ada bukti berupa video yang mendukung alibi dari Reika,” lanjut Uchida.
“Video itu akan membuktikan kalau alibi Reiko, dan jawaban Eri-san sesuai,” komentar Shinichi.
“Pengacara cantik sepertimu, pergi bersama seorang pria lain, yang tua dan menjijikan. Meski kau memiliki seorang suami yang baik dan tampan, tapi kau tetap melakukan hal itu. Jelas masih lebih baik aku, yang lebih muda dan cantik,” Reika mulai mengoceh tidak jelas.
“Reika-chan, karena kau terdakwa, sebaiknya kau bersikap tenang,” pengacara Uchida mencoba menasehati Reika.
“Pengacara Uchida . . . aku menyesal datang sebagai saksi bagi wanita ini,” balas Eri.
“Maaf.”
Sementara dari kursi pengunjung, Kogoro semakin panas. Ia tidak terima dengan apa yang dilakukan istrinya Eri, seperti dikatakan oleh Reika.
“Yang sebenarnya, kau memiliki lidah yang licin. Kalau kau masih bicara seperti itu . . . kata-katamu akan mengakhiri hidupmu,” ucap Eri-san sambil mengacungkan telunjuk tangan kanannya ke arah Reika.
“Apa artinya, kau akan membunuhku?” tantang Reika.
“Seperti keinginanmu. Bang!!!”
Bersamaan dengan itu, terdengar suara letusan yang sebenarnya. Eri kaget dan terjengkang ke belakang. Ia jatuh ke lantai. Tidak lama sesudahnya, Reika menyusul jatuh ke lantai dengan luka tembak di dahinya . . .
Melihat Reika jatuh ke lantai, semua orang di ruangan sidang itu heran. Kogoro buru-buru melompati pagar pembatas dan mendekat.
“Seseorang, tolong panggil ambulan. Dia . . . “
“Dia meninggal kan? Ah sungguh disesalkan kan,” ucap Eri setelah bangun dari jatuhnya.
“Eri, apa yang kau lakukan? Seseorang meninggal . . . “ protes Kogoro.
“Tidak ada yang bisa dilakukan kan kalau dia sudah meninggal. Atau kau mau jadi yang berikutnya?” tantang Eri pada Kogoro, pengacara Uchida. Ran yang kaget dengan sikap ibunya ini, protes. Tapi Eri mengabaikannya.
“Sungguh trik yang luar biasa pengacara Kisaki. Jika orang memang bisa meninggal dengan ditembak oleh senapan jari, lakukan padaku,” tantang Shinichi.
Ran protes pada sikap Shinichi ini. Tapi Shinichi tidak menghiraukannya dan tetap dengan tenang berdiri di depan Eri. Eri mendekat, mengacungkan jarinya pada Shinichi.
“Hadiah yang kita bicarakan sebelumnya . . . apa yang kau pikirkan di kepalamu? Harapan yang tersembunyi di hadiah itu membekas hingga di ujung jari ini. Jika kau salah memilih . . . aku akan membunuhmu,” ucap Eri di depan Shinichi.
Shinichi terdiam sesaat sebelum melanjutkan ucapannya. Ia kemudian melompati pagar pembatas. “Paman, aku serahkan wanita ini padamu. Sepertinya kau harus membunuh istrimu.”
Eri tersenyum.
Kogoro mulai ribut. Ia merasa pembunuhan ini dikarenakan olehnya. Karena memperebutkan dirinya, kedua wanita (Eri dan Reika) bertengkar hingga salah satunya terbunuh. “Aku sangat menyesal.”
“Sersan, bawa keluar lelaki ini!” perintah ketua sidang, untuk membawa Kogoro keluar dari ruangan ini karena mulai membuat keributan.
“Aku sangat menyesal pengacara Kisaki. Aku tidak bisa berada di pihakmu. Ketua sidang, silahkan bawa pengacara Kisaki. Dia adalah tersangka utama pembunuhan Reika-san,” ucap Shinichi tegas.
“Shinichi?” Ran tidak percaya dengan apa yang dikatakan Shinichi.
Tim investigasi dari kepolisian Tokyo datang, Detectice Sato Miwako dan Detective Wataru Takagi. Dari investigasi yang dilakukan, Reika dibunuh dengan satu tembakan tepat di kepala dan langsung meninggal saat itu juga. Tapi tidak ditemukan senjata apapun yang digunakan oleh si pelaku untuk membunuh korban. Lagipula, tidak dibenarkan pula untuk membawa senjata api masuk ke ruangan sidang.
“Karena ini hanya satu tembakan . . . itu mungkin sebuah tabung logam dengan detonator yang berfungsi untuk menembakkan peluru?” ujar detective Sato. Detective Sato lalu menanyakan detail kejadian itu pada Jaksa Kamikawa.
“Kebiasaan aneh pengacara Kisaki (menodongkan jari telunjuk tangannya seolah akan menembak dengan jari itu). Dia sendiri mengatakan kalau dia akan membunuhnya (Reika) dan memberikan pengakuan,” ucap jaksa Kamikawa.
“Jadi anda yang membunuh Reika-san, pengacara Kisaki?” Tanya detective Takagi pada Eri.
“Tidak. Kau salah.”
“Apakah kau mengingkari pernyataanmu tadi?” protes detective Takagi.
“Apakah kau percaya orang bisa terbunuh oleh senapan jari? Jadi kau akan menuliskan di laporanmu . . . senjata pembunuh, “senapan jari telunjuk”? tantang Eri.
“Shinichi . . . ibu bukan pelakunya kan?” Tanya Ran, tapi Shinichi diam saja. “Shinichi?” Ran semakin tertekan.
“Dia mungkin saja melakukannya,” ucap seorang wanita yang ternyata adalah pemilik Snack Mint Rose bar, tempat Reika bekerja, dan dituduh mencuri. “Reika dan ibumu pernah bertengkar hebat karena Kogoro-chan.”
Flash back, pertengkaran Reika dan Eri di depan Kogoro.
“Jika benar memang begitu, berarti memang ada motif/alasan pengacara Kisaki membunuh Reika,” tambah jaksa Kamikawa.
“Shinichi . . . tadi ibu memang mengatakannya. Kalau hari ini adalah hari pembalasan,” ucap Ran.
“Ran, itu . . . “
“Tapi tidak mungkin ibu adalah penjahat . . . “ ucapan Ran menggantung.
“Jaksa Kamikawa, bagaimana dengan video yang membuktikan alibi Reika-san. Bisakah kita melihatnya? Mungkin ada sesuatu disana yang disembunyikan oleh pengacara Kisaki,” pinta Shinichi.
Ditemani detective Sato, pengacara Eri Kisaki, pengacara Uchida, jaksa Kamikawa dan Shinichi menyaksikan video yang digunakan untuk membuktikan alibi Reika-san sebelumnya. Video itu menunjukkan gambar dua orang di depan sebuah hotel. Dan disana, tampak jelas wajah pengacara Kisaki.
“Ini membuktikan kalau Reika tidak bersalah,” ucap pengacara Uchida kemudian.
Eri diam saja ketika semua orang memperhatikan video itu. Ia tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Shinichi mengambil remote dan memutar video itu lagi. Ia berhenti di suatu saat.
“Siapa lelaki yang bersama anda di video ini, pengacara Kisaki?” Tanya Shinichi, tapi Eri diam saja sambil melengos. “Anda tidak bisa menjawabnya?” desak Shinichi yang tetap dijawab Eri dengan diam tanpa kata.
Kembali ke ruang sidang. Shinichi memikirkan apa saja yang terjadi kali ini. Dia mengumpulkan kepingan-kepingan fakta yang ia dapat.
“Anda tidak ingin video ini ditunjukkan, jadi anda membunuh Reika-san, iya kan pengacara Kisaki?” Tanya Shinichi.
“Shinichi, apa yang kau katakan?!” protes Ran.
“Ran, dari kesimpulanku, pengacara Kisaki adalah pelakunya. Pengacara Kisaki membunuh Saito Reika di ruang sidang ini. Tujuannya . . . tidak ingin video itu ditunjukkan di ruang sidang. Karena video itu  . . . bukti perselingkuhanmu. Dengan hal ini . . . perceraianmu segera jelas.”
“Apa yang kau katakan sangat membosankan. Aku bisa bercerai dari lelaki seperti dia kapan saja,” elak Eri.
“Tapi pengacara Kisaki, anda bertengkar dengan Reika-san karena Kogoro. Itu karena kecemburuan.”
“Itu hanya kebanggaan.”
Ran protes dengan apa yang dipaparkan Shinichi. Ia masih tetap beranggapan kalau ibunya itu tidak bersalah. “Karena ibu jujur . . . dan selalu benar, juga ibu yang sempurna.”
Jaksa Kamikawa mengiyakan paparan Shinichi. Ia juga mengatakan kalau orang yang sempurna pun kadang melakukan kesalahan. Dan ini adalah saat bagi pengacara Kisaki untuk mengevaluasi diri.
Shinichi mereka ulang apa peristiwa pembunuhan yang terjadi tadi. “Ketika terjatuh, anda mengambil senjata pembunuh yang anda jatuhkan. Kericuhan yang terjadi membuat anda leluasa melakukannya.”
“Mana buktinya?” tantang Eri.
“Sejak peristiwa pembunuhan tadi, anda selalu berada dalam penngawasan polisi. Jadi senjata itu pasti masih ada pada anda,” terang Shinichi.
“Lakukan penggeledahan!” perintah jaksa Kamikawa kemudian.
Eri kemudian digeledah oleh detective Sato. Sementara semua orang tegang menunggu. Tapi ternyata tidak ditemukan senjata pembunuh di tubuh Eri. Semua orang heran.
“Yang benar, pengacara Kisaki tersangkanya . . . atau bukan?” komentar pengacara Uchida.
“Tentu saja . . . tidak mungkin pengacara cerdas seperti Eri Kisaki tidak punya tempat yang aman untuk menyembunyikan hal itu. Senjata pembunuh itu pasti ada disana. Tolong untai rambut anda pengacara Kisaki. Kenapa? Anda tidak bisa menguntai rambut anda?” tantang jaksa Kamikawa.
Eri menarik napas dan menghembuskannya. Ia lalu menguntai rambutnya. Dan sebuah benda terjatuh dari sana.
“Aku menemukan senjata pembunuhnya,” ucap Jaksa Kamikawa. “Tidak diragukan lagi, dia pelakunya.”
“Tapi benarkah itu senjata pembunuhnya?” Tanya Shinichi ragu.
Jaksa Kamikawa lalu membuka benda itu. Ia menunjukkan kalau itu adalah sebuah senjata pembunuh. Tapi . . . ternyata benda yang jatuh itu adalah . . .
“Lihatlah ini. Disini ada bagian untuk menembakkan peluru . . . “ ucap jaksa Kamikawa sambil membuka benda itu, yang ternyata sebuah . . . LIPSTIK.
“Sepertinya itu sebuah  . . . lipstick biasa. Pada akhirnya anda melakukan sebuah kesalahan, jaksa Kamikawa. Pada laporan investigasi, dituliskan . . . senjata pembunuh berupa sebuah tabung logam pendek. Tidak ada yang tahu persis seperti apa bentuk dan ukurannya. Jadi . . . tidak ada seorangpun kecuali tersangka yang akan menyatakan kalau senjata pembunuh itu adalah lipstick. Dan . . . senjata pembunuh yang sebenarnya adalah ini,” Shinichi mengambil dan mengeluarkan sebuah benda mirip lipstick dari tempat video.
“Anda membuat senjata yang menyerupai lipstick yang biasa digunakan oleh pengacara Kisaki, dan memanfaatkan kebiasaan pengacara Kisaki untuk membunuh Reika. Setelah itu anda menghapus sidik jari dengan sapu tangan dan menendangnya ke arah tempat pengacara Kisaki berdiri. Karena bentuknya yang mirip, pasti pengacara Kisaki akan menganggapnya sebagai miliknya. Karena itulah pasti ada sidik jari pengacara Kisaki di senjata itu,” papar Shinichi.
“Ketika jatuh dan menemukan benda itu, aku manganggapnya sebagai milikku. Tapi setelah memegangnya dan terasa panas . . . aku mengerti. Jika ada sidik jariku di benda itu, apsti aku akan dicurigai sebagai tersangka. Karena itulah aku memberikan petunjuk pada Shinichi,” lanjut Eri-san.
Shinichi melanjutkan, “Aku mengetahuinya dari kalimat yang diucapkan Eri-san. “Gunakan kepalamu”, “Hadiah apa yang kau pikirkan di kepalamu?”. “hadiah” yang dimaksud adalah lipstick. “ujung jari” berarti sidik jari. “jika kau salah memilih” artinya senjata pembunuh. Dari sana aku mengerti pesan Eri-san. Ketika senjata pembunuh tidak ditemukan, maka pelaku sebenarnya akan menunjukkannya.”
“Jadi ketika laki-laki itu (Kogoro) membuat keributan, aku memberikan senjata pembunuh itu pada Shinichi-kun . . . ,” lanjut Eri-san.
“Hhh, kalian membuatku khawatir,” ucap Ran yang merasa lega.
Jaksa Kamikawa masih mengelak dengan bukti yang dipaparkan Shinichi dan Eri-san.
“Lalu bagaimana kau menjelaskan kebohongan yang dilakukan oleh Reika-san?” tantang Eri-san kemudian.
Mereka lalu memutar ulang video yang tadinya digunakan sebagai alibi Reika-san.
“Sebelum Reika dibunuh, dia mengatakan kebohongan besar. Berdasarkan alibinya, ia tidak ada di depan hotel pada saat kejadian. Ia mencuri uang dari bar tempat ia bekerja. Karena . . . benar kan, Eri-san? Tanya Shinichi.
“Benar? Ketika aku bersama dengan laki-laki tua menjijikan . . . haruskah aku memanggilnya?”
Kogoro lalu keluar dari ruangan lain dengan gaya narsisnya. Eri yang alergi dengan sikap dan kebohongan suaminya itu langsung gatal di mata kirinya.
“Dia (Kogoro) adalah pelanggan di bar tempat Reika bekerja. Kalau saat itu Reika-san benar-benar melihat kami berdua (Eri dan Kogoro) seperti yang tampak di video, seharusnya ia mengenalinya. Itu artinya Reika mempelajari video itu dari seseorang. Dan jelas, Reika bersalah,” papar Eri-san.
Dari sana Shinichi menunjukkan kalau laki-laki yang tampak bersama dengan Eri-san adalah Kogoro. Ran kaget. Begitupula Kogoro, dan dia baru ingat kalau saat itu dia mabuk dan menghubungi Eri-san untuk membawanya pulang.
“Dan yang memberikan informasi tentang Eri-san berada di depan sebuah hotel, adalah anda jaksa Kamikawa?” tembak Shinichi.
Jaksa Kamikawa tidak bisa mengelak lagi. Ia akhirnya mengakui semuanya. Jaksa Kamikawa memili affair dengan Reika-san. Ia juga mendapat uang suap dari tempat Reika bekerja. Ketika Reika dituduh mencuri, ia memaksa jaksa Kamikawa untuk membantunya. Jika tidak, ia akan memaparkan affair dan kasus suapnya selama ini. Karena alasan itulah jaksa Kamikawa membunuh Reika-san.
Jaksa Kamikawa yang jelas bersalah dibawa ke kantor polisi. Kasus terselesaikan dengan baik.
“Ran, maafkan ibu. Kau pasti sangat khawatir,” ucap Eri-san pada putrinya itu.
“Ya. Tapi tidak apa-apa. Aku tetap mempercayai ibu,” ucap Ran sambil tersenyum pada ibunya.
Kogoro yang melihat kedua wanita itu ingin merangkul mereka. Tapi gengsi Kogoro rupanya lebih besar. Ia mundur dan tidak berani mendekat.
“Ran . . . hati-hatilah dalam memilih suami,” pesan Eri pada putrinya itu.
Kogoro menabrak Shinichi yang berdiri di belakangnya. “Jangan melarikan diri, paman,” ucap Shinichi.
“Hei detective . . . jangan salah memilih istri,” pesan Kogoro kemudian.
Kembali ke ruangan serba putih. Shinichi mengetikkan sebuah kata, “LIPSTIK”. Pintu terbuka. Mereka bertiga masuk ke ruangan serba putih lain. Mereka menemukan sebuah gaun pengantin.
“Wah, cantiknya,” ucap Ran.
“Jika diingat-ingat, gaun ini . . . “
“Gaunku!” seru Ran memotong ucapan Shinichi.
“Hah, kau kan belum menikah,” Kogoro tidak percaya.
“Bukan, ini bukan gaun Ran. Ini milik pengantin wanita dimana pestanya dikacaukan oleh paman Kogoro,” ucap Shinichi.
“Apa? Aku?” Kogoro tidak mengerti.

Preview episode 4
Seorang wanita yang merupakan teman dekat pengantin laki-laki terbunuh ditengah pesta pernikahan. Sebuah pesan datang, “Jika kau berselingkuh, aku akan membunuhmu.”
Picture and written by Kelana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar