– Istri vs Kekasih, Harga Diri Wanita Penyebab Pembunuhan –
“Shinichi, cepat ingat tanggalnya?!” Ran semakin panik karena waktu di
layar sentuh itu terus berjalan.
Ruangan berubah merah, dan kemudian . . . gelap. Sesaat kemudian,
kembali terang.
“Apapun itu, ini suatu keberuntungan kan, bocah detective?” komentar
Kogoro sejurus kemudian.
“Bukan, kau salah. Aku tidak mengetikkan apapun,” jawab Shinichi.
“Eh, jadi siapa?” kali ini Ran angkat bicara.
Shinichi memandangi lagi tanggal yang tampak di panel sentuh itu, mencoba mengingat-ingat sesuatu. “Ini benar . . . tanggal ini . . . insiden menyedihkan di tempat itu . . . “
12 Agustus 2010
Shinichi dan seorang gadis cantik duduk berhadap-hadapan di tangga. Kali
ini tidak ada Ran.
“Aku tidak mengira . . . jika kau dan aku bisa bersama seperti ini.”
“Aku mencintaimu,” ucap Shinichi.
“Aku menginginkanmu,” balas gadis itu.
“Sekarang!
Sekarang ciuman panas?!” ucap seorang laki-laki di depan mereka berdua
kemudian. Lelaki itu adalah sutradara film, Nagata Akihiro.
“Ciuman? Itu tidak ada dalam script, iya kan?!” Shinichi protes dan
segera menjauh dari gadis itu.
Ooooo
. . . ternyata ini hanya sebuah adegan dalam suatu film, dimana
Shinichi berperan sebagai seorang detective yang sedang bersama
kekasihnya.
“Ikuti alur saja, mengalirlah dengan wajar. Detective
ini bekerja dengan mendapatkan hati wanita untuk menemukan kebenaran
yang dicarinya. Itulah kenapa ciuman penting,” komentar sutradara Nagata
dengan santai.
“Ayo lakukan,” ajak wanita yang bersama Shinichi tadi. Ia adalah aktris
pendatang baru, Ikusuri Saori.
Dari
lantai atas tampak Ran berjalan dengan membawa minuman. Melihat
Shinichi berdekatan dengan wanita lain, Ran kesal. Ia pun melemparkan
botol minumannya ke kepala Shinichi.
“Pletak!”
“Aww!”
“Hmmft. Kenapa tidak dilakukan?” sindir Ran pada Shinichi.
Kontan Shinichi salah tingkah ketika tahu Ran melihat adegan tadi.
“Bodoh, aku tidak bisa melakukannya.”
Sonoko
kemudian muncul. Ia justru memanaskan suasana. “Kenapa dengan ciuman?”
Sonoko mengatakan kalau Shinichi seharusnya tidak melewatkan kesempatan
itu. Karena sutradara Nagata adalah salah satu sutradara besar Jepang.
Ran
protes pada Sonoko. Rupanya Ran tidak diberi tahu kalau ada bagian
dimana Shinichi harus berakting mesra dengan seorang wanita. (hahaha .
. . cembokur ni rupanya)
“Kalau begitu, apa kalian mau mencobanya? Adegan ciuman mesra?” tawar
sutradara Nagata pada Ran dan Shinichi.
Ran dan Shinichi saling pandang. Tapi sejuruh kemudian membuang muka. (hahaha
. . . malu ya mas)
“Jadi kalian belum pernah berciuman?” tebak sutradara Nagata kemudian.
Ran dan Shinichi kembali saling memandang, salah tingkah.
Sutradara
Nagata lalu mempraktekkan ciuman, yang dilakukannya tanpa malu-malu di
depan mereka semua dengan aktris pendatang baru itu, Saori. Ran,
Shinichi dan Sonoko hanya bisa kaget dan bengong melihat adegan di
depannya itu.
Tiba-tiba dari arah pintu muncul seorang wanita. Dia
adalah Nagata Chisato. Seorang aktris sekaligus istri dari sutradara
Nagata.
“Jadi begini. Kau bohong soal syuting film,” Chisato marah melihat
suaminya, sutradara Nagata sedang berciuman dengan Saori.
Ran dan Shinichi kaget. Hanya Sonoko yang menyadari kalau Chisato adalah
seorang aktris terkenal.
Chisata
yang benar-benar marah mengambil pisau pemotong buah di ruangan itu. Ia
menodongkannya pada Saori. Tapi sutradara Nagata buru-buru melerainya.
“Sudahlah. Kau (Chisato) istriku, dan dia (Saori) kekasihku. Harusnya
kalian bisa akur,” sutradara Nagata lalu mengajak mereka semua minum teh
bersama.
“Kana, tolong siapkan teh untuk kami semua,” ucap sutradara Nagata
kemudian pada pengurus vilanya itu, Ishihara Kana.
Sutradara
Nagata juga mengajak Ran, Shinichi dan Sonoko untuk bergabung. Dia juga
memamerkan koleksi cangkirnya pada mereka dan mempersilahkan mereka
semua untuk minum menggunakan cangkir manapun yang disukai. Suasana
kembali membaik.
Chisato lalu mengeluarkan sebuah gula padat dan
melarutkannya di cangkir teh suaminya, sutradara Nagata. “Kau (Siori)
pasti tidak tahu kebiasaan suamiku ini kan,” cibir Chisato pada Saori
yang duduk di kursi seberang.
Chisato lalu mengaduk teh itu dan
mencicipinya, sebelum kemudian memberikannya pada suaminya. Sutradara
Nagata menerima cangkir teh dari istrinya itu dan meminumnya. Tapi tidak
lama kemudian, sutradara Nagata kesakitan dan . . . ambruk.
Seisi
ruangan heboh. Shinichi buru-buru memeriksa nadi sutradara Nagata, dan
dia . . . meninggal. Shinichi membaui aroma mulut korban, dan tercium
aroma almond, “Potasium sianida, dia diracuni!” seru Shinichi.
Chisato yang mengetahui suaminya meninggal, mendadak pingsan. Ia lalu
dibawa ke kamar. Tapi tidak lama kemudian ia siuman.
Sementara
itu, semua orang yang tersisa menunggu di ruang tamu. Polisi sudah
membawa mayat sutradara Nagata keluar, tapi sebelum jelas siapa pembunuh
sutradara Nagata, mereka semua adalah saksi sekaligus tersangka.
“Berdasarkan
situasinya . . . seseorang mencoba membunuh sutradara Nigata dengan
memasukkan potassium sianida dalam tehnya. Masalahnya . . . siapa dan
bagaimana dia memasukkan potassium sianida dalam teh sutradara Nagata?”
Sonoko membuka pembicaraan.
“Pertama, kita semua tahu, kalau
Kana-san yang membuat teh. Tapi Kana-san membuatnya langsung dari satu
teko dan menuangkannya pada masing-masing cangkir,” Ran melanjutkan.
“Jika
teh yang dibuat mengandung potassium sianida . . . maka kita semua akan
keracunan juga. Mungkinkah dia lebih dulu meletakkan racun itu di dalam
cangkir yang digunakan sutradara Nagata?” ucap Sonoko lagi.
Shinichi
masih berpikir. “Tidak, itu tidak mungkin. Kita semua memilih cangkir
teh secara acak langsung dari lemari penyimpanan kan. Ini lebih tidak
mungkin lagi memperkirakan cangkir mana yang akan dipilih dan digunakan
oleh sutradara Nagata,” komentar Shinichi kemudian.
“Lalu bagaimana dengan Chisato-san?” Tanya Shinichi mengalihkan
perhatian.
“Dia pingsan dan sekarang sedang istirahat di kamar,” jawab Kana-san.
“Bukankah kau yang membunuhnya?” tuduh Saori pada Kana.
Saori
menuduh Kana yang melakukan pembunuhan terhadap sutradara Nagata, tapi
Kana mengelak. Saori lalu mengatakan kalau hanya satu orang yang
memiliki alasan untuk membunuh sutradara Nagata, dia adalah Chisato-san.
Chisato tidak memaafkan kesalahan suaminya yang berselingkuh.
“Bukankah dia yang memasukkan sianida dalam gula kotak itu?” lanjut
Saori.
“Tapi yang pertama meminum teh itu kan Chisato-san sendiri, iya kan?”
protes Ran.
Saori
mengatakan kalau hal itu bisa saja terjadi. Chisato-san meletakkan
sianida di tengah gula kotak dan dia meminumnya terlebih dahulu sebelum
itu meleleh.
Ran masih tidak percaya. Karena Chisato-san telah
mengaduknya dulu. Dan meski kemungkinannya kecil, spekulasi Chisato-san
cukup berani dengan meminumnya dulu sebelum racun itu menyebar dalam
teh. Dan itu artinya ia membahayakan dirinya sendiri.
Saori
mengambil tasnya, dan kemudian tiba-tiba jatuh sekotak potassium
sianida. Shinichi curiga, Ran dan Sonoko kaget. Tapi Saori buru-buru
mengelak, kalau itu bukan tasnya. Ia mengambil tas yang ada di kursi
tempat Chisato-san duduk semula. “Tasku yang ini. Sutradara Nagata
membelikanku tas dengan bentuk dan warna yang sama dengan milik
Chisato.”
Chisato-san yang telah sadar dari pingsannya, dan keluar dari kamar. Ia .
. . hilang ingatan.
“Ada kemungkinan jika seseorang akan kehilangan ingatan karena shock
yang parah,” komentar Shinichi.
Tapi
Saori tidak percaya. Ia mulai memaki Chisato. Saori lalu mengeluarkan
sebuah majalah. Di majalah itu tampak Chisato bersama seorang actor muda
pendatang baru, yang belakangan kemudian dicampakkannya.
Sonoko mengambil majalah yang dibuang Saori. Ia mengajak Ran dan
Shinichi ke ruangan lain.
“Aku pikir aku tahu siapa lelaki yang bersama Chisato-san ini,” ucap
Sonoko.
“Kau tahu dia?” Ran tidak percaya.
“Yeah.
Kimura Keisuke. Dia adalah actor dari sebuah kelompok teater kecil . . .
yang bunuh diri dua bulan setelah berita di majalah ini diterbitkan.”
“Bunuh diri?!” Shinichi heran.
“Aktris
terkenal dengan actor pendatang baru. Bagaimana pun, tampaknya mereka
tidak seimbang. Itulah kenapa saat Chisato-san dekat dengan lelaki muda
untuk mengusir kebosanan . . . selanjutnya muncull rumor kalau dia
membuang lelaki itu,” papar Sonoko.
Shinichi memperhatikan lebih dekat artikel itu. Ia pun menngambil foto
artikel itu dengan ponselnya. (disini Shinichi pake ponsel canggih,
hehehe . . . tapi kq punya Ran yang biasa ya?).
Shinichi keliling rumah itu. Ia bertemu Chisato-san.
“Kalau aku melihat sekeliling, aku mungkin bisa segera ingat,” ucap
Chisato kemudian.
Shinichi
pun menemani Chisato berkeliling. Pertama ke ruang kerja sutradara
Nagata. Kemudian ke ruangan latihan sebelum pengambilan film, dan
terakhir ke ruang perpustakaan sutradara Nagata. Chisato-san mengambil
sebuah album.
“Itu proyek pertama yang anda kerjakan bersama sutradara Nagata,” ucap
Shinichi.
Chisato
membuka-buka file itu. Tampak beberapa foto bahagia ketika mereka
bersama. “Menyedihkan bukan, ketika kau tidak ingat momen bahagia yang
pernah kau alami,” sesal Chisato-san.
Shinichi membuka-buka ponselnya. Mencari tahu arti kata menggunakan
fasilitas online, GLEGLE translate. (bukan Google lho ya . . .)
"A AUK KEEN SKI, apa artinya ini? Sea sparrow's sharp ski. Coba
yang satunya . . . A AUK SEEK INK, apa artinya ini? Sea sparrow
seeks ink. Ini anagram!” seru Shinichi girang. (anagram
adalah salah satu cara kuno untuk menyembunyikan kalimat/rahasia dengan
mengubahnya menjadi kata/kalimat baru dengan makna baru pula. Hehe . . .
jadi inget ‘teh da vinci code’)
Ran tiba-tiba sudah ada di belakangnya. “Kekhawatiran seorang detective,
huh?”
“Diamlah. “
“Kau tidak punya petunjuk baik motive maupun pembunuh atau metode
pembunuhannya kan?” Ran masih menggoda Shinichi.
“Aku tahu dua diantaranya,” balas Shinichi tidak mau kalah.
“Eh? Kau tahu?” Ran tidak percaya.
“Dan
yang tersisa . . . cara pembunuhannya,” Shinichi lalu beranjak dari
ruang latihan itu. Di lantai atas, Shinichi menemukan seperangkat
peralatan bermain golf. Di mengambil stik golf itu dan asyik
mengamatinya. “Aku tahu . . . aku tahu bagaimana itu dilakukan. Hanya
ada satu kebenaran.”
“Apa
kau berniat menghapus bukti itu?” tegur Shinichi melihat Kana muncul di
ruang minum teh tadi. “Orang yang membunuh sutradara Nagata dengan
potassium sianida . . . adalah kau, Ishihara Kana.”
“Apa yang kau katakan. Untuk alasan apa aku harus membunuh sutradara
Nagata?” Kana mengelak.
“Sasaranmu sebenarnya bukanlah sutradara Nagata . . . tapi istrinya,
Chisato-san, Kana-san,” ucap Shinichi lagi.
Dari arah belakang, muncul Ran, Sonoko dan Chisato-san.
“Bukankah
laki-laki yang muncul di majalah bersama Chisato-san . . . adalah
kekasihmu? Kau memiliki gelang keberuntungan yang sama dengan milik
Keisuke-san di majalah ini. Dengan ini, jelas kalau kalian adalah
sepasang kekasih. Pada permukaan kedua gelang itu, diukir beberapa kata
dengan huruf latin. Pada gelang milik Keisuke, A AUK KEEN SKI. Pada
gelangmu, A AUK SEEK INK. Keduanya adalah anagram. Ketika kau mengubah
susunannya, maka akan muncul makna baru. Ketika ke 11 karakter itu
diatur ulang, akan di dapat KEISUKE KANA. Dengan kata lain, nama kalian
berdua. Kau ingin balas dendam pada Chisato-san . . . yang telah membuat
kekasihmu bunuh diri . . . Cara yang kau gunakan bukan dengan membunuh
Chisato-san, tapi membuatnya dituduh membunuh. Jadi kau mencoba membunuh
sutradara Nagata dan melimpahkan kesalahan pada Chisato-san,” papar
Shinichi.
“Bagaimana caranya? Kau bilang kalau aku yang meletakkan postsium
sianida dalam teh?” Kana masih mengelak.
“Potasium
sianida itu tidak dimasukkan dalam teh. Itu dioleskan pada bibir
cangkir sebelumnya. Satu lagi . . . potassium sianida itu hanya
dioleskan pada sisi sebelah kanan pegangan cangkir saja. Itulah kenapa
Chisato-san yang mencicipi teh sutradara Nagata tidak meninggal. Umunya
seseorang mengambil cangkir dengan tangannya yang dominan kan? Sutradara
Nagata adalah satu-satunya orang yang kidal disini. Kau telah
memastikannya sebelumnya. Sejak awal, kau tahu kalau Chisato-san tidak
kidal. Jadi cangkir manapun yang diambil dari lemari penyimpanan, hanya
sutradara Nagata yang akan keracunan potassium sianida. Yang menukar dan
meletakkan kotak berisi potassium sianida pada tas Chisato-san juga kau
kan? Jadi Saori akan menyadarinya setelah menemukan sianida di tas
Chisato-san. Kau menyelesaikan semua ini dengan menghapus sianida dari
semua cangkir.
Akhirnya Kana-san mengakuinya. Kalau ia melakukan
ini untuk membalas dendam karena kekasihnya Keisuke dipermainkan.
Chisato pernah menjanjikan akan menjadikan Keisuke seorang actor besar,
tapi kemudian ia menghianati janji itu dan mengabaikan Keisuke seperti
pakaian bekas. Keisuke akhirnya memilih bunuh diri. Kana berjanji untuk
membalas dendam pada Chisato-san. Tapi karena Chisato hilang ingatan,
akhirnya semua yang dilakukan Kana sia-sia. “Kau tidak akan ingat
tentang masa lalu dan semua yang pernah kau lakukan,” ucap Kana
kemudian.
“Tidak. Aku pikir kau telah melakukannya sangat
sempurna. Tujuanmu pada akhirnya membua Chisato-san mengingat kejahatan
yang pernah ia lakukan,” Shinichi lalu mengatakan kalau amnesia yang
dialami Chisato adalah kebohongan.
Kana kaget.
“Ketika kau
masuk ke ruangan gelap di basement/ruang data milik sutradara Nagata,
kau tidak kesulitan menyalakan lampu. Jika kau benar amnesia, bagaimana
kau akan tahu tempat menyalakan lampu,” papar Shinichi lagi.
“Aku tidak berpikir kau akan menyadarinya,” komentar Chisato yang telah
kembali seperti semula setelah kebohongannya terbongkar.
“Tapi kenapa kau pura-pura amnesia?” Tanya Shinichi lagi.
“Ketika
aku terbangun, disini, di ruang ini . . . kalian sedang meributkan
tentang penemuan sianida di tasku. Aku pikir, ada orang yang menjebakku
dan melimpahkan kesalahan padaku. Jadi aku berpikir untuk pura-pura
amnesia, mungkin aku bisa menemukan pembunuh sebenarnya. Karena kau
mengatahuinya . . . sepertinya aktingku belum cukup bagus,” ucap
Chisato-san di depan Shinichi. “Kana-san, haruskah aku mengatakannya
padamu? Alasan kenapa aku mengingkari janjiku pada Keisuke . . . karena
ia tidak punya talenta menjadi actor. Sesimpel itu,” ucap Chisato lagi
dengan santainya.
“Pada
akhirnya, membunuh lelaki itu (sutradara Nagata) membuatmu kelihatan
bodoh,” ucap Chisato pada Kana. “Lagipula . . . aku sudah tidak
membutuhkannya lagi. Dia sudah tidak berguna bagiku. Terimakasih,”
Chisato tersenyum
Seisi ruangan kaget dengan pengakuan Chisato.
Ran dan Sonoko kesal yang apa yang baru diucapkan Chisato-san. Sementara
Chisato sendiri tersenyum puas dengan apa yang terjadi hari ini. Dia
sama sekali tidak menyesali kematian suaminya. Shinichi menghela napas
pelan, tidak mengerti dengan jalan pikiran orang dewasa. Sementara Kana .
. . menyesal karena telah membunuh sutradara Nagata. (mungkin gini
kira2, “Kenapa ga Chisato aja sih yg aku bunuh?” gto dah)
sentuh itu. “actress”. Pintu lain terbuka. Shinichi, Ran dan Kogoro pun
masuk.
Tiba-tiba Ran ambruk. “Tiba-tiba, tubuhku mati rasa,” keluh Ran.
Sementara
Shinichi memapah Ran, Kogoro menemukan sebuah jarum suntik di tubuh
Ran. Kemudian tampak di layar sentuh “Jika tidak diberikan penawar tepat
waktu . . . dia akan mati.” Kemudian muncul tanggal lain disana. 10
Juni 2010, dan sisa waktu . . . lima menit.
Preview episode 6
Ran terkena racun. Untuk mendapatkan penawarnya, dibutuhkan sebuah
keyword, dan waktu yang tersisa . . . lima menit.
10 Juni 2010
Kasus
pembunuhan yang terjadi di sebuah klub cabaret. Shinichi dan Ran
bersama detective Tagaki melakukan penyamaran untuk menyelidiki sesuatu.
Picture and
written by Kelana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar