Rabu, 12 Februari 2014

SINOPSIS Detective Conan: Kudo Shinichi e no Chousenjou (Detective Conan TV series 2011) episode 5

– Istri vs Kekasih, Harga Diri Wanita Penyebab Pembunuhan –

“Shinichi, cepat ingat tanggalnya?!” Ran semakin panik karena waktu di layar sentuh itu terus berjalan.
Ruangan berubah merah, dan kemudian . . . gelap. Sesaat kemudian, kembali terang.
“Apapun itu, ini suatu keberuntungan kan, bocah detective?” komentar Kogoro sejurus kemudian.
“Bukan, kau salah. Aku tidak mengetikkan apapun,” jawab Shinichi.
“Eh, jadi siapa?” kali ini Ran angkat bicara.

Shinichi memandangi lagi tanggal yang tampak di panel sentuh itu, mencoba mengingat-ingat sesuatu. “Ini benar . . . tanggal ini . . . insiden menyedihkan di tempat itu . . . “
12 Agustus 2010
Shinichi dan seorang gadis cantik duduk berhadap-hadapan di tangga. Kali ini tidak ada Ran.
“Aku tidak mengira . . . jika kau dan aku bisa bersama seperti ini.”
“Aku mencintaimu,” ucap Shinichi.
“Aku menginginkanmu,” balas gadis itu.
“Sekarang! Sekarang ciuman panas?!” ucap seorang laki-laki di depan mereka berdua kemudian. Lelaki itu adalah sutradara film, Nagata Akihiro.
“Ciuman? Itu tidak ada dalam script, iya kan?!” Shinichi protes dan segera menjauh dari gadis itu.
Ooooo . . . ternyata ini hanya sebuah adegan dalam suatu film, dimana Shinichi berperan sebagai seorang detective yang sedang bersama kekasihnya.
“Ikuti alur saja, mengalirlah dengan wajar. Detective ini bekerja dengan mendapatkan hati wanita untuk menemukan kebenaran yang dicarinya. Itulah kenapa ciuman penting,” komentar sutradara Nagata dengan santai.
“Ayo lakukan,” ajak wanita yang bersama Shinichi tadi. Ia adalah aktris pendatang baru, Ikusuri Saori.
Dari lantai atas tampak Ran berjalan dengan membawa minuman. Melihat Shinichi berdekatan dengan wanita lain, Ran kesal. Ia pun melemparkan botol minumannya ke kepala Shinichi.
“Pletak!”
“Aww!”
“Hmmft. Kenapa tidak dilakukan?” sindir Ran pada Shinichi.
Kontan Shinichi salah tingkah ketika tahu Ran melihat adegan tadi. “Bodoh, aku tidak bisa melakukannya.”
Sonoko kemudian muncul. Ia justru memanaskan suasana. “Kenapa dengan ciuman?” Sonoko mengatakan kalau Shinichi seharusnya tidak melewatkan kesempatan itu. Karena sutradara Nagata adalah salah satu sutradara besar Jepang.
Ran protes pada Sonoko. Rupanya Ran tidak diberi tahu kalau ada bagian dimana Shinichi harus berakting mesra dengan seorang wanita. (hahaha . . . cembokur ni rupanya)
“Kalau begitu, apa kalian mau mencobanya? Adegan ciuman mesra?” tawar sutradara Nagata pada Ran dan Shinichi.
Ran dan Shinichi saling pandang. Tapi sejuruh kemudian membuang muka. (hahaha . . . malu ya mas)
“Jadi kalian belum pernah berciuman?” tebak sutradara Nagata kemudian.
Ran dan Shinichi kembali saling memandang, salah tingkah.
Sutradara Nagata lalu mempraktekkan ciuman, yang dilakukannya tanpa malu-malu di depan mereka semua dengan aktris pendatang baru itu, Saori. Ran, Shinichi dan Sonoko hanya bisa kaget dan bengong melihat adegan di depannya itu.
Tiba-tiba dari arah pintu muncul seorang wanita. Dia adalah Nagata Chisato. Seorang aktris sekaligus istri dari sutradara Nagata.
“Jadi begini. Kau bohong soal syuting film,” Chisato marah melihat suaminya, sutradara Nagata sedang berciuman dengan Saori.
Ran dan Shinichi kaget. Hanya Sonoko yang menyadari kalau Chisato adalah seorang aktris terkenal.
Chisata yang benar-benar marah mengambil pisau pemotong buah di ruangan itu. Ia menodongkannya pada Saori. Tapi sutradara Nagata buru-buru melerainya. “Sudahlah. Kau (Chisato) istriku, dan dia (Saori) kekasihku. Harusnya kalian bisa akur,” sutradara Nagata lalu mengajak mereka semua minum teh bersama.
“Kana, tolong siapkan teh untuk kami semua,” ucap sutradara Nagata kemudian pada pengurus vilanya itu, Ishihara Kana.
Sutradara Nagata juga mengajak Ran, Shinichi dan Sonoko untuk bergabung. Dia juga memamerkan koleksi cangkirnya pada mereka dan mempersilahkan mereka semua untuk minum menggunakan cangkir manapun yang disukai. Suasana kembali membaik.
Chisato lalu mengeluarkan sebuah gula padat dan melarutkannya di cangkir teh suaminya, sutradara Nagata. “Kau (Siori) pasti tidak tahu kebiasaan suamiku ini kan,” cibir Chisato pada Saori yang duduk di kursi seberang.
Chisato lalu mengaduk teh itu dan mencicipinya, sebelum kemudian memberikannya pada suaminya. Sutradara Nagata menerima cangkir teh dari istrinya itu dan meminumnya. Tapi tidak lama kemudian, sutradara Nagata kesakitan dan . . . ambruk.
Seisi ruangan heboh. Shinichi buru-buru memeriksa nadi sutradara Nagata, dan dia . . . meninggal. Shinichi membaui aroma mulut korban, dan tercium aroma almond, “Potasium sianida, dia diracuni!” seru Shinichi.
Chisato yang mengetahui suaminya meninggal, mendadak pingsan. Ia lalu dibawa ke kamar. Tapi tidak lama kemudian ia siuman.
Sementara itu, semua orang yang tersisa menunggu di ruang tamu. Polisi sudah membawa mayat sutradara Nagata keluar, tapi sebelum jelas siapa pembunuh sutradara Nagata, mereka semua adalah saksi sekaligus tersangka.
“Berdasarkan situasinya . . . seseorang mencoba membunuh sutradara Nigata dengan memasukkan potassium sianida dalam tehnya. Masalahnya . . . siapa dan bagaimana dia memasukkan potassium sianida dalam teh sutradara Nagata?” Sonoko membuka pembicaraan.
“Pertama, kita semua tahu, kalau Kana-san yang membuat teh. Tapi Kana-san membuatnya langsung dari satu teko dan menuangkannya pada masing-masing cangkir,” Ran melanjutkan.
“Jika teh yang dibuat mengandung potassium sianida . . . maka kita semua akan keracunan juga. Mungkinkah dia lebih dulu meletakkan racun itu di dalam cangkir yang digunakan sutradara Nagata?” ucap Sonoko lagi.
Shinichi masih berpikir. “Tidak, itu tidak mungkin. Kita semua memilih cangkir teh secara  acak langsung dari lemari penyimpanan kan. Ini lebih tidak mungkin lagi memperkirakan cangkir mana yang akan dipilih dan digunakan oleh sutradara Nagata,” komentar Shinichi kemudian.
“Lalu bagaimana dengan Chisato-san?” Tanya Shinichi mengalihkan perhatian.
“Dia pingsan dan sekarang sedang istirahat di kamar,” jawab Kana-san.
“Bukankah kau yang membunuhnya?” tuduh Saori pada Kana.
Saori menuduh Kana yang melakukan pembunuhan terhadap sutradara Nagata, tapi Kana mengelak. Saori lalu mengatakan kalau hanya satu orang yang memiliki alasan untuk membunuh sutradara Nagata, dia adalah Chisato-san. Chisato tidak memaafkan kesalahan suaminya yang berselingkuh.
“Bukankah dia yang memasukkan sianida dalam gula kotak itu?” lanjut Saori.
“Tapi yang pertama meminum teh itu kan Chisato-san sendiri, iya kan?” protes Ran.
Saori mengatakan kalau hal itu bisa saja terjadi. Chisato-san meletakkan sianida di tengah gula kotak dan dia meminumnya terlebih dahulu sebelum itu meleleh.
Ran masih tidak percaya. Karena Chisato-san telah mengaduknya dulu. Dan meski kemungkinannya kecil, spekulasi Chisato-san cukup berani dengan meminumnya dulu sebelum racun itu menyebar dalam teh. Dan itu artinya ia membahayakan dirinya sendiri.
Saori mengambil tasnya, dan kemudian tiba-tiba jatuh sekotak potassium sianida. Shinichi curiga, Ran dan Sonoko kaget. Tapi Saori buru-buru mengelak, kalau itu bukan tasnya. Ia mengambil tas yang ada di kursi tempat Chisato-san duduk semula. “Tasku yang ini. Sutradara Nagata membelikanku tas dengan bentuk dan warna yang sama dengan milik Chisato.”
Chisato-san yang telah sadar dari pingsannya, dan keluar dari kamar. Ia . . . hilang ingatan.
“Ada kemungkinan jika seseorang akan kehilangan ingatan karena shock yang parah,” komentar Shinichi.
Tapi Saori tidak percaya. Ia mulai memaki Chisato. Saori lalu mengeluarkan sebuah majalah. Di majalah itu tampak Chisato bersama seorang actor muda pendatang baru, yang belakangan kemudian dicampakkannya.
Sonoko mengambil majalah yang dibuang Saori. Ia mengajak Ran dan Shinichi ke ruangan lain.
“Aku pikir aku tahu siapa lelaki yang bersama Chisato-san ini,” ucap Sonoko.
“Kau tahu dia?” Ran tidak percaya.
“Yeah. Kimura Keisuke. Dia adalah actor dari sebuah kelompok teater kecil . . . yang bunuh diri dua bulan setelah berita di majalah ini diterbitkan.”
“Bunuh diri?!” Shinichi heran.
“Aktris terkenal dengan actor pendatang baru. Bagaimana pun, tampaknya mereka tidak seimbang. Itulah kenapa saat Chisato-san dekat dengan lelaki muda untuk mengusir kebosanan . . . selanjutnya muncull rumor kalau dia membuang lelaki itu,” papar Sonoko.
Shinichi memperhatikan lebih dekat artikel itu. Ia pun menngambil foto artikel itu dengan ponselnya. (disini Shinichi pake ponsel canggih, hehehe . . . tapi kq punya Ran yang biasa ya?).
Shinichi keliling rumah itu. Ia bertemu Chisato-san.
“Kalau aku melihat sekeliling, aku mungkin bisa segera ingat,” ucap Chisato kemudian.
Shinichi pun menemani Chisato berkeliling. Pertama ke ruang kerja sutradara Nagata. Kemudian ke ruangan latihan sebelum pengambilan film, dan terakhir ke ruang perpustakaan sutradara Nagata. Chisato-san mengambil sebuah album.
“Itu proyek pertama yang anda kerjakan bersama sutradara Nagata,” ucap Shinichi.
Chisato membuka-buka file itu. Tampak beberapa foto bahagia ketika mereka bersama. “Menyedihkan bukan, ketika kau tidak ingat momen bahagia yang pernah kau alami,” sesal Chisato-san.
Shinichi membuka-buka ponselnya. Mencari tahu arti kata menggunakan fasilitas online, GLEGLE translate. (bukan Google lho ya . . .)
"A AUK KEEN SKI, apa artinya ini? Sea sparrow's sharp ski. Coba yang satunya . . .  A AUK SEEK INK, apa artinya ini? Sea sparrow seeks ink. Ini anagram!” seru Shinichi girang. (anagram adalah salah satu cara kuno untuk menyembunyikan kalimat/rahasia dengan mengubahnya menjadi kata/kalimat baru dengan makna baru pula. Hehe . . . jadi inget ‘teh da vinci code’)
Ran tiba-tiba sudah ada di belakangnya. “Kekhawatiran seorang detective, huh?”
“Diamlah. “
“Kau tidak punya petunjuk baik motive maupun pembunuh atau metode pembunuhannya kan?” Ran masih menggoda  Shinichi.
“Aku tahu dua diantaranya,” balas Shinichi tidak mau kalah.
“Eh? Kau tahu?” Ran tidak percaya.
“Dan yang tersisa . . . cara pembunuhannya,” Shinichi lalu beranjak dari ruang latihan itu. Di lantai atas, Shinichi menemukan seperangkat peralatan bermain golf. Di mengambil stik golf itu dan asyik mengamatinya. “Aku tahu  . . . aku tahu bagaimana itu dilakukan. Hanya ada satu kebenaran.”
“Apa kau berniat menghapus bukti itu?” tegur Shinichi melihat Kana muncul di ruang minum teh tadi. “Orang yang membunuh sutradara Nagata dengan potassium sianida . . . adalah kau, Ishihara Kana.”
“Apa yang kau katakan. Untuk alasan apa aku harus membunuh sutradara Nagata?” Kana mengelak.
“Sasaranmu sebenarnya bukanlah sutradara Nagata . . . tapi istrinya, Chisato-san, Kana-san,” ucap Shinichi lagi.
Dari arah belakang, muncul Ran, Sonoko dan Chisato-san.
“Bukankah laki-laki yang muncul di majalah bersama Chisato-san . . . adalah kekasihmu? Kau memiliki gelang keberuntungan yang sama dengan milik Keisuke-san di majalah ini. Dengan ini, jelas kalau kalian adalah sepasang kekasih. Pada permukaan kedua gelang itu, diukir beberapa kata dengan huruf latin. Pada gelang milik Keisuke, A AUK KEEN SKI. Pada gelangmu, A AUK SEEK INK. Keduanya adalah anagram. Ketika kau mengubah susunannya, maka akan muncul makna baru. Ketika ke 11 karakter itu diatur ulang, akan di dapat KEISUKE KANA. Dengan kata lain, nama kalian berdua. Kau ingin balas dendam pada Chisato-san . . . yang telah membuat kekasihmu bunuh diri . . . Cara yang kau gunakan bukan dengan membunuh Chisato-san, tapi membuatnya dituduh membunuh. Jadi kau mencoba membunuh sutradara Nagata dan melimpahkan kesalahan pada Chisato-san,” papar Shinichi.
“Bagaimana caranya? Kau bilang kalau aku yang meletakkan postsium sianida dalam teh?” Kana masih mengelak.
“Potasium sianida itu tidak dimasukkan dalam teh. Itu dioleskan pada bibir cangkir sebelumnya. Satu lagi . . . potassium sianida itu hanya dioleskan pada sisi sebelah kanan pegangan cangkir saja. Itulah kenapa Chisato-san yang mencicipi teh sutradara Nagata tidak meninggal. Umunya seseorang mengambil cangkir dengan tangannya yang dominan kan? Sutradara Nagata adalah satu-satunya orang yang kidal disini. Kau telah memastikannya sebelumnya. Sejak awal, kau tahu kalau Chisato-san tidak kidal. Jadi cangkir manapun yang diambil dari lemari penyimpanan, hanya sutradara Nagata yang akan keracunan potassium sianida. Yang menukar dan meletakkan kotak berisi potassium sianida pada tas Chisato-san juga kau kan? Jadi Saori akan menyadarinya setelah menemukan sianida di tas Chisato-san. Kau menyelesaikan semua ini dengan menghapus sianida dari semua cangkir.
Akhirnya Kana-san mengakuinya. Kalau ia melakukan ini untuk membalas dendam karena kekasihnya Keisuke dipermainkan. Chisato pernah menjanjikan akan menjadikan Keisuke seorang actor besar, tapi kemudian ia menghianati janji itu dan mengabaikan Keisuke seperti pakaian bekas. Keisuke akhirnya memilih bunuh diri. Kana berjanji untuk membalas dendam pada Chisato-san. Tapi karena Chisato hilang ingatan, akhirnya semua yang dilakukan Kana sia-sia. “Kau tidak akan ingat tentang masa lalu dan semua yang pernah kau lakukan,” ucap Kana kemudian.
“Tidak. Aku pikir kau telah melakukannya sangat sempurna. Tujuanmu pada akhirnya membua Chisato-san mengingat kejahatan yang pernah ia lakukan,” Shinichi lalu mengatakan kalau amnesia yang dialami Chisato adalah kebohongan.
Kana kaget.
“Ketika kau masuk ke ruangan gelap di basement/ruang data milik sutradara Nagata, kau tidak kesulitan menyalakan lampu. Jika kau benar amnesia, bagaimana kau akan tahu tempat menyalakan lampu,” papar Shinichi lagi.
“Aku tidak berpikir kau akan menyadarinya,” komentar Chisato yang telah kembali seperti semula setelah kebohongannya terbongkar.
“Tapi kenapa kau pura-pura amnesia?” Tanya Shinichi lagi.
“Ketika aku terbangun, disini, di ruang ini . . . kalian sedang meributkan tentang penemuan sianida di tasku. Aku pikir, ada orang yang menjebakku dan melimpahkan kesalahan padaku. Jadi aku berpikir untuk pura-pura amnesia, mungkin aku bisa menemukan pembunuh sebenarnya. Karena kau mengatahuinya . . . sepertinya aktingku belum cukup bagus,” ucap Chisato-san di depan Shinichi. “Kana-san, haruskah aku mengatakannya padamu? Alasan kenapa aku mengingkari janjiku pada Keisuke . . . karena ia tidak punya talenta menjadi actor. Sesimpel itu,” ucap Chisato lagi dengan santainya.
“Pada akhirnya, membunuh lelaki itu (sutradara Nagata) membuatmu kelihatan bodoh,” ucap Chisato pada Kana. “Lagipula . . . aku sudah tidak membutuhkannya lagi. Dia sudah tidak berguna bagiku. Terimakasih,” Chisato tersenyum
Seisi ruangan kaget dengan pengakuan Chisato. Ran dan Sonoko kesal yang apa yang baru diucapkan Chisato-san. Sementara Chisato sendiri tersenyum puas dengan apa yang terjadi hari ini. Dia sama sekali tidak menyesali kematian suaminya. Shinichi menghela napas pelan, tidak mengerti dengan jalan pikiran orang dewasa. Sementara Kana . . . menyesal karena telah membunuh sutradara Nagata. (mungkin gini kira2, “Kenapa ga Chisato aja sih yg aku bunuh?” gto dah)
Kembali ke ruangan putih. Shinichi menuliskan keyword di panel 
sentuh itu. “actress”. Pintu lain terbuka. Shinichi, Ran dan Kogoro pun masuk.
Tiba-tiba Ran ambruk. “Tiba-tiba, tubuhku mati rasa,” keluh Ran.
Sementara Shinichi memapah Ran, Kogoro menemukan sebuah jarum suntik di tubuh Ran. Kemudian tampak di layar sentuh “Jika tidak diberikan penawar tepat waktu . . . dia akan mati.” Kemudian muncul tanggal lain disana. 10 Juni 2010, dan sisa waktu . . . lima menit.
Preview episode 6
Ran terkena racun. Untuk mendapatkan penawarnya, dibutuhkan sebuah keyword, dan waktu yang tersisa . . . lima menit.
10 Juni 2010
Kasus pembunuhan yang terjadi di sebuah klub cabaret. Shinichi dan Ran bersama detective Tagaki melakukan penyamaran untuk menyelidiki sesuatu.
Picture and written by Kelana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar