– Pembunuhan di Hari Pernikahan,
Obsesi seorang wanita pada sang mempelai pria –
31 Mei 2010 mengingatkan Shinichi
dan Kogoro pada sebuah kasus di cafe “Diavel’s Kiss”. Kematian seorang
wanita karena sebuah ciuman.
“Ciuman?”Ran protes.“Dia salah, salah, salah,” Shinichi mengelak.
“Hmm . . . ini tentang apa?” Ran berubah wajah menjadi menyeramkan.
“Tunggu dan aku akan mengatakannya padamu.”

Tampak dua orang sedang bicara serius. Salah satu diantaranya memaksa yang lain untuk melakukan keinginannya. Mereka adalah mempelai pria, yang juga manager Diavel’s Kiss, Motoki Kensuke dan seorang wanita bernama Matsumata Nana.
Di ruangan lain, tampak sang mempelai wanita, Shimabara Kanon sedang mematut diri di kaca. Dari arah lain, temannya Nana masuk. Nana mengagumi penampilan Kanon hari ini. Meski tidak diucapkan dengan jelas, tampak ada perang dingin yang terjadi pada dua wanita cantik ini.

“Kau kalah pada permainan itu saat makan siang tadi kan? Kau bilang kau akan melakukan penalty game kalau kau kalah, iya kan?” desak Ran.
“Kudo-kun, kau kalah, iya kan?” Sonoko memanas-manasi.
“Kau kalah, kau kalah!” Ran semakin memojokkan Shinichi.
“Kalian berdua curang,” protes Shinichi.
“Itu bukan curang, itu namanya strategi,” elak Ran.
Shinichi tidak punya jalan lain selain mengikuti keinginan kedua sahabatnya ini. Ran juga meminta Shinichi membawakan tas dan perlengkapan karatenya. Ketika Ran meminta untuk makan bersama di restoran keluarga milik Sonoko, tiba-tiba handphone Shinichi berbunyi.
“Ya, paman? Eh, ada permintaan?”
Ran yang tahu maksud kalimat itu menghembuskan napas berat. Ia tahu, kalau sudah ada telepon begitu, itu artinya Shinichi akan pergi dan rencanya gagal.

“Ini, pesta pernikahan.”
“Pesta pernikahan?!” Shinichi heran.
“Manager café ini, Motoki Kensuke akan menikah dengan salah satu pelanggan café ini juga, Shimabara Kanon. Mereka memintaku untuk menyiapkan pesta ini,” lalu Kogoro mengeluarkan selembar kertas lain.
“Eh?! Permintaan lain?”
Ternyata eh ternyata, Kogoro menghubungi Shinichi dengan tujuan untuk memintanya mempersiapkan pesta pernikahan Kensuke-Kanon. Tidak lama sesudahnya, Shinichi sudah disibukan dengan pekerjaannya.
“Ah, berat! Sepertinya aku diperlakukan sebagai budak,” ucap Shinichi yang kelelahan karena mengangkat sekrat minuman naik tangga. Setelah di atas, tidak sengata Shinichi melihat Kensuke sedang bicara dengan Nana. Nana memaksa Kensuke untuk bertanggungjawab atas kehamilannya. “Sepertinya ini berat juga bagi mereka. Ah, aku harus melalui jalan memutar,” gumam Shinichi.

Kedua pengantin berjalan diantara orang-orang yang datang. Tidak lama sesudahnya mereka hanyut dalam suasana pesta, berfoto-foto ria.
“Kiriman.”
Shinichi berbalik, menemukan seorang kurir mengirimkan beberapa kartu ucapan. Shinichi akhirnya yang menerima kartu ucapan itu. Sekilas, Shinichi membuka kartu ucapan itu.

“Jika kau berselingkuh, aku akan membunuhmu. Ah, tidak ada nama pengirimnya? Hahahaha . . . “ Kogoro tertawa.
Seisi café terdiam mendengar Kogoro membacakan isi kartu ucapan itu. Sementara Kogoro menganggap isi kartu ucapan itu, tidak dengan yang lainnya. Keadaan menjadi aneh. Tapi kemudian Nana mencairkan suasana dengan mengiyakan asumsi Kogoro, bahwa itu hanya lelucon saja. Sementara sang mempelai wanita, Kanon memandang Kensuke dalam diam. Kogoro kemudian menyuruh kedua mempelai itu untuk berciuman.
“Ah, itu tidak ada dalam rencana kan,” Kensuke mengelak.
“Itu sedikit . . . memalukan,” ucap Kanon juga.
Tapi Kogoro sudah memberi aba-aba pada tamu pesta yang lain. Atas desakan mereka semua, akhirnya Kensuke dan Kanon pun bersiuman. Melihat acara itu, Shinichi menepi. Ia kembali melihat pada kartu ucapan tadi.
“Semoga ini bukan apa-apa, hanya lelucon saja,” gumam Shinichi.

“Kudo-kun, pegang pipiku,” pinta Ayaka.
Shinichi bingung dan ketakukan.
“Kalau tidak mau, pegang yang lain saja,” tawar Ayaka lagi.
Shinichi berusaha menghindari Ayaka, tapi kemudian malah “terjebak” di depan Yuka. Kogoro yang tahu hal itu mendekat, ia memarahi Shinichi yang masih dianggap dibawah umur. (cz ada adegan yang agak gimna gto . . . Kelana sensor deh. Haha . . . pantesan di negerti sakura sana, seri ini diputar menjelang tengah malam, khusus untuk 17+). Kogoro lalu membawa Yuka yang mabuk ke kursi.
“Kau sudah mulai berpaling pada Yuka rupanya?” Nana tiba-tiba mendekati Kogoro yang sedang “mengambil keuntungan” dari baju Yuka.
Kogoro bergegas berbalik. “Nana . . . kau yang paling cantik di seluruh dunia,” rayu Kogoro. Nana lalu meminta Kogoro untuk mengambilkannya minuman dan membiarkan Yuka yang mabuk tertidur di sofa.

“Aku tidak mau, aku mau milik Kudo-kun,” elak Nana.
“Kebiasaan “aku mau” Nana keluar, lihat kan,” komentar Ayaka.
Shinichi heran. Ayaka lalu menjelaskan, kalau seja kecil Nana memiliki kebiasaan selalu menginginkan semua yang dimiliki orang lain. Mainan, makanan, pakaian, laki-laki dan masih banyak lagi.
“Tidak dengan laki-laki,” elak Nana.
Nana lalu meminta Kensuke untuk membuatkan mereka cocktail. Kensuke pun menyetujuinya, dan ia pun pamit. Setelah Kensuke pergi, Nana juga pamit ke kamar kecil.
Kensuke kembali dengan nampan berisi cocktail yang telah jadi. Ia memberikannya pada Kanon. Yuka dan Kogoro pun sudah mengambil miliknya yang ada di nampan. Nana yang baru kembali dari kamar kecil mengambil miliknya dan langsung menenggaknya sampai habis.
“Jadi ini cocktail “Nana”, tequila, gin dan wine merah. Aku monster,” Nana protes dengan cocktail buatan Kensuke yang ia minum. “Aku mau minum lagi.”
“Kau boleh meminum ini, sepertinya aku sudah sedikit mabuk,” tawar Kanon pada Nana. “Aku akan ke kamar kecil,” pamit Kanon kemudian.
“Cocktail “Kanon” ini tampak manis,” Nana memegang gelas yang ditinggalkan Kanon, tapi meletakkannya lagi. “Aku mau ini,” ucap Nana sambil mengambil gelas Ayaka dan meminumnya hingga habis.
“Nana, kau menakutkan!” protes Ayaka.
“Vodka pada sari melon manis, huh?” komentar Nana setelah menghabiskan minuman di gelas Ayaka.
Tiba-tiba Nana memegangi lehernya. Wajahnya tampak menegang, dan tidak lama sesudahnya . . . Nana ambruk.
“Nana-chan!” seisi cefe heboh karena Nana terkapar.
Shinichi lalu memeriksa denyut nadi Nana. “ Dia meninggal. Ini . . . keracunan?” Tanya Shinichi lebih pada dirinya sendiri.

“Tapi bukankah tidak ada soba dalam makanan dan minuman yang disajikan?”
“Tentu saja, tidak ada Soba. Aku tahu mengenai alergi yang diderita Nana. Lagipula café ini menyediakan masakan Italia, jadi tidak mungkin menggunakan soba,” jelas Kensuke.
Kogoro masih tetap saja menuduh Kensuke sebagai pelakunya, meski Kensuke selalu mengelak.
“Kudo-kun, kau detective besar itu kan. Aku punya permintaan, tolong buktikan aku tidak bersalah,” pinta Kensuke.
“Oh tidak! Permintaan lain?” (sepertinya hari ini Shinichi alergi dengan kata “permintaan” ya, hehe)
Kedua polisi itu, Kogoro dan Shinichi lalu memeriksa dapur. Mereka mencari bukti keberadaan soba yang digunakan untuk membunuh Nana. Detective Takagi kemudian masuk, ia membawa kantong sampah sambil bersin-bersin. Ia menunjukkan ini pada mereka semua.
Shinichi lalu membaui kantong itu. Kemudian mengambil sedikit serbuk di kantong itu dan mencicipinya. Shinichi heran karena ada Sansho—semacam lada Jepang—disana.
“Itu . . . itu aku gunakan sebagai resep rahasia dalam kari buatanku,” jawab Kensuke ketakutan.
Shinichi lalu teringat kalau tadi ia melihat Kanon mencampur sesuatu pada kari-nya. Ia lalu mencari kotak itu, dan menemukan kalau kotak itu berisi . . . soba. Shinichi tahu sekarang, kalau benar-benar ada soba di café itu. Hanya belum menemukan cara bagaimana soba itu bisa berada di bibir Nana tanpa ada di minuman atau makanan yang dimakan dan diminum Nana.

“Dibanding penalty game, bukankah lebih baik kau langsung saja mengajaknya makan?”
“Ah itu . . . itu terlalu memalukan,” elak Ran.
Rupanya alasan Ran dan Sonoko membuat penalty game untuk Shinichi adalah agar Ran dan Shinichi makan bersama. Tapi ternyata rencana yang sudah disiapkan Sonoko dan Ran gagal, karena Shinichi disibukkan dengan kegiatannya sendiri.

“Aku tahu! Kau dan Nana-chan memiliki hubungan khusus, iya kan?” tuduh Kogoro pada Kensuke, tapi Kensuke diam saja. “Kau menggunakan trik, kau membuat Nana-chan memakan soba, benar kan?
“Itu bodoh. Bagaimana mungkin disini ada soba?” Kensuke masih mengelak.
“Motoki Kensuke-san, bagaimana kalau kau ikut kami ke kantor polisi?” ucap detective Sato kemudian.
“Sejujurnya, aku tidak membunuh siapapun,” Kensuke masih terus mengelak.
“Ken-chan, kau benar-benar tidak berselingkung?” kali ini Kanon yang tidak percaya mulai mendesak Kensuke.
Shinichi masih memikirkan bagaimana soba bisa ada di bibir Nana. “Asumsikan dia (Kanon) yang menambahkan soba . . . masalahnya adalah bagaimana ia bisa membuat soba itu berada di bibir Nana?” Shinichi membatin.
Yuka yang tadi mabuk terbangun. Melihat ada polisi, dia menganggap ini permainan dalam pesta. Yuka mulai mengoceh tidak jelas. Ia meminta perubahan permainan menjadi permainan “Raja meminta”. Kali ini Yuka meminta Shinichi untuk menciumnya. Yuka sudah memajukan mukanya di depan Shinichi, ia juga sudah memonyongkan bibirnya, menunggu dicium Shinichi.
“Ini buruk! Permintaan lain!” Shinichi ketakutan dan mulai mundur ke belakang untuk menghindari Yuka. “Aku tidak bisa melakukannya!” (hahaha . . . takut kena tendangan karate Ran ya).
Shinichi menabrak Kogoro yang ada di belakangnya. Ketika nyaris bibir Yuka mendekati wajah Shinichi, dengan cepat Shinichi memutar diri dan membuat Kogoro yang berbalik. Akhirnya yang dicium Yuka adalah Kogoro.

Kogoro tidak percaya. “Bagaimana mungkin ciuman bisa membuat Nana terbunuh, apa kau mendapatkan bukti lain?” protes Kogoro.
“Kau ia memang berniat melakukannya, ciuman memang bisa membunuhnya. Dan pelakunya adalah . . . kau Kensuke,” tuduh Shinchi.
Kensuke masih saja mengelak. Tapi Shinichi melanjutkan penjelasannya.
“Kau yang melakukannya, tapi kau tidak tahu kalau melakukannya. Kalau begitu, akan aku jelaskan satu per satu.”

“Mengenai soba, tadi aku melihat Kanon yang menambahkan soba pada kari di dapur. Ketika memakannya, soba itu tertinggal di bibir Kanon. Pada pesta tadi, ada bagian dimana pengantin saling berciuman. Ketika itulah soba di bibir Kanon menempel juga di bibir Kensuke.”
“Ketika keluar untuk membuat cocktail, Nana menyusul Kensuke. Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi pada Kensuke dan Nana. Tapi tanpa paksaan, kalian berciuman. Saat itulah, soba yang ada di bibir Kensuke menempel juga di bibir Nana.”

“Iya ! Aku yang melakukannya,” Kanon membalas berteriak.
“Tapi kenapa?” Kensuke masih tidak percaya.
“Itu juga yang ingin aku tanyakan! Meskipun aku mempercayaimu . . . kenapa kau mencium Nana? Jika kau dan Nana tidak berselingkuh dibelakangku, hal ini tidak akan terjadi. Kareku tidak akan berasa tidak enak. Aku bahkan mengirimkan kartu ucapan untuk memperingatkan kalian berdua. Jika kau berselingkuh, aku akan membunuhmu. Nana tidak akan meninggal . . . tapi semua sudah terjadi kan? Dia telah membayarnya,” terang Kanon.
“Aku . . . membunuh Nana-chan?” Kensuke tidak percaya.
“Tidak bisa disangkal lagi, dia akan terbunuh. Dia adalah wanita seperti ini. Wanita menyebalkan yang menginginkan semua milik orang lain. Itulah Nana! Cantik . . . mendapatkan semua yang dia inginkan . . . apapun yang terbaik, harus menjadi miliknya. Seorang wanita . . . yang pantas mati,” ucap Kanon berapi-api memuntahkan semua amarahnya selama ini.
Kensuke menyesal dengan sikapnya selama ini. Sehingga bahkan pengantin wanitanya sampai tega membunuh temannya sendiri.
“Kalian (Kanon dan Nana) sama-sama berambisi. Jika saja kalian bisa saling jujur dan terbuka, ini tidak akan terjadi . . . “ ucap Kogoro pada Kanon.
Akhirnya Kanon dan Kensuke dibawa ke kantor polisi bersama.

“Tentu saja, kau masih perlu banyak belajar kan? Dunia orang dewasa itu rumit,” komentar Kogoro. “Dan lagi . . . kau tidak menggunakan kesempatanmu untuk mendapatkan ciuman hari ini.”
“Tidak, aku tidak berciuman!” elak Shinichi.
“Hei! Ada apa dengan ciuman?
“Ran!” baik Kogoro maupun Shinichi kaget karena Ran tiba-tiba datang di depan mereka.
“Ran, kau salah. Aku hanya melakukan investigasi,” bela Shinichi.
“Itu benar, tidak ada ciuman . . . “ elak Kogoro. (padahal jelas-jelas ada bekas lipstick di pipi Kogoro, hahahaha . . . )
Tanpa babibu Ran langsung bersiap. Ia melancarkan pukulan karatenya pada ayahnya sendiri Kogoro dan Shinichi.

“Ah, jadi begitu, huh? Jadi . . . Shinichi belum pernah berciuman. Tentu saja, tentu saja,” Ran bergumam sendiri.
“Huh?” Shinichi heran sendiri.
“Tidak diragukan lagi, kata kuncinya itu . . . “ Kogoro lalu mengetikkan kata kuncinya “ciuman” di panel layar sentuh itu, dan pintu terbuka.
“Ayo!” ajak Shinichi.
“Ah, bajunya . . . “ ucap Ran kecewa.
“Itu mungkin lebih baik mendapatkan yang baru kan?” ucap Shinichi kemudian.
“Eh? Kalian kan belum menjadi pasangan pengantin!” protes Kogoro. (hahaha . . . Shinichi salah ngomong rupanya)
“Huh? Ah ayo!” Shinichi mengalihkan perhatian.
Preview episode berikutnya . . .

“Q1: Kapan kau terakhir kali makan saury (makanan dari ikan)?”
“Eh? Tidak mungkin kan mengingat hal seperti itu?” protes Ran. Tapi Shinichi dengan cepat mengetikkan tanggal disana. “Bagaimana kau ingat hal seperti itu?”Ran heran.
“Q2: Kapan terakhir kali kau minum teh?”
“Teh . . . teh . . . “ tampak Shinichi berpikir keras mengingatnya, sementara pengatur waktu mundur di panel sentuh itu mulai berjalan.
“Oi, ini buruk!” ucap Kogoro memperkeruh suasana.
“Shinichi, cepat dan ingatlah!” kali ini Ran yang bicara.
Lampu dan suasana ruangan berubah merah. Waktu habis. Ruangan gelap total.
Episode berikutnya,
“Istri vs Kekasih, Harga diri perempuan membuat pembunuhan!”
Picture and written by Kelana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar