– Permainan
Pembunuhan pada Gadis Cabaret-club No. 1 –
Ran terkena
racun. Untuk mendapatkan penawarnya, dibutuhkan sebuah keyword, dan
waktu yang
tersisa . . . empat puluh detik.
10 Juni 2010
Kasus pembunuhan
yang terjadi di sebuah klub cabaret. Shinichi dan Ran bersama detective
Tagaki
melakukan penyamaran untuk menyelidiki sesuatu.
Tampak Kogoro
tengah bersama dengan seorang hostess cantik. Ia dengan mupeng-nya
menatap ke kursi sebelah tempat hostess favorit di
cabaret itu, Kummi-chan tengah berada dengan seorang pelanggan lain.
Sementara itu,
di kursi lain tampak tiga orang tengah memandang ke arah kursi tempat
Kogoro
berada dengan geram.
“Kau yang
terburuk, ayah . . . “ ucap seseorang dengan kaos dan rambut kriting.
“Lihat . . .
tidakkah itu bukti nyata ayahmu adalah penipu ulung . . . jadi, kenapa
kita
masih disini untuk mengikutinya?” Tanya yang lain tidak sabar.
“Ini . . . ini
misi khusus yang ditugaskan ibu pada kita.”
“Bodoh! Kita
disini hanya untuk memastikan kejahatannya.”
“JIka kau bicara
seperti itu, aku tidak bisa jadi polisi lagi,” ucap yang lain yang
ternyata
adalah detective Takagi.
“Maaf, detective
Takagi. Tanpamu, kami masih dibawah 18 tahun yang tidak bisa masuk ke
tempat
seperti ini,” ucap seseorang dengan jas.
“Jadi jangan
libatkan aku dengan apapun. Jika Sato-san melihatku di tempat seperti
ini . . .
“ tiba-tiba seorang hostes bernama Kazuyo datang.
Kazuyo lalu
duduk menemani detective Takagi. Sementara itu dua orang yang lain
buru-buru
menyingkir dan berbalik. Ups . . . kumis palsunya copot. Ternyata kedua
orang
itu adalah Kudou Shinichi dan Mouri Ran yang tengah memata-matai Kogoro
yang
tengah asyik berkencan.
MC cabaret itu
mengumumkan sebuah permainan. Dimana berderet disana 20 orang hostes
cantik.
Dua orang yang beruntung ikut permainan itu adalah Kogoro dan seorang
pelanggan
lain, Mine Masahito.
Aturan
permainannya, kedua penantang memilih hostes satu hingga tiga, dengan
hadiah
ciuman dari para hostes itu. Dan sebagai puncaknya, orang terakhir yang
mencapai nomer 20 akan mendapatkan hostes tercantik/hostes no.1 di
cabaret itu,
Kumi-chan.
“Um . . .
bagaimana kita memilih siapa yang berjalan duluan? Aku tidak
mempedulikannya,”
ucap Mine-san pada Kogoro.
“Kau bisa jalan
duluan,” ucap Kogoro dengan sombongnya.
Mine-san
ternyata hanya memilih satu hostes. Ia mendapat ciuman dari hostes itu
dan
segelas red wine yang dituangkan dalam gelas besar yang dibawanya.
Kogoro
menganggap itu perbuatan bodoh (Cuma memilih satu saja), lalu secara
langsung
memilih tiga orang hostes. Kogoro sangat senang mendapat ciuman dari
para
hostes.
Satu per satu
para hostes dipilih. Ran, Shinichi dan detective Takagi hanya melihatnya
dari
jauh.
“Ah . . . aku
tidak mau melihatnya lagi!” keluh Ran kesal melihat kelakuan ayahnya
itu. Ia
lalu menutupkan wig kritingnya ke wajahnya.
“Sepertinya
paman benar-benar bersenang-senang,” komentar Shinichi.
“Aku iri padanya
. . . “ detective Takagi menambahi.
Ran melirik
dengan marah ke arah keduanya. Dan . . . dugh!
“Aww!” Shinichi
dan detective Takagi kesakitan karena pukulan Ran.
Permainan terus
berlanjut. Akhirnya Mine-san tiba pada hostes yang berdiri di urutan 16,
Kyoko-san. Ia hanya memilih satu saja. Jika hostes lainnya hanya
memberikan
ciuman di pipi, maka Kyoko mencium tepat di bibir Mine-san. Ia ingin
membuat
Kumi-chan yang selama ini memonopoli Mine-san jelous, dan berhasil . . .
Kogoro memilih
hostes ke 17, 18 dan 19. Ia bingung karena tidak mendapatkan Kumi. Ia
mengulangi hitungan dan tetap saja ia tidak mendapatkan Kumi. Kogoro
kesal.
Mine-san mendekat kea rah Kumi-chan. Dan tidak lama Kumi-chan mengambil
gelas
wine yang dibawa Mine-san lalu langsung menghabiskan isinya. Selesai
minum,
Kumi tersenyum dan mendekat ke arah Mine-san hendak menciumnya, tapi . .
. Kumi
keburu ambruk.
Seisi cabaret
kaget. Shinichi buru-buru mendekat. Shinichi mengecek Kumi-chan.
Mengetahui
kalau Kumi-chan meninggal, Shinichi menyuruh detective Takagi untuk
segera
menghubungi polisi dan melarang semua orang yang ada agar tidak keluar
dari
cabaret itu.
“Hei, bocah
detective? Apa yang kau lakukan disini?” Kogoro kaget melihat Shinichi
ada di cabaret
juga.
Tapi Shinichi
sepertinya tidak mempedulikan pertanyaan dan keheranan Kogoro. Dia sudah
mulai
asyik dengan kasus di depannya itu.
Detective Sato
datang bersama tim forensic. Mereka menemukan racun terdapat pada wine
yang
dimunum Kumi. Kogoro protes, karena ia meminum wine itu juga. Tapi
Shinichi meyakinkan
kalau mungkin saja racun itu memang sengaja disiapkan hanya untuk
membunuh
Kumi.
Racun ditemukan
di decanter—gelas anggur—nomer 16. Investigasi dimulai. Saksi sekaligus
tersangka pertama yang diinterogasi adalah Kyoko. Kogoro menuduh
Kyoko-lah yang
membunuh Kumi karena iri pada Kumi. Lagipula Kyoko juga membenci Kumi.
“Aku bilang
bukan aku yang membunuh Kumi. Lagipula bukan aku saja yang membenci
wanita
jalang itu. Hampir seisi cabaret juga membencinya. Meski aku bilang
ingin
membunuhnya, aku tidak mungkin membunuhnya,” elak Kyoko.
Shinichi
memotong interogasi Kogoro. Ia mengajak Kyoko mengingat urutan berdiri
di
permainan tadi. Dan seperti dugaan Shinichi, Kyoko berdiri di posisi 16.
Dan
siapapun yang memilih nomer 16, dia pasti akan mendapatkan nomer 20,
atau
dengan kata lain orang yang melakukannya adalah orang yang ahli dalam
matematika. Ketika ditanya siapa yang memberikan decanter padanya, Kyoko
tidak
dapat mengingatnya.
“Penjahat itu .
. . adalah kau,” tuduh Kogoro pada Mine-san, karena mengetahui Mine-san
adalah
seorang yang ahli matematika.
“Aku penjahatnya
karena aku ahli matematika? Ini tidak logis!” protes Mine-san.
“Pikirkan, aku
menyukainya, jadi bagaimana mungkin aku membunuhnya?”
“Jika kau
menyukainya, mungkinkah dia juga memiliki perasaan yang sama denganmu?
Bagi
Kumi-chan, mungkin kau hanya pelanggan baik yang membayarnya . . .” ucap
Kogoro
tapi buru-buru dipotong oleh Mine-san.
“Ini benar-benar
tidak benar! Only reason makes us human—hanya
alasan membuat kita manusiawi—“ ucap Mine-san mulai marah. “Maaf, atas
apa yang
aku lakukan,” sesal Mine-san.
“Doubt is the beginning of
knowledge—ragu-ragu
adalah awal dari pengetahuan, itu lanjutan kutipannya kan?” Tanya
Shinichi yang
kemudian duduk di sebelah Mine-san.
“Kau . . . dan
apa yang ingin kau tanyakan?” rupanya Mine-san sudah menyadari siapa
orang yang
ada di sebelahnya itu.
“Mine-san, kau
tahu peraturan permainan itu kan?”Tanya Shinichi.
“Ya, tentu saja.
Jika diubah dalam formula matematis maka menjadi n=4-r. n adalah jumlah
yang
kau ambil dan r adalah jumlah yang diambil oleh yang lain. Tapi,
berlawanan
bagi orang yang tahu peraturannya, jika kau jadi pemain kedua . . . kau
tidak
akan menang.
“Kalau begitu .
. . dengan kata lain tiap orang bisa memilih antara 1 hingga 3.
Kemudian, jika
kau tidak berada sebagai pemain kedua . . . kau dapat mengambil jumlah
yang
membuatmu mendapatkan kelipatan empat . . . “ simpul detective Sato.
Mine-san masih
tetap mengelak tuduhan Kogoro. Ia berdalih, jika mengetahui strateginya,
siapapun bisa menang dalam permainan itu, tidak harus seorang ahli
matematika
sekalipun.
Ran melihat
sekeliling. Ia memperhatikan kalau meski ada hostes yang meninggal,
hostes lain
tidak tampak sedih. Mereka asyik dengan kegiatan masing-masing. Belum
lagi
salah satu hostes yang benci pada Kumi-chan mencoba menurunkan foto Kumi
yang
terpasang di dinding, sementara detective Sato berebut dengannya karena
itu
adalah barang bukti.
“Kenapa
laki-laki suka ke tempat seperti ini?” keluh Ran.
“Kenapa seperti
itu?!” ucap Kogoro.
“Hei, ayah,
kenapa seperti ini?” Ran mengembalikan pertanyaan ayahnya dengan muka
menyelidik.
Sementara Kogoro
yang speechless mengalihkan pembicaraan pada hal lain. “Oi, oi, lebih
bertanggungjawablah,” ucapnya mengomentari seorang hostes yang masih
berebut
foto Kumi yang dijadikan bukti oleh detective Sato.
Dan, plak!!! Kogoro tidak
sengaja kena pukul
(hahaha . . .)
Kogoro lalu
beranjak pergi. Tidak sengaja, ia melihat seseorang berjalan dalam
gelap.
Menyadari ada seseuatu, Kogoro mengikuti orang itu. ternyata dia salah
seorang
hostes yang sedang menyelinap ke ruang ganti. Kogoro curiga dengan apa
yang
dilakukan hostes itu. Ia menuduh hostes itu menyembunyikan sesuatu.
“Bukti ini tidak
boleh dipindahkan,” gertak Kogoro.
Hostes itu
ketakukan. Ia lalu mengeluarkan sebuah kotak yang tadi disembunyikannya.
“Kucing?” Kogoro
heran.
“Ada sesuatu
yang tidak biasa padanya, jadi aku datang untuk melihatnya. Tolong,
jangan katakan
pada siapapun.
Kogoro melihat
ke arah kucing itu, dan . . . miaw!
Kogoro kena cakar.
Hostes itu lalu
membantu mengobati luka di wajah Kogoro. “Tuan, bukankah kau detective?”
“Detective
besar. Itu masalah jika aku lupa namaku,” ucap Kogoro sambil meringis
menahan
sakit.
“Um . . .
sepertinya aku tahu siapa penjahatnya,” lanjut hostes itu.
“Huh?!”
Ran sedang duduk
sendirian memandang ke kaca.
“Anak lelaki SMA
itu . . . kau memanggilnya Kudo-ku, benar?” seseorang tiba-tiba muncul
di
belakang Ran. Dia adalah Kazuyo.
“Eh? Ah ya. Kudo
Shinichi,” Ran kaget.
“Mungkinkah . .
. kau menyukainya?” Tanya Kazuyo lagi.
“Huh?!”
“Apakah itu
memalukan?
“Ini bukan
seperti rasa suka. Dia hanya detective menyebalkan,” kilah Ran.
“Benarkah? Dalam
hal ini, tidak apa-apa, tapi . . . Irresolution
causes the greatest harm—kaeragu-raguan menimbulkan kerugian
terbesar—itu
menurut mereka,” ucap Kazuyo kemudian.
“Eh, Irresolution?”
“Ketika kau
bimbang dan tidak dapat mengubah pemikiranmu.”
“Ah . . .” Ran
mencoba mengerti penjelasan Kazuyo. “Itu arti Irresolution,
huh?”
“Saat itu
berubah menjadi cinta . . . aku khawatir
saat akhirnya kau tidak bisa mengatakan apa yang seharusnya dikatakan . .
. dan
saat kau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan menyesalinya
semua?”
Ran termenung
mendengar penjelasan Kazuyo.
Kogoro yang
telah kembali, masih tetap menuduh Mine-san sebagi pelaku pembunuhan
Kumi-chan.
Kogoro lalu menjelaskan kalau Kazuyo yang dinominasikan sebagai
pengganti
terkuat Kumi pernah dikalahkan oleh Kumi dalam permainan sebulan yang
lalu.
Flash back
Mine-san sedang
berdua bersama Kumi-chan. Kazuyo datang dan membuat mereka melakukan
permainan
logika seperti yang dimainkan hari ini. Dengan bantuan Mine-san, Kumi
memenangkan permainan itu. Dan sebagai hukumannya, Kazuyo harus meminum
cocktail yang sudah disiapkan, bernama “Salty dog”. Tidak lama
sesudahnya
Kazuyo pingsan.
Flash back selesai
Kogoro menuduh
Mine-san yang berusaha membunuh Kazuyo sebulan yang lalu demi
mempertahankan
posisi Kumi. Tapi mengetahui Kumi hanya tertarik pada uangnya, Mine-san
sekarang beralih ingin membunuh Kumi-chan. “Itu benar kan?” Kogoro
mengakhiri
analisisnya.
“Cocktail yang
diminum Kazuyo-chan . . . adalah Salty Dog,” gumam Shincihi.
“Kenapa
memangnya?” Tanya Kogoro.
“Dia memiliki
tekanan darah yang relative tinggi dan dia biasanya minum obat penurun
tekanan
darah,” papar Mine-san.
“Mungkinkah itu
ada hubungannya?” Shinichi semakin penasaran.
“Seperti yang
diduga, itu benar,” sambung Mine-san lagi.
“Apa resep untuk
cocktail Salty Dog?” Tanya Shinichi lagi.
“Vodka dan . . .
jus grapefruit,” jawab detective Takagi.
“Minuman ini . .
. jika diminum bersamaan dengan beberapa jenis obat, bisa menimbulkan
efek
samping dan membahayakan.” Shinichi menyimpulkan kalau penyebab tidak
sadarnya
Kazuyo pada peristiwa sebulan sebelumnya adalah karena meningkatnya
tekanan
darah akibat efek samping dari obat dan cocktail yang diminumnya.
Shinichi
masih penasaran dengan pelaku dan alasan sebenarnya pembunuhan ini.
Detective Takagi
dan detective Sato lalu memeriksa Kazuyo. Mereka menemukan benar kalau
Kazuyo
selalu meminum obat untuk menurunkan tekanan darahnya. Kazuyo juga
menunjukkan
obatnya kepada kedua detective itu.
“Irresolution causes the
greatest harm,
huh . . .” ucap Ran disebelah Shinichi yang masih asyik berpikir.
“Apa yang baru
saja kau katakan?!”
“Eh? Ah . . . irresolution.
Ketika kau tidak bisa
mengubah pemikiranmu . . . Irresolution
causes the greatest harm . . . “
“Siapa yang
mengatakan padamu kutipan itu?” Shinichi semakin penasaran.
“Huh? Ah . . . aku tadi mempelajarinya
dari Kazuyo-san
. . . tapi aku tidak mengerti arti kata Irresolution
. . . “ keluh Ran.
“Aku tahu . . .
jawaban dari persamaan kasus pembunuhan ini. Aku tahu hanya ada
satu-satunya
kebenaran.”
“Maaf membuatmu
menunggu,” ucap Shinichi sambil kembali mendekat kea rah Mine-san.
“Kudo-kun, apa
kau juga mencurigaiku?”
“Ada satu hal
lagi yang ingin aku tanyakan padamu.”
“Silahkan,” ucap
Mine-san mencoba tenang.
“Permainan satu
bulan yang lalu, ketika Kazuyo pingsan. Apakah kau tahu kalau permainan
itu
diusulkan oleh Kazuyo sendiri?”
“Eh?!”
Shinichi lalu
menjelaskan kalau permainan itu adalah atas inisiatif Kazuyo. Yang
memilih
penalty-game berupa cocktail itu juga Kazuyo sendiri, yakni Salty Dog.
“Kenapa dia
membahayakan dirinya sendiri?” protes Mine-san.
“Bukankah
Kazuyo-san melakukan permainan itu sebagai tes?”
“Tes? Tes apa?”
“Perasaan anda.
Kazuyo-san ingin membuktikan, siapa yang akan dipilih oleh Mine-san,
dirinya
atau Kimi-san. Kau jelas sangat memahami aturan permainan itu. Karena
tawaran
menggiurkan dari Kumi, kau bisa saja membuat Kumi memenangkan permainan
itu.
Karena anda mengetahui obat yang diminumnya, Kazuyo-san percaya anda
tidak akan
membiarkannya kalah. Tapi, yang Mine-san pilih
. . . adalah Kumi-san. Penjahat yang membunuh Kumi-san . . . kau juga
tahu siapa yang melakukannya kan? “
“Penjahat yang
membunuh Kumi-san . . . adalah kau, Kazuyo. Mine-san mengatakannya, obat
anti
heipertensi yang kau minum tablet. Tapi yang kau bawa hari ini adalah
kapsul.
Racunya ada di dalam kapsul itu, iya kan?”
“Takagi-kun,
selidiki itu!” detective Sato langsung bertindak.
“Descartes yang
membuatku mengerti hubunganmu dengan Mine-san.”
“Descartes? Apa
itu?” Kogoro nyambung tapi tidak ngerti.
“Rene Descartes.
Matematikawan besar yang aku kagumi,” ucap Mine-san.
“Only reason makes us human,
Doubt is the beginning
of knowledge. Keduanya kutipan dari Descartes. Dan . . . begitu juga
kutipan yang dikatakan Kazuyo pada Ran. Irresolution
is the cause of the greatest harm. Itu juga dari Descartes.
Kazuyo-san,
bukankah kau mempelajari matematika . .
. agar bisa mengikuti pembicaraan Mine-san?” tembak Shinichi.
Kazuyo-san lalu
menceritakan pertama kalinya ia bertemu Mine-san. Mine-san sedang
mengotak-atik
tulisan di kertas, dengan bentuk kartesian/cartesius/system koordinat
dua
dimensi (hahaha . . . berguna juga pengetahuan jadi anak
IPA).
Kazuyo tertarik dengan apa yang dilakukan oleh Mine-san.
“Sejak bekerja
sebagai hostes, tidak ada orang yang mau bicara serius kepadaku seperti
yang
dia lakukan. Aku hanya ingin selalu bersamanya . . . “
“Kazuyo-san,
bagimu tidak penting siapa yang berada di urutan 16, iya kan? Dan lagi,
kau
juga tidak peduli baik Mine-san atau ayah Ran—Kogoro—yang memberikan
wine itu
kepada Kumi-san. Siapapun yang yang berada di posisi 16 dengan wine
beracun di
tangannya, Kumi-san di posisi 20 pasti meminumnya,” ucap Shinichi lagi.
Kazuyo tidak
bisa mengelak lagi. “Tidak ada yang bisa aku lakukan jika dia memilih
wanita
yang lebih cantik dibanding aku. Aku sudah tidak tahan terhadapnya,”
Kazuyo
lalu menceritakan kalau tidak sengaja ia mendengar pembicaraan Kumi
dengan
seseorang. Kumi ternyata hanya tertarik dengan uang Mine-san saja.
“Ia
mempermainkan Mine-san . . . jadi aku pikir, aku tidak akan
membiarkannya
benar-benar melakukan itu pada Mine-san.”
“Jadi, untuk
melindungi Mine-san, kau membunuh Kumi-san?” Tanya Shinichi.
“Seperti
permainan satu bulan yang lalu ketika Mine-san membuat keputusan . . .
aku juga
memutuskannya.”
“Kenapa? Kenapa
kau harus membunuh seseorang karenaku . . . aku yang terburuk,” sesal
Mine-san
kemudian.
“Only reason makes us human.
Maaf
menyusahkanmu telah mengajariku matematika. Aku pikir, aku tetap saja
bodoh . .
. maaf,” Kazuyo lalu menyerahkan diri dan dibawa pergi oleh detective
Sato.
“Paman, kenapa
menurutmu Kazuyo-san harus melakukan itu? Dibanding membunuh, tidakkah
ada cara
lain yang lebih mudah,” ucap Shinichi pada Kogoro.
“Kau sudah
mengatakannya tadi kan? Untuk lelaki yang ia cintai . . . dia belajar
matematika dengan sepenuh hati. Dia ingin berguna baginya (Mine-san)
sampai
akhir. Apapun yang terjadi. Seperti itu,” papar Kogoro bijak.
“Kenapa?”
“Dengan
melakukan semua ini, dia (Mine-san) akan tetap mengingatnya (Kazuyo-san)
. . .
meskipun kau detective besar, aku pikir kau tetap saja masih anak-anak,
huh?”cibir Kogoro. “Jangan kira semua hal bisa diungkapkan secara jelas
dan
lugas. Manusia bukan metematika. Apa kau tahu hal yang paling
menyusahkan pada
orang yang tidak dapat ditebak?”
“Apa itu?”
Shinichi penasaran.
“Hati wanita,”
ucap Kogoro sambil beranjak pergi.
“Huh?”
“Bagaimana
denganmu, Shinichi? Demi melindungi orang yang kau sayangi, apa kau juga
akan
membunuh?” Tanya Ran kemudian.
“Tidak peduli
apa alasannya . . . pembunuhan tetaplah pembunuhan.
Kembali ke
ruangan putih.
“Descartes”
Shinichi
mengetikkan kata itu ke panel sentuh di hadapannya. Ruangan lain di
sebelah
terbuka. Tampak sebuah suntikan penawar di ruangan itu. Kogoro buru-buru
menyeberang ke ruangan itu dan mengambil penawar itu. Belum sempat
kembali pada
Ran dan Shincihi, pintu ruangan mendadak menutup.
“Hei-bocah
detective, aku mengandalkanmu,” ucap Kogoro sambil menyerahkan penawar
itu pada
Shinichi sesaat sebelum pintu itu terutup.
“Paman!” pintu
tertutup. “Ran, jangan mati. Kau lebih baik jangan mati, Ran! Ran!”
Shinichi
membuka lengan baju Ran, dan dengan mulutnya dibukanya penutup suntikan
itu.
“Aku tidak akan membunuh seseorang hanya demi dirimu. Tapi . . . aku
TIDAK AKAN
membiarkan orang yang aku cintai mati.”
Shinichi
menyuntikkan penawar itu ke tangan Ran.
“Ran! kau
baik-baik saja?”
“Shinichi . . .
dimana ayah?” Ran mulai benar-benar pulih.
“Dia
terperangkap di ruangan sebelah,” ucap Shinichi dengan sangat menyesal.
Preview Episode 7
Shinichi
berhasil menyelamatkan Ran tepat waktu. Kogoro terjebak di ruangan lain.
Ran
dan Shinichi kembali terjebak di ruangan putih dengan balon berwarna
merah yang
terus membesar dan mendesak mereka berdua.
Sonoko diculik
!!!
Picture
and written by Kelana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar