Rabu, 12 Februari 2014

SINOPSIS Detective Conan: Kudo Shinichi e no Chousenjou (Detective Conan TV series 2011) episode 6

– Permainan Pembunuhan pada Gadis Cabaret-club No. 1 – 
Ran terkena racun. Untuk mendapatkan penawarnya, dibutuhkan sebuah keyword, dan waktu yang tersisa . . . empat puluh detik.
10 Juni 2010
Kasus pembunuhan yang terjadi di sebuah klub cabaret. Shinichi dan Ran bersama detective Tagaki melakukan penyamaran untuk menyelidiki sesuatu.
Tampak Kogoro tengah bersama dengan seorang hostess cantik. Ia dengan mupeng-nya menatap ke kursi sebelah tempat hostess favorit di cabaret itu, Kummi-chan tengah berada dengan seorang pelanggan lain.
Sementara itu, di kursi lain tampak tiga orang tengah memandang ke arah kursi tempat Kogoro berada dengan geram.
“Kau yang terburuk, ayah . . . “ ucap seseorang dengan kaos dan rambut kriting.
“Lihat . . . tidakkah itu bukti nyata ayahmu adalah penipu ulung . . . jadi, kenapa kita masih disini untuk mengikutinya?” Tanya yang lain tidak sabar.
“Ini . . . ini misi khusus yang ditugaskan ibu pada kita.”
“Bodoh! Kita disini hanya untuk memastikan kejahatannya.”
“JIka kau bicara seperti itu, aku tidak bisa jadi polisi lagi,” ucap yang lain yang ternyata adalah detective Takagi.
“Maaf, detective Takagi. Tanpamu, kami masih dibawah 18 tahun yang tidak bisa masuk ke tempat seperti ini,” ucap seseorang dengan jas.
“Jadi jangan libatkan aku dengan apapun. Jika Sato-san melihatku di tempat seperti ini . . . “ tiba-tiba seorang hostes bernama Kazuyo datang.
Kazuyo lalu duduk menemani detective Takagi. Sementara itu dua orang yang lain buru-buru menyingkir dan berbalik. Ups . . . kumis palsunya copot. Ternyata kedua orang itu adalah Kudou Shinichi dan Mouri Ran yang tengah memata-matai Kogoro yang tengah asyik berkencan.
MC cabaret itu mengumumkan sebuah permainan. Dimana berderet disana 20 orang hostes cantik. Dua orang yang beruntung ikut permainan itu adalah Kogoro dan seorang pelanggan lain, Mine Masahito.
Aturan permainannya, kedua penantang memilih hostes satu hingga tiga, dengan hadiah ciuman dari para hostes itu. Dan sebagai puncaknya, orang terakhir yang mencapai nomer 20 akan mendapatkan hostes tercantik/hostes no.1 di cabaret itu, Kumi-chan.
“Um . . . bagaimana kita memilih siapa yang berjalan duluan? Aku tidak mempedulikannya,” ucap Mine-san pada Kogoro.
“Kau bisa jalan duluan,” ucap Kogoro dengan sombongnya.
Mine-san ternyata hanya memilih satu hostes. Ia mendapat ciuman dari hostes itu dan segelas red wine yang dituangkan dalam gelas besar yang dibawanya. Kogoro menganggap itu perbuatan bodoh (Cuma memilih satu saja), lalu secara langsung memilih tiga orang hostes. Kogoro sangat senang mendapat ciuman dari para hostes.
Satu per satu para hostes dipilih. Ran, Shinichi dan detective Takagi hanya melihatnya dari jauh.
“Ah . . . aku tidak mau melihatnya lagi!” keluh Ran kesal melihat kelakuan ayahnya itu. Ia lalu menutupkan wig kritingnya ke wajahnya.
“Sepertinya paman benar-benar bersenang-senang,” komentar Shinichi.
“Aku iri padanya . . . “ detective Takagi menambahi.
Ran melirik dengan marah ke arah keduanya. Dan . . . dugh!
“Aww!” Shinichi dan detective Takagi kesakitan karena pukulan Ran.
Permainan terus berlanjut. Akhirnya Mine-san tiba pada hostes yang berdiri di urutan 16, Kyoko-san. Ia hanya memilih satu saja. Jika hostes lainnya hanya memberikan ciuman di pipi, maka Kyoko mencium tepat di bibir Mine-san. Ia ingin membuat Kumi-chan yang selama ini memonopoli Mine-san jelous, dan berhasil . . .
Kogoro memilih hostes ke 17, 18 dan 19. Ia bingung karena tidak mendapatkan Kumi. Ia mengulangi hitungan dan tetap saja ia tidak mendapatkan Kumi. Kogoro kesal. Mine-san mendekat kea rah Kumi-chan. Dan tidak lama Kumi-chan mengambil gelas wine yang dibawa Mine-san lalu langsung menghabiskan isinya. Selesai minum, Kumi tersenyum dan mendekat ke arah Mine-san hendak menciumnya, tapi . . . Kumi keburu ambruk.
Seisi cabaret kaget. Shinichi buru-buru mendekat. Shinichi mengecek Kumi-chan. Mengetahui kalau Kumi-chan meninggal, Shinichi menyuruh detective Takagi untuk segera menghubungi polisi dan melarang semua orang yang ada agar tidak keluar dari cabaret itu.
“Hei, bocah detective? Apa yang kau lakukan disini?” Kogoro kaget melihat Shinichi ada di cabaret juga.
Tapi Shinichi sepertinya tidak mempedulikan pertanyaan dan keheranan Kogoro. Dia sudah mulai asyik dengan kasus di depannya itu.
Detective Sato datang bersama tim forensic. Mereka menemukan racun terdapat pada wine yang dimunum Kumi. Kogoro protes, karena ia meminum wine itu juga. Tapi Shinichi meyakinkan kalau mungkin saja racun itu memang sengaja disiapkan hanya untuk membunuh Kumi.
Racun ditemukan di decanter—gelas anggur—nomer 16. Investigasi dimulai. Saksi sekaligus tersangka pertama yang diinterogasi adalah Kyoko. Kogoro menuduh Kyoko-lah yang membunuh Kumi karena iri pada Kumi. Lagipula Kyoko juga membenci Kumi.
“Aku bilang bukan aku yang membunuh Kumi. Lagipula bukan aku saja yang membenci wanita jalang itu. Hampir seisi cabaret juga membencinya. Meski aku bilang ingin membunuhnya, aku tidak mungkin membunuhnya,” elak Kyoko.
Shinichi memotong interogasi Kogoro. Ia mengajak Kyoko mengingat urutan berdiri di permainan tadi. Dan seperti dugaan Shinichi, Kyoko berdiri di posisi 16. Dan siapapun yang memilih nomer 16, dia pasti akan mendapatkan nomer 20, atau dengan kata lain orang yang melakukannya adalah orang yang ahli dalam matematika. Ketika ditanya siapa yang memberikan decanter padanya, Kyoko tidak dapat mengingatnya.
“Penjahat itu . . . adalah kau,” tuduh Kogoro pada Mine-san, karena mengetahui Mine-san adalah seorang yang ahli matematika.
“Aku penjahatnya karena aku ahli matematika? Ini tidak logis!” protes Mine-san. “Pikirkan, aku menyukainya, jadi bagaimana mungkin aku membunuhnya?”
“Jika kau menyukainya, mungkinkah dia juga memiliki perasaan yang sama denganmu? Bagi Kumi-chan, mungkin kau hanya pelanggan baik yang membayarnya . . .” ucap Kogoro tapi buru-buru dipotong oleh Mine-san.
“Ini benar-benar tidak benar! Only reason makes us human—hanya alasan membuat kita manusiawi—“ ucap Mine-san mulai marah. “Maaf, atas apa yang aku lakukan,” sesal Mine-san.
Doubt is the beginning of knowledge—ragu-ragu adalah awal dari pengetahuan, itu lanjutan kutipannya kan?” Tanya Shinichi yang kemudian duduk di sebelah Mine-san.
“Kau . . . dan apa yang ingin kau tanyakan?” rupanya Mine-san sudah menyadari siapa orang yang ada di sebelahnya itu.
“Mine-san, kau tahu peraturan permainan itu kan?”Tanya Shinichi.
“Ya, tentu saja. Jika diubah dalam formula matematis maka menjadi n=4-r. n adalah jumlah yang kau ambil dan r adalah jumlah yang diambil oleh yang lain. Tapi, berlawanan bagi orang yang tahu peraturannya, jika kau jadi pemain kedua . . . kau tidak akan menang.
“Kalau begitu . . . dengan kata lain tiap orang bisa memilih antara 1 hingga 3. Kemudian, jika kau tidak berada sebagai pemain kedua . . . kau dapat mengambil jumlah yang membuatmu mendapatkan kelipatan empat . . . “ simpul detective Sato.
Mine-san masih tetap mengelak tuduhan Kogoro. Ia berdalih, jika mengetahui strateginya, siapapun bisa menang dalam permainan itu, tidak harus seorang ahli matematika sekalipun.
Ran melihat sekeliling. Ia memperhatikan kalau meski ada hostes yang meninggal, hostes lain tidak tampak sedih. Mereka asyik dengan kegiatan masing-masing. Belum lagi salah satu hostes yang benci pada Kumi-chan mencoba menurunkan foto Kumi yang terpasang di dinding, sementara detective Sato berebut dengannya karena itu adalah barang bukti.
“Kenapa laki-laki suka ke tempat seperti ini?” keluh Ran.
“Kenapa seperti itu?!” ucap Kogoro.
“Hei, ayah, kenapa seperti ini?” Ran mengembalikan pertanyaan ayahnya dengan muka menyelidik.
Sementara Kogoro yang speechless mengalihkan pembicaraan pada hal lain. “Oi, oi, lebih bertanggungjawablah,” ucapnya mengomentari seorang hostes yang masih berebut foto Kumi yang dijadikan bukti oleh detective Sato.
Dan, plak!!! Kogoro tidak sengaja kena pukul (hahaha . . .)
Kogoro lalu beranjak pergi. Tidak sengaja, ia melihat seseorang berjalan dalam gelap. Menyadari ada seseuatu, Kogoro mengikuti orang itu. ternyata dia salah seorang hostes yang sedang menyelinap ke ruang ganti. Kogoro curiga dengan apa yang dilakukan hostes itu. Ia menuduh hostes itu menyembunyikan sesuatu.
“Bukti ini tidak boleh dipindahkan,” gertak Kogoro.
Hostes itu ketakukan. Ia lalu mengeluarkan sebuah kotak yang tadi disembunyikannya.
“Kucing?” Kogoro heran.
“Ada sesuatu yang tidak biasa padanya, jadi aku datang untuk melihatnya. Tolong, jangan katakan pada siapapun.
Kogoro melihat ke arah kucing itu, dan . . . miaw! Kogoro kena cakar.
Hostes itu lalu membantu mengobati luka di wajah Kogoro. “Tuan, bukankah kau detective?”
“Detective besar. Itu masalah jika aku lupa namaku,” ucap Kogoro sambil meringis menahan sakit.
“Um . . . sepertinya aku tahu siapa penjahatnya,” lanjut hostes itu.
“Huh?!”
Ran sedang duduk sendirian memandang ke kaca.
“Anak lelaki SMA itu . . . kau memanggilnya Kudo-ku, benar?” seseorang tiba-tiba muncul di belakang Ran. Dia adalah Kazuyo.
“Eh? Ah ya. Kudo Shinichi,” Ran kaget.
“Mungkinkah . . . kau menyukainya?” Tanya Kazuyo lagi.
“Huh?!”
“Apakah itu memalukan?
“Ini bukan seperti rasa suka. Dia hanya detective menyebalkan,” kilah Ran.
“Benarkah? Dalam hal ini, tidak apa-apa, tapi . . . Irresolution causes the greatest harm—kaeragu-raguan menimbulkan kerugian terbesar—itu menurut mereka,” ucap Kazuyo kemudian.
“Eh, Irresolution?”
“Ketika kau bimbang dan tidak dapat mengubah pemikiranmu.”
“Ah . . .” Ran mencoba mengerti penjelasan Kazuyo. “Itu arti Irresolution, huh?”
“Saat itu berubah menjadi cinta  . . . aku khawatir saat akhirnya kau tidak bisa mengatakan apa yang seharusnya dikatakan . . . dan saat kau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan menyesalinya semua?”
Ran termenung mendengar penjelasan Kazuyo.
Kogoro yang telah kembali, masih tetap menuduh Mine-san sebagi pelaku pembunuhan Kumi-chan. Kogoro lalu menjelaskan kalau Kazuyo yang dinominasikan sebagai pengganti terkuat Kumi pernah dikalahkan oleh Kumi dalam permainan sebulan yang lalu.
Flash back
Mine-san sedang berdua bersama Kumi-chan. Kazuyo datang dan membuat mereka melakukan permainan logika seperti yang dimainkan hari ini. Dengan bantuan Mine-san, Kumi memenangkan permainan itu. Dan sebagai hukumannya, Kazuyo harus meminum cocktail yang sudah disiapkan, bernama “Salty dog”. Tidak lama sesudahnya Kazuyo pingsan.
Flash back selesai
Kogoro menuduh Mine-san yang berusaha membunuh Kazuyo sebulan yang lalu demi mempertahankan posisi Kumi. Tapi mengetahui Kumi hanya tertarik pada uangnya, Mine-san sekarang beralih ingin membunuh Kumi-chan. “Itu benar kan?” Kogoro mengakhiri analisisnya.
“Cocktail yang diminum Kazuyo-chan . . . adalah Salty Dog,” gumam Shincihi.
“Kenapa memangnya?” Tanya Kogoro.
“Dia memiliki tekanan darah yang relative tinggi dan dia biasanya minum obat penurun tekanan darah,” papar Mine-san.
“Mungkinkah itu ada hubungannya?” Shinichi semakin penasaran.
“Seperti yang diduga, itu benar,” sambung Mine-san lagi.
“Apa resep untuk cocktail Salty Dog?” Tanya Shinichi lagi.
“Vodka dan . . . jus grapefruit,” jawab detective Takagi.
“Minuman ini . . . jika diminum bersamaan dengan beberapa jenis obat, bisa menimbulkan efek samping dan membahayakan.” Shinichi menyimpulkan kalau penyebab tidak sadarnya Kazuyo pada peristiwa sebulan sebelumnya adalah karena meningkatnya tekanan darah akibat efek samping dari obat dan cocktail yang diminumnya. Shinichi masih penasaran dengan pelaku dan alasan sebenarnya pembunuhan ini.
Detective Takagi dan detective Sato lalu memeriksa Kazuyo. Mereka menemukan benar kalau Kazuyo selalu meminum obat untuk menurunkan tekanan darahnya. Kazuyo juga menunjukkan obatnya kepada kedua detective itu.
Irresolution causes the greatest harm, huh . . .” ucap Ran disebelah Shinichi yang masih asyik berpikir.
“Apa yang baru saja kau katakan?!”
“Eh? Ah . . . irresolution. Ketika kau tidak bisa mengubah pemikiranmu . . . Irresolution causes the greatest harm . . . “
“Siapa yang mengatakan padamu kutipan itu?” Shinichi semakin penasaran.
“Huh? Ah  . . . aku tadi mempelajarinya dari Kazuyo-san . . . tapi aku tidak mengerti arti kata Irresolution . . . “ keluh Ran.
“Aku tahu . . . jawaban dari persamaan kasus pembunuhan ini. Aku tahu hanya ada satu-satunya kebenaran.”
“Maaf membuatmu menunggu,” ucap Shinichi sambil kembali mendekat kea rah Mine-san.
“Kudo-kun, apa kau juga mencurigaiku?”
“Ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan padamu.”
“Silahkan,” ucap Mine-san mencoba tenang.
“Permainan satu bulan yang lalu, ketika Kazuyo pingsan. Apakah kau tahu kalau permainan itu diusulkan oleh Kazuyo sendiri?”
“Eh?!”
Shinichi lalu menjelaskan kalau permainan itu adalah atas inisiatif Kazuyo. Yang memilih penalty-game berupa cocktail itu juga Kazuyo sendiri, yakni Salty Dog.
“Kenapa dia membahayakan dirinya sendiri?” protes Mine-san.
“Bukankah Kazuyo-san melakukan permainan itu sebagai tes?”
“Tes? Tes apa?”
“Perasaan anda. Kazuyo-san ingin membuktikan, siapa yang akan dipilih oleh Mine-san, dirinya atau Kimi-san. Kau jelas sangat memahami aturan permainan itu. Karena tawaran menggiurkan dari Kumi, kau bisa saja membuat Kumi memenangkan permainan itu. Karena anda mengetahui obat yang diminumnya, Kazuyo-san percaya anda tidak akan membiarkannya kalah. Tapi, yang Mine-san pilih  . . . adalah Kumi-san. Penjahat yang membunuh Kumi-san . . . kau juga tahu siapa yang melakukannya kan? “
“Penjahat yang membunuh Kumi-san . . . adalah kau, Kazuyo. Mine-san mengatakannya, obat anti heipertensi yang kau minum tablet. Tapi yang kau bawa hari ini adalah kapsul. Racunya ada di dalam kapsul itu, iya kan?”
“Takagi-kun, selidiki itu!” detective Sato langsung bertindak.
“Descartes yang membuatku mengerti hubunganmu dengan Mine-san.”
“Descartes? Apa itu?” Kogoro nyambung tapi tidak ngerti.
“Rene Descartes. Matematikawan besar yang aku kagumi,” ucap Mine-san.
Only reason makes us human, Doubt is the beginning of knowledge. Keduanya kutipan dari Descartes. Dan . . . begitu juga kutipan yang dikatakan Kazuyo pada Ran. Irresolution is the cause of the greatest harm. Itu juga dari Descartes. Kazuyo-san, bukankah kau mempelajari matematika  . . . agar bisa mengikuti pembicaraan Mine-san?” tembak Shinichi.
Kazuyo-san lalu menceritakan pertama kalinya ia bertemu Mine-san. Mine-san sedang mengotak-atik tulisan di kertas, dengan bentuk kartesian/cartesius/system koordinat dua dimensi (hahaha  . . . berguna juga pengetahuan jadi anak IPA). Kazuyo tertarik dengan apa yang dilakukan oleh Mine-san.
“Sejak bekerja sebagai hostes, tidak ada orang yang mau bicara serius kepadaku seperti yang dia lakukan. Aku hanya ingin selalu bersamanya . . . “
“Kazuyo-san, bagimu tidak penting siapa yang berada di urutan 16, iya kan? Dan lagi, kau juga tidak peduli baik Mine-san atau ayah Ran—Kogoro—yang memberikan wine itu kepada Kumi-san. Siapapun yang yang berada di posisi 16 dengan wine beracun di tangannya, Kumi-san di posisi 20 pasti meminumnya,” ucap Shinichi lagi.
Kazuyo tidak bisa mengelak lagi. “Tidak ada yang bisa aku lakukan jika dia memilih wanita yang lebih cantik dibanding aku. Aku sudah tidak tahan terhadapnya,” Kazuyo lalu menceritakan kalau tidak sengaja ia mendengar pembicaraan Kumi dengan seseorang. Kumi ternyata hanya tertarik dengan uang Mine-san saja.
“Ia mempermainkan Mine-san . . . jadi aku pikir, aku tidak akan membiarkannya benar-benar melakukan itu pada Mine-san.”
“Jadi, untuk melindungi Mine-san, kau membunuh Kumi-san?” Tanya Shinichi.
“Seperti permainan satu bulan yang lalu ketika Mine-san membuat keputusan . . . aku juga memutuskannya.”
“Kenapa? Kenapa kau harus membunuh seseorang karenaku . . . aku yang terburuk,” sesal Mine-san kemudian.
Only reason makes us human. Maaf menyusahkanmu telah mengajariku matematika. Aku pikir, aku tetap saja bodoh . . . maaf,” Kazuyo lalu menyerahkan diri dan dibawa pergi oleh detective Sato.
“Paman, kenapa menurutmu Kazuyo-san harus melakukan itu? Dibanding membunuh, tidakkah ada cara lain yang lebih mudah,” ucap Shinichi pada Kogoro.
“Kau sudah mengatakannya tadi kan? Untuk lelaki yang ia cintai . . . dia belajar matematika dengan sepenuh hati. Dia ingin berguna baginya (Mine-san) sampai akhir. Apapun yang terjadi. Seperti itu,” papar Kogoro bijak.
“Kenapa?”
“Dengan melakukan semua ini, dia (Mine-san) akan tetap mengingatnya (Kazuyo-san) . . . meskipun kau detective besar, aku pikir kau tetap saja masih anak-anak, huh?”cibir Kogoro. “Jangan kira semua hal bisa diungkapkan secara jelas dan lugas. Manusia bukan metematika. Apa kau tahu hal yang paling menyusahkan pada orang yang tidak dapat ditebak?”
“Apa itu?” Shinichi penasaran.
“Hati wanita,” ucap Kogoro sambil beranjak pergi.
“Huh?”
“Bagaimana denganmu, Shinichi? Demi melindungi orang yang kau sayangi, apa kau juga akan membunuh?” Tanya Ran kemudian.
“Tidak peduli apa alasannya . . . pembunuhan tetaplah pembunuhan.
Kembali ke ruangan putih.
“Descartes”
Shinichi mengetikkan kata itu ke panel sentuh di hadapannya. Ruangan lain di sebelah terbuka. Tampak sebuah suntikan penawar di ruangan itu. Kogoro buru-buru menyeberang ke ruangan itu dan mengambil penawar itu. Belum sempat kembali pada Ran dan Shincihi, pintu ruangan mendadak menutup.
“Hei-bocah detective, aku mengandalkanmu,” ucap Kogoro sambil menyerahkan penawar itu pada Shinichi sesaat sebelum pintu itu terutup.
“Paman!” pintu tertutup. “Ran, jangan mati. Kau lebih baik jangan mati, Ran! Ran!” Shinichi membuka lengan baju Ran, dan dengan mulutnya dibukanya penutup suntikan itu. “Aku tidak akan membunuh seseorang hanya demi dirimu. Tapi . . . aku TIDAK AKAN membiarkan orang yang aku cintai mati.”
Shinichi menyuntikkan penawar itu ke tangan Ran.
“Ran! kau baik-baik saja?”
“Shinichi . . . dimana ayah?” Ran mulai benar-benar pulih.
“Dia terperangkap di ruangan sebelah,” ucap Shinichi dengan sangat menyesal.
Preview Episode 7
Shinichi berhasil menyelamatkan Ran tepat waktu. Kogoro terjebak di ruangan lain. Ran dan Shinichi kembali terjebak di ruangan putih dengan balon berwarna merah yang terus membesar dan mendesak mereka berdua.
Sonoko diculik !!!
Picture and written by Kelana
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar