Rabu, 05 Maret 2014

SINOPSIS Detective Conan: Kudo Shinichi e no Chousenjou (Detective Conan TV series 2011) episode 11

– Misteri Pembunuhan di Lift yang Bergerak –
Shinichi yang terpisah dari Ran berhasil memecahkan kode pada kasus sebelumnya. Ia masuk ke ruang putih sebelahnya, dan menemukan ponsel Ran dengan nomer tidak dikenal memanggil.
Lampu tiba-tiba menyala. Shinichi dikagetkan oleh kostum boneka yang tiba-tiba ada di depannya. Sebuah panel sentuh pun muncul. Sebuah tanggal dan enam kotak putih.
17 September 2010, Gedung Pusat kota Beika, lantai 38
Seorang presdir perusahaan game terkemuka, Tatsumi Taiji berjalan bersama ketiga anak buahnya menuju lift khusus perusahaan di gedung itu. Hari itu sebenarnya diadakan pesta dalam rangka perayaan dalam memperkenalkan karakter baru dari game yang diluncurkan perusaan itu, tapi presdir memilih untuk pulang karena tidak enak badan. Ia menyerahkan perayaan itu pada anak buahnya itu.
Tidak lama kemudian, Tatsumi Sakurako, putri sang presdir datang. Ia menanyakan ruangan tempat pesta berlangsung.
“Nona dan aku akan memberikan sambutan di pesta nanti, jadi bisakah kalian lebih dulu saja?” pinta sang direktur game, Ooba Satoru, yang diiyakan oleh karyawan yang lain.

Setelah kedua karyawan lain itu pergi, Ooba-san mendekati Tatsumi-san. Mereka berdua ternyata sepasang kekasih. Ooba-san protes karena Tatsumi-san terlambat.
“Maaf, tadi aku agak terhambat. Tapi lebih penting, apa kau sudah mengatakan pada papa soal hubungan kita?” Tanya Tatsumi-san.
Ooba-san mengiyakan. Tatsumi-san tersenyum senang dan memeluk Ooba-san.
“Sebagai gantinya, maukah kau memberikan ciuman sebagai hadiahnya?” pinta Ooba-san.
Tatsumi-san mengiyakan permintaan Ooba-san tanpa curiga sama sekali. Tanpa diketahui, pintu lift dibelakang Tatsumi-san dibuka, dan presdir yang ternyata masih ada di lift itu . . . ditembak.
Suara dari ruang pesta terdengar. Ooba-san dan Tatsumi-san beranjak dari depan lift.
“Sepertinya pesta sudah dimulai.”
“Sebelum pesta . . . ini hadiah. Ini kalung mutiara pink yang akan cocok dengan anting yang kau gunakan,” ucap Ooba-san sambil menyentuh anting yang digunakan oleh Tatsumi-san.
Di lantai yang sama, Shinichi ternyata mengajak Ran untuk makan malam disana.
“Hei, apa tidak apa-apa? Bukankah disini mahal?” protes Ran sambil berbisik.
“Itu tidak apa-apa. Jangan dipikirkan,” elak Shinichi menanggapi protes Ran.
“Kau ini benar-benar . . . “
“Aku lebih dari anak yang disia-siakan orang tua yang lebih suka pergi keluar negeri,” ucap Shinich kemudian.
“Dan? Apa yang ingin kau bicarakan? Itu bukan permintaan yang tidak masuk akan kan?” selidik Ran. “Kau membuat reservasi di restoran seperti ini . . . “
“Itu . . . karena aku mendapat tiket diskon. Yang ingin aku katakan padamu adalah . . . “
Ran memotong ucapan Shinichi, “Aku tahu, pasti sulit mengatakannya . . . tapi laki-laki yang mengatakannya dengan jujur, itu baru laki-laki. Kau lupa tidak membawa dompetmu kan?” tembak Ran.
“Huh?” Shinichi kaget dengan ucapan Ran.
“Eh, aku salah? Dari tadi kau tampak berkeringat dan gelisah, jadi . . . “
“Sebenarnya, kau benar. Itu tidak mungkin, iya kan?!” kali ini Shinichi yang mengingkarinya sendiri.
“Eh?” Ran heran.
Shinichi melanjutkan kalimatnya, “Karena ada hal yang ingin aku katakan padamu . . . itulah kenapa aku mengajakmu makan malam . . . itu . . . itu untuk mengatakan kalau . . . “
Kyaaaa!!! Suara teriakan memotong kalimat Shinichi.
Shinichi berusaha untuk tidak teralihkan perhatiannya, “Jadi, yang ingin aku katakan . . . “
Orang-orang di sekitar Ran dan Shinichi ribut. Ternyata ada seseorang yang terbunuh di lift. Presdir perusahaan game yang juga ada di gedung ini.
“Jangan paksakan diri. Tidak bisa apa-apa kan kalau kau sudah tertarik oleh kasus,” ucap Ran kemudian.
“Tidak . . . “
“Cepat pergilah, tuan detektif.”
“Maaf. Aku akan segera kembali,” Shinichi lalu pergi tanpa sempat menyelesaikan kalimatnya.
Sepeninggal Shinichi, Ran termenung sendiri. Ia memikirkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan Shinichi padanya tadi.
Detective Sato dan detective Takagi sudah tiba di tempat kejadian. Mereka memeriksa mayat itu. Seorang presdir perusahaan game berusia 58 tahun, Tatsumi Taiji-san. Mereka berdua berasumsi kalau presdir itu dibunuh dengan motif uang. Seseorang sengaja menunggu keadaan sepi dan kemudian membunuh presdir itu.
“Aku pernah mendengar kasus serupa di gedung ini juga dari inspektur Megure sebelumnya . . . “ gumam detective Sato.
“Maaf, tapi kasus ini tidak memiliki motif karena uang. Jika motifnya adalah uang, dan dia menggunakan senjata . . . pelaku lebih baik membawa orang ini ke tempat yang lebih sepi. Jadi jika itu dilakukan di lift, itu tempat terburuk. Lagipula . . . ada yang aneh dengan pakaian korban. Bukankah kalian berpikir begitu juga?”
“Kudo-kun?!” detective Sato dan Takagi heran tiba-tiba ada Shinichi disana.
“Ran dan aku makan malam disini,” papar Shinichi.
“Bisakah anak SMA kencan di gedung . . . dengan restoran mahal disini?” detective Takagi heran.
“Itu . . . itu alasannya kami memilih disini,” elak Shinichi.
“Papa!” seorang wanita mendekat sambil berteriak. Dia Tatsumi Sakurako, putrid sang presdir. “Kyaaa!”
“Kalian bertiga yang terakhir bertemu dengan korban?” selidik detective Sato.
Ooba-san dan kedua karyawan lain mengiyakan. Setelah itu putri presdir datang.
“Jam berapa waktu itu?” Tanya detective Sato lagi.
“Sekitar 8 lewat 30. Tidak salah lagi,” ucap Tatsumi-san.
“Tapi bagaimana kau tahu? Anda tidak mengenakan jam tangan,” ucap detective Takagi.
“Aku melihat dari jam tangan Ooba-san. Ketika ia memegang antingku,” cerita Tatsumi-san.
Investigasi dilanjutkan. Shinichi curiga bagaimana Tatsumi-san bisa tahu dari jam tangan Ooba-san. Ooba punya jawabannya. Karena jam tangannya adalah model yang dapat berpendar dalam gelap (luminescence clock).
“Bukankah itu aneh, bagaimana ia bisa melihatnya, kalau ia menyentuh anting Tatsumi-san seperti ini?” Shinichi memperagakan cara menyentuh anting sebelah kanan Tatsumi-san dengan tangan kirinya.
“Kau bodoh, kalau kau menyentuh antingnya dari sisi ini, dia bisa melihatnya kan?” Ooba-san memindahkan tangan kiri Shinichi ke anting sebelah kiri Tatsumi-san.
“Ooh, tapi bukankah lebih mudah menyentuh antingnya itu dengan tangan kanan? Atau kau tidak bisa melakukannya dengan tangan kananmu . . . “ pancing Shinichi.
“Kau menuduh kalau di tangan kananku ada senjata, huh?” elak Ooba-san.
“Senjata? Aku tidak pernah mengatakan apapun mengenai hal itu,” Shinichi semakin curiga.
“Hal penting apa yang ingin dikatakan Shinichi? Mungkinkah dia akan mengatakan . . . kalau berat badanku bertambah? Tapi dia tidak perlu mengajak makan malam seperti ini kalau hanya ingin mengatakan hal itu . . . “
Ran yang ditinggal sendirian masih termenung. Ia bahkan menolak menu penutup yang dibawakan pelayan dengan alasan masih menunggu partnernya kembali. Pelayan itu tersenyum. Ran heran.
“Itu seperti kisah legendaries 20 tahun yang lalu. Meja dan kursi yang sama persis pula. Pasanganmu itu pasti tahu tentang cerita itu. Seorang lelaki muda yang meninggalkan pasangannya karena mendengar teriakan. Kemudian kembali setelah menyelesaikan kasus yang terjadi dan kemudian mengatakan sesuatu pada pasangannya. Ia melamarnya, lamaran,” ucap si pelayan sumringah.
“La . . . lamaran?!” Ran kaget.
“Semoga sukses,” ucap pelayan itu lalu beranjak pergi.
“Jangan-jangan Shinichi . . . ah tidak mungkin,” Ran bergumam sendiri.
Shinichi masih mencurigai Ooba-san. Tapi Tatsumi-san mengelak, ia mengatakan kalau tidak mungkin Ooba-san yang melakukannya, karena ia menghabiskan waktu bersama dengan Ooba-san.
Polisi lain masuk, ia melaporkan kalau mereka menemukan senjati api dengan peredamnya dan selongsong peluru kosong di tempat sampah di lantai 38 ini. Shinichi menyimpulkan kalau pelakunya benar Ooba-san. Tapi Ooba-san masih saja mengelak.
“Kalau begitu, periksa saja apa ada bekas bubuk mesiu di bajuku ini,” tantang Ooba-san.
Ooba-san lalu pergi bersama beberapa polisi yang lain untuk memeriksa serbuk mesiu di lengan bajunya. Shinichi mendekati Tatsumi-san.
“Apa kalian berdua berciuman?” tembak Shinichi.
“Eh?” Tatsumi-san kaget, dan merasa Shinichi sudah mengatakan hal yang tidak sopan padanya.
“Mamaku pernah mengatakan, wanita memperbaiki lipstiknya karena dua hal, setelah makan dan berciuman,” cerita Shinichi kemudian. “Dan . . . jadi, bagaimana dia melakukannya?”
“Bagaimana?” Dia meletakkan tangannya seperti ini . . . “ Tatsumi-san memperagakan cara Ooba-san tadi menciumnya. Ia melingkarkan tangan Shinichi ke lehernya.
“Tidak, tidak, tidak ! Kudo-kun!” detective Takagi yang melihatnya heboh sendiri.
“Waktu itu, kau membelakangi lift? Dan kalian melakukannya sembunyi-sembunyi selama ini?” selidik Shinichi.
“Ya, begitulah. Kami juga berjanji bertemu di tempatnya malam ini,” jawab Tatsumi-san.
Tatsumi-san lalu beranjak pergi bersama karyawan yang lain. Tapi Shinichi menahannya.
“Satu pertanyaan lagi, nona. Apa anting yang kau gunakan malam ini juga hadiah dari Ooba-san?” Tanya Shinichi.
“Sayang sekali, kali ini kau keliru. Anting ini baru saja aku beli sebelum datang ke gedung ini, jadi ini bukan hadiah,” elak Tatsumi-san.
Polisi kembali mendapat laporan dari staf perusahaan, kalau Ooba-san sempat melepas jasnya untuk berganti dengan kostum kartun yang diperkenalkan sebagai karakter baru game yang diluncurkan perusahaan itu.
“Direktur Ooba-san berkedip berulang kali.”
“Dia bekerja keras agar kakakter baru itu menjadi terkenal.”
“Tapi dia melakukannya berulang kali, akhirnya jadi membosankan juga.”
Shinichi lalu memeriksa kostum itu. Ia menemukan beberapa hal. Detective Sato mendapat laporan kalau tidak ditemukan bekas bubuk mesiu di jas yang digunakan oleh Ooba-san.
“Ah kalau begitu, modusnya adalah uang. Periksa semua orang yang masuk ataupun keluar dari gedung ini, segera!” perintah detective Sato kemudian.
“Tidak . . . itu tidak perlu. Pelakunya sudah di tangan kita. Jadi bisakah kita sekarang menunjukkan kebenarannya?” pinta Shinichi.
Ooba-san masih saja mengelak tuduhan yang dilontarkan. Begitu pula Tatsumi-san yang memberikan pengakuan kalau ia bersama Ooba-san terus menerus, jadi tidak mungkin ia pelakunya.
“Aku tidak meragukan kalau kau terus bersama dengan Ooba-san. Kejadian yang sesungguhnya . . . ada di depanmu.” Shinichi memperagakan saat Tatsumi-san hendak dicium oleh Ooba-san. “Waktu itu . . . ketika kau, Tatsumi-san, menutup mata dan berada di depan elevator untuk berciuman dengan Ooba-san. Seperti ini, melingkari kepalamu dengan tangan kirinya dan menutup telingamu . . . dia menciummu sambil menekan tombol lift . . . waktu ketika pintu lift terbuka . . .  ayahmu ditembak dengan senjata berperedam.”
“Meskipun menggunakan senjat berperedam, tapi dalam jarak sedekat ini, bukankah seharusnya dia menyadarinya?” elak detective Sato.
“Keadaan waktu itu, tepat ketika pesta dimulai. Sehingga jika dikombinasikan dengan caranya menutup telinga Tatsumi-san, maka Tatsumi-san tidak akan menyadarinya,” jelas Shinichi.
“Ada yang aneh dari kesimpulanmu,” elak Ooba-san. “Kenapa presdir masih ada di lift, padahal dia telah berniat untuk pulang. Tidak mungkin kan ia sengaja berada di dalam lift hanya untuk ditembak olehku.”
“Tentu saja. Presdir memang tidak berniat pulang. Karena dia berencana untuk membuat kejutan dengan muncul kembali dari kostum kartun yang akan diperkenalkan dalam pesta itu. Dan mungkin saja, kaulah yang mengusulkan hal itu pada presdir. Jadi alasan kenapa pakaian korban aneh, adalah karena ia bersiap untuk melepas jasnya dan berganti kostum kartun itu. Dan lagi pula, lift ini adalah lift khusus milik perusahaan game, jadi Ooba-san sudah memperkirakan kalau tidak akan ada yang menggunakan lift ini,” papar Shinichi.
“Hei, bukankah sudah dibuktikan kalau dari pakaianku, tidak ada jejak serbuk mesiu, huh?” Ooba-san masih saja mengelak.
“Bukankah kau berkedip ketika kau menggunakan kostum kartun itu? staf perusahaan yang mengatakan padaku. Kau berkedip bukan dalam rangka menjadi populer, tapi untuk menyembunyikan sesuatu di dalam kostum ini,” Shinichi mengeluarkan plastic berisi beberapa kantong sekaligus dan sarung tangan. “Kantong plastic dan sarung tangan ini kau gunakan untuk melindungi lenganmu dari serbuk mesiu.”
“Kalau dia melakukan itu, bukankah Tatsumi-san pasti akan menyadarinya?” protes detective Sato lagi.
“Kalau keadaannya begini . . . (seorang staf mematikan lampu). Maka Tatsumi-san tidak akan menyadari apa yang dilakukan oleh Ooba-san. Setelah memberikan hadiah untuk Tatsumi-san, tanpa berpisah darinya, kau membuang senjata berperedam itu di tempat sampah yang ada di dekat toilet.”
“Dan lagi, pasti terbukti ada bekas sidik jarimu di kantong itu,” lanjut Shinichi.
Ooba-san tersenyum, “Kalau begitu aku beruntung, karena tidak hanya aku yang memegang kantong itu. Tapi juga staf lain disana,” Ooba-san menolah ke arah seorang staf.
“Benar. Aku juga memegangnya. Karena direktur Ooba-san mengatakan itu bagian penting dari kostum,” ucap staf tadi.
“Keimpulanku, ada orang yang memang iri padaku dan sengaja melakukan semua ini untuk menjebakku,” elak Ooba-san lagi. “Jadi detektif, berhentilah mengatakan hal tidak masuk akal seperti itu. Bukankah tiap tuduhanmu, pasti bisa aku jawab dengan logis, huh?”
“Mutiara pink . . . bukankah kau mengatakan kalau hadiah kalung mutiara pink itu akan cocok dengan anting yang digunakan oleh Tatsumi-san. Bagaimana kau bisa mengatakan hal itu?” Tanya Shinichi.
“Bodoh. Dengan hanya melihatnya tentu saja . . . “ucapan Ooba-san terputus ketika melihat ke arah anting yang dikenakan Tatsumi-san.
“Anting itu baru saja dibeli Tatsumi-san sebelum datang ke gedung ini. Jadi ini pertama kalinya kau melihatnya. Di tempat yang nyaris gelap seperti ini . . . anting yang dikenakannya hanyalah sebuah bola hitam. Dan tidak mungkin mengetahuinya kalau itu adalah pink, kecuali . . . cahaya datang dari lift yang terbuka dan kau bisa melihat warna aslinya. Bagaimana kau menjelaskan hal ini, Ooba-san? Untuk alasan apa kau membuka pintu lift ini?” Shinichi membuka pintu lift.
“Kenapa aku membuka pintu lift? Ada jawaban sederhana untuk hal itu. Aku berjanji untuk membalaskan dendam ayahnya pada Tatsumi-san. 20 tahun yang lalu, Tatsumi-san mendekati ayahku yang merupakan pemilik perusahaan game. Dia menawarkan merger yang ternyata adalah pengambilalihan. Ayahnya menjadi wakil presdir yang hanya status saja. Karena itu, ia bunuh diri dan membuatnya seolah dilakukan oleh Tatsumi-san. Tapi . . . seorang lelaki muda dengan kemampuan mengesankan seperti mala mini . . . yang menghancurkan semuanya,” cerita Ooba-san kemudian.
“Ooba-san, bukankah selama ini papa sangat baik padamu?” protes Tatsumi-san.
“Ya, dia baik padaku karena merasa berhutang pada ayahku. Tapi sepertinya, aku tidak akan mengalami akhir yang sama dengan ayahku,” Ooba-san mengakhiri ceritanya dan menyerahkan diri pada polisi.
“Oh, aku ingat!” seru detective Sato kemudian. “Kasus 20 tahun yang lalu, yang pernah diceritakan oleh inspektur Megure padaku, itu . . . Kudo Yusaku. Akhir yang menyedihkan ya, diselesaikan oleh dua generasi, Kudo Yusaku dan Kudo Shinichi. Benar kan Shinichi?”
Detective Sato melihat sekeliling mencari Shinichi, tapi Shinichi sudah tidak ada disana.
Shinichi kembali menemui Ran,” Maaf . . . tadi perlu waktu lama.”
“Ya.”
“Oya, Ran. Aku . . . kamu . . . “ ucapan Shinichi terputus.
Tiba-tiba lampu di restoran itu padam. Dan seorang pelayan mendekat, “Maaf, restoran akan tutup.”
“Ah, maaf. Kami akan segera pergi,” ucap Shinichi kemudian.
Rencana Shinichi gagal. Dan makan malam yang direncanakan juga tidak berhasil sama sekali. Shinichi menelan kekecewaan dalam, dan Ran . . . masih bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya ingin dikatakan Shinichi padanya. (hihihi . . . kasian Shinichi, rencanya gagal)
Kembali ke ruangan putih. Shinichi memasukkan password di panel sentuh itu, elevator. Dan pintu ruangan sebelah terbuka.
“Ran!”
“Tunggu! Jangan mendekat!” larang Ran.
Shinichi heran dengan sikap Ran yang berubah dingin itu. Ada apa sebenarnya dengan Ran?
Preview episode selanjutnya . . .
“Ancaman bom dan Permintaan pembunuhan”
“Konflik alibi antara ketiga orang tersangka”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar