Rabu, 12 Februari 2014

SINOPSIS Detective Conan: Kudo Shinichi e no Chousenjou (Detective Conan TV series 2011) episode 7

– Kenyataan Kelam Dibalik Perebutan Harta Warisan Perempuan Cantik Bersaudara – 
Episode sebelumnya,
Ran dan Shinichi yang telah berpisah dengan Kogoro masih terjebak di ruangan serba putih. Kali ini mereka berdua terjebak di ruangan dengan sebuah balon warna merah semakin membesar dan memenuhi ruangan. Sebuah tanggal muncul, membawa Ran dan Shinichi pada sebuah kasus.
Di sebuah tempat persembahyangan tampak sebuah foto dari pemilik restoran ramen terkenal. Rupanya ia sudah meninggal. Saat pendeta membacakan doa-doa, dua orang wanita cantik tiba-tiba berkelahi. Mereka adalah Noguchi Miki dan Noguchi Yuri, kakak beradik dari si pemilik restoran, Keluarga Noguchi. Keduanya saling menyalahkan dan tidak mau kalah. Merasa menjadi putri yang paling disayangi dalam keluarga Noguchi, demi suatu hal . . . warisan.
Di tempat lain, Ran dan Shinichi rupanya sedang makan siang di sebuah restoran. Di televisi tampak peristiwa yang terjadi di tempat persembahyangan tadi.
“Kenapa Sonoko ada di tempat seperti itu?” Tanya Shinichi melihat Sonoko tampak di televisi di tengah para pelayat keluarga Noguchi.

“Keluarga Suzuki dan Noguchi adalah teman dekat. Sonoko datang pasti untuk menggantikan orang tuanya,” komentar Ran masih asyik dengan ramennya.
“Semua orang kaya saling berhubungan ya,” komentar Shinichi sambil mengambil makanan di mangkok Ran.
“Hei . . . itu aku sisakan untuk terakhir,” Ran tidak terima dengan ulah Shinichi. “Pembalasan . . . “ kali ini Ran yang mengambil makanan di mangkuk Shinichi.
“Hei, itu aku sisakan untuk yang terakhir,” kali ini Shinichi yang merasa sebal pada Ran.
Ponsel Ran tiba-tiba berbunyi. Ran mendapat kabar kalau Sonoko diculik. Ran dan Shinichi langsung menuju tempat keluarga Noguchi.
Di sebuah ruangan yang remang-remang, Sonoko yang sudah sadar dari pingsannya menyadari kalau tangannya diikat dan mulutnya disumpal kain. Ia melihat ke ruangan sebelah, disana ada Noguchi Yuri, orang yang tadi bersama Sonoko juga diculik. Yuri diikat di kursi dan mulutnya juga disumpal kain. Sonoko berusaha memanggil Yuri, tapi tidak berhasil.
Tidak lama sesudahnya lampu mati, sehingga ruangan itu gelap total. Terdengar suara langkah kaki seseorang, menyusul sesudahnya suara orang dipukul dan kursi yang dihempaskan. Tidak lama sesudahnya, langkah kaki itu menjauh. Lampu remang-remang kembali menyala. Sonoko kaget melihat Yuri yang ada di ruangan sebelah roboh dan kembali tidak sadarkan diri.
Ran, Shinichi, detective Sato dan Detective Takagi berkumpul di ruangan kerja milik keluarga Noguchi. Disana juga ada Noguchi Miki, yang mengatakan kalau ia mendapat telepon penculikan saudaranya, Yuri dan kawannya Sonoko. Ran mencoba menghubungi ponsel Sonoko, tapi tidak berhasil.
“Bukankah ini aneh, kenapa penculik itu hanya meminta tebusan pada keluarga Noguchi, padahal keluarga Suzuki juga tidak kalah kaya,” komentar Ran.
“Mungkin . . . mereka tidak tahu kalau Sonoko adalah putri keluarga Suzuki, atau . . . sasarannya memang hanya keluarga Noguchi,” Shinichi terdiam sendiri berpikir.
Tidak lama sesudahnya, Miki kembali mendapat telepon dari si penculik. Dia meminta tebusan berupa berlian milik keluarga Noguchi dan menyuruhnya mengikatkannya di balon yang berada di atas gedung milik keluarga Noguchi. Dengan bantuan pelayannya, Miki memasukkan berlian milik keluarga Noguchi dalam sebuah koper.
“Sepuluh menit lagi jam tiga, ayo,” Shinichi mengingatkan.
Segera Miki menyelesaikan memasukkan berlian itu dalam koper. Dengan detective Takagi, Detective Sato dan pelayan keluarga Noguchi di depan, Miki membawa koper berisi berlian itu. sementara Shinichi dan Ran berada di belakang. Di lorong menuju lantai atap, Miki sempat terjatuh, akhirnya detective Sato yang menggantikannya membawa koper berisi berlian itu.
Sampai di atap, pelayan keluarga Noguchi membantu Miki mengikatkan koper itu pada balon di atas gedung. Tidak lama sesudahnya, mereka samua bersembunyi untuk melihat apa yang akan dilakukan si penculik. Ran yang membawa teropong melihat sekeliling, tidak tampak apapun yang mencurigakan.
“Apa penculik itu akan datang dengan helicopter?” gumam Ran lebih pada diri sendiri.
Shinichi juga mengamati keadaan sekitar. Sesekali ia melirik jam di tangan kanannya. Waktu terus berjalan, tapi tidak ada tanda-tanda penculik itu datang.
“Sudah jam 3 tepat, bagaimana?” Tanya Shinihi lewat mini mic di bajunya.
“Tunggu sebentar lagi,” kali ini Miki yang menjawab pertanyaan itu.
Mereka akhirnya menunggu lagi, tapi tidak ada tanda-tanda si penculik. Waktu terus berjalan. Jam 4, akhirnya balon itu diturunkan. Miki membuka koper itu dan ternyata . . .
. . . semua berlian dalam koper itu lenyap, tanpa pernah disentuh. Shinchi melihat ada sebuah kertas yang diselipkan di sisi koper. Ia mengambilnya.
Aku sudah mengambil berliannya. Sesuai perjanjian, sandera akan dikembalikan. Datanglah ke bangku di taman Beika.
Sesuai petunjuk di kertas itu, bergegas mereka menuju taman Beika. Mereka berpencar mencari bangku seperti yang ditunjukan oleh kertas itu. setelah berkeliling, mereka menemukan sebuah bangku dengan balon berwarna merah di dekatnya. Shinichi mengambil kertas yang ada di tali pengikat balon itu.
Datanglah ke ruang bawah tanah.
“Ruang bawah tanah?” Shinichi bergumam sambil berpaling ke arah pelayan keluarga Noguchi.
“Ada di bewah gedung tadi,” jawabnya mengerti arah pandangan Shinichi.
Mereka pun bergegas kembali ke gedung milik keluarga Noguchi.
Sampai di ruang bawah tanah,
Dengan kunci cadangan, mereka berhasil masuk. Mereka menemukan Sonoko yang masih terikat di kursi.
“Sonoko, kau tidak apa-apa?” Ran mendekat dan berusaha membantu melepas ikatan Sonoko.
“Dimana nona Yuri?” kali ini pelayan keluarga Noguchi yang bertanya.
Tanpa menjawab, Sonoko memalingkan wajahnya ke arah lain ruang itu. tampak Yuri yang pingsan masih terikat di kursi. Buru-buru pelayan keluarga Noguchi itu menolong melepaskan ikatan Yuri.
“Anda tidak apa-apa nona Yuri?” yang dijawab dengan anggukan oleh Yuri.
Tiba-tiba detective Takagi masuk, “Gawat, nona Miki ditemukan meninggal di atap.”
Mereka semua lalu buru-buru keluar dan naik ke atap. Shinichi memeriksa nadi di leher Miki, dan menyimpulkan kalau ia memang sudah meninggal. Ada bekas dicekik tampak jelas di leher Miki.
“Penculik itu sudah mendapatkan berliannya, lalu untuk apa dia membunuh Miki?” Shinichi membatin. Ia melihat sekeliling, tampak mutiara yang berasal dari kalung milik Miki bertebaran karena tali pengikatnya putus.
Setelah memindahkan mayat Miki, mereka semua berkumpul di ruangan kerja milik keluarga Noguchi. Sonoko dan Yuri tampak masih syok karena kejadian ini.
“Kami keluar bersama dari tempat persembahyangan,” Sonoko memulai ceritanya. “Tapi kami sempat kembali karena Yuri-oneesama akan mengambil sesuatu. Tidak lama aku mendengar suara teriakan, jadi aku kembali untuk mencari Yuri-oneesama. Aku melihat Yuri-oneesama tergeletak pingsan, dan tidak lama kemudian seseorang juga menyekapku dengan sapu tangan yang mengandung obat tidur.”
Yuri mengiyakan cerita Sonoko. “Iya, aku kembali bersama Sonoko. Dan ketika sadar, aku sudah ada di ruangan tadi. Aku melihat Sonoko berusaha memanggilku, tidak lama sesudahnya datang seseorang yang kembali membuatku pingsan. Aku tidak ingat apa-apa lagi sampai kalian menolong kami berdua tadi.”
“Apa lampu di ruangan tadi padam sekali saja atau . . . ,” kali ini Shinichi angkat bicara.
“Tidak, lampu sempat padam dua kali. Pertama kali waktu Yuri dibuat pingsan lagi dan kedua sesaat sebelum kalian datang menolong,” elak Sonoko.
Shinichi tersenyum. “Hanya ada satu kebenaran,” ungkapnya kemudian.
“Kau menemukan sesuatu Shinichi?” Tanya Ran.
Shinichi mulai penjelasannya. “Tidak mungkin membuat berlian senilai 10 milyar menghilang begitu saja di angkasa. Ini seperti sudah direncanakan, sebelum berlian itu dibawa untuk digantung di angkasa, berlian itu . . . ditukar.”
“Ditukar?!” semua orang tidak percaya. “Kapan? Oleh siapa? Dimana?” kali ini detective Sato yang angkat bicara. “Bukankah kita semua bersama-sama ketika membawa koper itu ke atap?”
Shinichi tidak menjawab pertanyaan detective Sato. Ia mengajak semua orang yang ada untuk kembali mensimulasikan perjalanan ketika mereka bersama Miki membawa koper itu ke atap.
“Aku akan berperan sebagai Miki-san. Pelayan keluarga Noguchi dan detective Sato di depan, sementara Detective Takagi, Sonoko, Yuri-san dan Ran di belakang. Siap, mulai.”
Mereka semua mengikuti aba-aba Shinichi. “Stop!” tiba-tiba Shincihi berhenti. “Detective Sato, apa anda bisa melihatku dari sana?”
“Tidak.”
“Ran, bagaimana denganmu?”
“Aku tidak bisa melihatmu, Shinichi.”
“Hanya sebentar, tapi Miki-san berada di posisi buta disini. Jika ada pertukaran, maka disinilah tempatnya,” Shinichi mengamati sekeliling. Ia kemudian melihat sebuah kotak menempel di dinding dengan pintu kecil di sampingnya. “Ini dia.”
“Huh? Dimana?”
“Miki-san . . . menggunakan ini,” ucap Shinichi sambil membuka pintu kecil di sisi kotak itu. “Sebelumnya dia meletakkan koper pengganti disini. Dan kemudian dia meletakkan koper yang sesungguhnya . . . “
“Shinichi . . . apa kau bilang kalau Miki-san yang menukar koper itu?” Ran heran dengan penjelasan Shinichi.
“Ya. Tadi, Miki-san berpura-pura jatuh setelah menukar koper berisi berlian itu.” flash back pada saat tadi mereka semua berjalan menuju atap sambil membawa koper berisi berlian.
“Tunggu! Tapi tadi saat aku membawa koper itu . . . jika itu ditukar dengan koper kosong . . . itu pasti lebih ringan. Tapi sepertinya massa koper itu tetap seperti koper berisi berlian senilai 10 milyar . . . “ detective Sato memotong penjelasan Shinichi.
“Tentu saja, di koper pengganti itu ada sesuatu yang bisa menghilang dengan cepat.”
“Sesuatu yang dapat menghilang?” detective Sato heran.
“Seperti . . . es kering—dry ice—. Silahkah ingat kembali apa yang terjadi di atap.”
Flash back. Setelah koper dinaikkan, dan jam menunjukkan pukul tiga, tidak terjadi apa-apa. Tapi Miki-san meminta menunggu sebentar lagi. Sebenarnya ia ingin memberi waktu agar es kering dalam koper itu menguap dulu.
“Tapi kenapa Miki melakukan hal itu?” Tanya Yuri.
“Karena dia pelakunya,” ujar Shinichi.
“Pelakunya?!” Yuri semakin tidak percaya.
“Penculikan ini direncanakan oleh Miki-san. Tapi, Miki-san kemudian dibunuh oleh pelaku yang lain,” papar Shinichi lagi.
“Kau bilang dia memiliki kaki tangan?!”
“JIka benar . . . bukankah koper dengan berlian senilai 10 milyar itu masih ada disini?”
“Tidak. Berlian itu sudah diambil oleh kaki tangannya. Satu-satunya orang yang bisa melakukan itu . . . hanya dia.”
“Siapa dia?” Tanya Yuri.
“Ayo kembali ke ruang bawah tanah tempat kalian disekap tadi,” ajak Shinichi.
Shinichi mengajak mereka semua kembali ke ruang bawah tanah.
“Pelakunya . . . kau, Noguchi Yuri-san,” ucap Shinichi percaya diri.
“Aku?”
“Ini karena kalian berdua tidak ingin satu orangpun tahu kalau kalian bekerja sama untuk mendapatkan berlian keluarga Noguchi . . . karena itu kalian merancang perselisihan dan penculikan ini, iya kan?”
“Apa yang kau katakana. Itu tidak mungkin. Aku diikat disini selama peristiwa tadi. Sonoko-chan saksinya. Iya kan Sonoko-chan?” elak Yuri.
“Iya . . . ,“ Sonoko mengiyakan tapi jawabannya menggantung.
“Bagaimana bisa aku mengambil berlian itu dan membunuh Miki?” Yuri melanjutkan kalimatnya.
“Ada pertukaran juga yang terjadi di ruangan ini.”
“Pertukaran?”
“Anda menggunakan Sonoko untuk membuat alibi.”
“Apa maksudmu?” Yuri tidak mengerti dengan ucapan Shinichi. “Aku tidak mengerti dengan maksud perkataanmu itu.”
“Apa yang Sonoko lihat bukanlah Yuri-san. Itu manekuin (boneka menyerupai manusia, biasa digunakan untuk memajang pakaian di toko atau wardrobe).”
“Manekuin?”
“Lampi di ruangan ini padam dua kali. Pertama saat Yuri-san mengganti dirinya dengan manekuin. Waktu itu kita semua berada di atap. Sehingga Yuri-san bisa keluar dari ruangan ini dan mengambil berlian itu. Saat itu . . . rencana anda dan Miki-san adalah membuat kami semua percaya dengan penculikan yang menimpa anda. Tapi kemudian anda datang ke atap . . . flash back Yuri naik ke atap kemudian bertengkar dengan Miki, hingga akhirnya membunuh Miki. Dan ketika lampu padam untuk kedua kalinya . . . waktu itu anda mengganti manekuin dengan anda sendiri. Anda menggunakan catatan yang menjadi petunjuk di taman Beika  . . . sehingga anda bisa kembali ke ruang bawah tanah ini tepat waktu. Lampu dioperasikan dengan remote control . . .
“Kudo-san . . . semua yang kau katakan tampak palsu. Dan jika memang iya, apa kau punya buktinya?” kali ini Yuri menangtang Shinichi.
“Kamoshita-san, sang pelayan yang membawa bukti itu,” ucap Shinichi.
Kamoshita lalu mengeluarkan sebutir mutiara dari sakunya. “Aku ingin melindungi keluarga Noguchi hingga akhir,” ucap Kamoshita kemudian.
Mutiara itu ternyata berasal dari mutiara milik Miki yang terlepas di atap. Shinichi tahu karena sempat melihat Kamoshita mengambil sesuatu yang terjatuh ketika menolong Yuri saat menemukan Yuri dan Sonoko yang disekap di ruang bawah tanah tadi.
“Mutiara tadi tidak sengaja masuk ke lipatan celana panjangmu saat membunuh Miki-san di atap tadi. Dan jatuh kembali di ruangan ini.”
Yuri tidak bisa mengelak lagi, “Seperti rumor yang aku dengar selama ini, detective besar. Itu benar . . . aku yang membunuh Miki. Tapi orang yang merencanakan penculikan ini adalah Miki. Daripada mendapatkan warisan dari ayah yang harus dipotong pajak warisan . . . lebih baik mendapatkannya dengan membuatnya seolah terjadi penculikan . . . dengan pelaku yang menginginkan berlian senilai 10 milyar itu.”
Shinichi lalu melihat sekeliling. Ia melihat sebuah kotak di dinding dengan plester yang tampak baru saja dibuka. Shinichi lalu membuka kotak itu. dan . . . terjatuhlah bukti dari semua peristiwa ini. Sebuah manekuin dan . . . berlian senilai 10 milyar. Bukti yang tidak terbantahkan lagi.
Kembali ke ruangan serba putih
“Berlian” Shinichi mengetikkan kata itu di panel touch screen yang ada.
“Shinichi? Tidak ada yang berubah . . . ,” Ran mulai kehabisan napas disebelahnya.
Akhirnya balon berwarna merah itu berangsur mengecil, dan kemudian meletus. Sebuah pintu di seberang ruangan terbuka.
“Ini masih jauh dari selesai,” gumam Shinichi sambil menggandeng tangan Ran menyeberang ruangan itu.
Sampai di ruangan lain, “Kyaaa!” Ran berjengit kaget.
“Ini . . . arus listrik,” komentar Shinichi sambil berjongkok ke lantai dan memeriksa lantai ruangan itu. “Ow!”
Preview episode selanjutnya . . .
Ran dan Shinichi sedang naik bis bersama sepulang sekolah. Tiba-tiba ada laki-laki bertampang rames—rai mesum­­—mendekati Ran dan . . . meremas p****t Ran.
“Apakah si pengganggu pelaku pembunuhan?!”
“Misteri berhentinya alat bantu pernafasan.”
Picture and written by Kelana
Posting at www.elang-kelana.blogspot.com

SINOPSIS Detective Conan: Kudo Shinichi e no Chousenjou (Detective Conan TV series 2011) episode 6

– Permainan Pembunuhan pada Gadis Cabaret-club No. 1 – 
Ran terkena racun. Untuk mendapatkan penawarnya, dibutuhkan sebuah keyword, dan waktu yang tersisa . . . empat puluh detik.
10 Juni 2010
Kasus pembunuhan yang terjadi di sebuah klub cabaret. Shinichi dan Ran bersama detective Tagaki melakukan penyamaran untuk menyelidiki sesuatu.
Tampak Kogoro tengah bersama dengan seorang hostess cantik. Ia dengan mupeng-nya menatap ke kursi sebelah tempat hostess favorit di cabaret itu, Kummi-chan tengah berada dengan seorang pelanggan lain.
Sementara itu, di kursi lain tampak tiga orang tengah memandang ke arah kursi tempat Kogoro berada dengan geram.
“Kau yang terburuk, ayah . . . “ ucap seseorang dengan kaos dan rambut kriting.
“Lihat . . . tidakkah itu bukti nyata ayahmu adalah penipu ulung . . . jadi, kenapa kita masih disini untuk mengikutinya?” Tanya yang lain tidak sabar.
“Ini . . . ini misi khusus yang ditugaskan ibu pada kita.”
“Bodoh! Kita disini hanya untuk memastikan kejahatannya.”
“JIka kau bicara seperti itu, aku tidak bisa jadi polisi lagi,” ucap yang lain yang ternyata adalah detective Takagi.
“Maaf, detective Takagi. Tanpamu, kami masih dibawah 18 tahun yang tidak bisa masuk ke tempat seperti ini,” ucap seseorang dengan jas.
“Jadi jangan libatkan aku dengan apapun. Jika Sato-san melihatku di tempat seperti ini . . . “ tiba-tiba seorang hostes bernama Kazuyo datang.
Kazuyo lalu duduk menemani detective Takagi. Sementara itu dua orang yang lain buru-buru menyingkir dan berbalik. Ups . . . kumis palsunya copot. Ternyata kedua orang itu adalah Kudou Shinichi dan Mouri Ran yang tengah memata-matai Kogoro yang tengah asyik berkencan.
MC cabaret itu mengumumkan sebuah permainan. Dimana berderet disana 20 orang hostes cantik. Dua orang yang beruntung ikut permainan itu adalah Kogoro dan seorang pelanggan lain, Mine Masahito.
Aturan permainannya, kedua penantang memilih hostes satu hingga tiga, dengan hadiah ciuman dari para hostes itu. Dan sebagai puncaknya, orang terakhir yang mencapai nomer 20 akan mendapatkan hostes tercantik/hostes no.1 di cabaret itu, Kumi-chan.
“Um . . . bagaimana kita memilih siapa yang berjalan duluan? Aku tidak mempedulikannya,” ucap Mine-san pada Kogoro.
“Kau bisa jalan duluan,” ucap Kogoro dengan sombongnya.
Mine-san ternyata hanya memilih satu hostes. Ia mendapat ciuman dari hostes itu dan segelas red wine yang dituangkan dalam gelas besar yang dibawanya. Kogoro menganggap itu perbuatan bodoh (Cuma memilih satu saja), lalu secara langsung memilih tiga orang hostes. Kogoro sangat senang mendapat ciuman dari para hostes.
Satu per satu para hostes dipilih. Ran, Shinichi dan detective Takagi hanya melihatnya dari jauh.
“Ah . . . aku tidak mau melihatnya lagi!” keluh Ran kesal melihat kelakuan ayahnya itu. Ia lalu menutupkan wig kritingnya ke wajahnya.
“Sepertinya paman benar-benar bersenang-senang,” komentar Shinichi.
“Aku iri padanya . . . “ detective Takagi menambahi.
Ran melirik dengan marah ke arah keduanya. Dan . . . dugh!
“Aww!” Shinichi dan detective Takagi kesakitan karena pukulan Ran.
Permainan terus berlanjut. Akhirnya Mine-san tiba pada hostes yang berdiri di urutan 16, Kyoko-san. Ia hanya memilih satu saja. Jika hostes lainnya hanya memberikan ciuman di pipi, maka Kyoko mencium tepat di bibir Mine-san. Ia ingin membuat Kumi-chan yang selama ini memonopoli Mine-san jelous, dan berhasil . . .
Kogoro memilih hostes ke 17, 18 dan 19. Ia bingung karena tidak mendapatkan Kumi. Ia mengulangi hitungan dan tetap saja ia tidak mendapatkan Kumi. Kogoro kesal. Mine-san mendekat kea rah Kumi-chan. Dan tidak lama Kumi-chan mengambil gelas wine yang dibawa Mine-san lalu langsung menghabiskan isinya. Selesai minum, Kumi tersenyum dan mendekat ke arah Mine-san hendak menciumnya, tapi . . . Kumi keburu ambruk.
Seisi cabaret kaget. Shinichi buru-buru mendekat. Shinichi mengecek Kumi-chan. Mengetahui kalau Kumi-chan meninggal, Shinichi menyuruh detective Takagi untuk segera menghubungi polisi dan melarang semua orang yang ada agar tidak keluar dari cabaret itu.
“Hei, bocah detective? Apa yang kau lakukan disini?” Kogoro kaget melihat Shinichi ada di cabaret juga.
Tapi Shinichi sepertinya tidak mempedulikan pertanyaan dan keheranan Kogoro. Dia sudah mulai asyik dengan kasus di depannya itu.
Detective Sato datang bersama tim forensic. Mereka menemukan racun terdapat pada wine yang dimunum Kumi. Kogoro protes, karena ia meminum wine itu juga. Tapi Shinichi meyakinkan kalau mungkin saja racun itu memang sengaja disiapkan hanya untuk membunuh Kumi.
Racun ditemukan di decanter—gelas anggur—nomer 16. Investigasi dimulai. Saksi sekaligus tersangka pertama yang diinterogasi adalah Kyoko. Kogoro menuduh Kyoko-lah yang membunuh Kumi karena iri pada Kumi. Lagipula Kyoko juga membenci Kumi.
“Aku bilang bukan aku yang membunuh Kumi. Lagipula bukan aku saja yang membenci wanita jalang itu. Hampir seisi cabaret juga membencinya. Meski aku bilang ingin membunuhnya, aku tidak mungkin membunuhnya,” elak Kyoko.
Shinichi memotong interogasi Kogoro. Ia mengajak Kyoko mengingat urutan berdiri di permainan tadi. Dan seperti dugaan Shinichi, Kyoko berdiri di posisi 16. Dan siapapun yang memilih nomer 16, dia pasti akan mendapatkan nomer 20, atau dengan kata lain orang yang melakukannya adalah orang yang ahli dalam matematika. Ketika ditanya siapa yang memberikan decanter padanya, Kyoko tidak dapat mengingatnya.
“Penjahat itu . . . adalah kau,” tuduh Kogoro pada Mine-san, karena mengetahui Mine-san adalah seorang yang ahli matematika.
“Aku penjahatnya karena aku ahli matematika? Ini tidak logis!” protes Mine-san. “Pikirkan, aku menyukainya, jadi bagaimana mungkin aku membunuhnya?”
“Jika kau menyukainya, mungkinkah dia juga memiliki perasaan yang sama denganmu? Bagi Kumi-chan, mungkin kau hanya pelanggan baik yang membayarnya . . .” ucap Kogoro tapi buru-buru dipotong oleh Mine-san.
“Ini benar-benar tidak benar! Only reason makes us human—hanya alasan membuat kita manusiawi—“ ucap Mine-san mulai marah. “Maaf, atas apa yang aku lakukan,” sesal Mine-san.
Doubt is the beginning of knowledge—ragu-ragu adalah awal dari pengetahuan, itu lanjutan kutipannya kan?” Tanya Shinichi yang kemudian duduk di sebelah Mine-san.
“Kau . . . dan apa yang ingin kau tanyakan?” rupanya Mine-san sudah menyadari siapa orang yang ada di sebelahnya itu.
“Mine-san, kau tahu peraturan permainan itu kan?”Tanya Shinichi.
“Ya, tentu saja. Jika diubah dalam formula matematis maka menjadi n=4-r. n adalah jumlah yang kau ambil dan r adalah jumlah yang diambil oleh yang lain. Tapi, berlawanan bagi orang yang tahu peraturannya, jika kau jadi pemain kedua . . . kau tidak akan menang.
“Kalau begitu . . . dengan kata lain tiap orang bisa memilih antara 1 hingga 3. Kemudian, jika kau tidak berada sebagai pemain kedua . . . kau dapat mengambil jumlah yang membuatmu mendapatkan kelipatan empat . . . “ simpul detective Sato.
Mine-san masih tetap mengelak tuduhan Kogoro. Ia berdalih, jika mengetahui strateginya, siapapun bisa menang dalam permainan itu, tidak harus seorang ahli matematika sekalipun.
Ran melihat sekeliling. Ia memperhatikan kalau meski ada hostes yang meninggal, hostes lain tidak tampak sedih. Mereka asyik dengan kegiatan masing-masing. Belum lagi salah satu hostes yang benci pada Kumi-chan mencoba menurunkan foto Kumi yang terpasang di dinding, sementara detective Sato berebut dengannya karena itu adalah barang bukti.
“Kenapa laki-laki suka ke tempat seperti ini?” keluh Ran.
“Kenapa seperti itu?!” ucap Kogoro.
“Hei, ayah, kenapa seperti ini?” Ran mengembalikan pertanyaan ayahnya dengan muka menyelidik.
Sementara Kogoro yang speechless mengalihkan pembicaraan pada hal lain. “Oi, oi, lebih bertanggungjawablah,” ucapnya mengomentari seorang hostes yang masih berebut foto Kumi yang dijadikan bukti oleh detective Sato.
Dan, plak!!! Kogoro tidak sengaja kena pukul (hahaha . . .)
Kogoro lalu beranjak pergi. Tidak sengaja, ia melihat seseorang berjalan dalam gelap. Menyadari ada seseuatu, Kogoro mengikuti orang itu. ternyata dia salah seorang hostes yang sedang menyelinap ke ruang ganti. Kogoro curiga dengan apa yang dilakukan hostes itu. Ia menuduh hostes itu menyembunyikan sesuatu.
“Bukti ini tidak boleh dipindahkan,” gertak Kogoro.
Hostes itu ketakukan. Ia lalu mengeluarkan sebuah kotak yang tadi disembunyikannya.
“Kucing?” Kogoro heran.
“Ada sesuatu yang tidak biasa padanya, jadi aku datang untuk melihatnya. Tolong, jangan katakan pada siapapun.
Kogoro melihat ke arah kucing itu, dan . . . miaw! Kogoro kena cakar.
Hostes itu lalu membantu mengobati luka di wajah Kogoro. “Tuan, bukankah kau detective?”
“Detective besar. Itu masalah jika aku lupa namaku,” ucap Kogoro sambil meringis menahan sakit.
“Um . . . sepertinya aku tahu siapa penjahatnya,” lanjut hostes itu.
“Huh?!”
Ran sedang duduk sendirian memandang ke kaca.
“Anak lelaki SMA itu . . . kau memanggilnya Kudo-ku, benar?” seseorang tiba-tiba muncul di belakang Ran. Dia adalah Kazuyo.
“Eh? Ah ya. Kudo Shinichi,” Ran kaget.
“Mungkinkah . . . kau menyukainya?” Tanya Kazuyo lagi.
“Huh?!”
“Apakah itu memalukan?
“Ini bukan seperti rasa suka. Dia hanya detective menyebalkan,” kilah Ran.
“Benarkah? Dalam hal ini, tidak apa-apa, tapi . . . Irresolution causes the greatest harm—kaeragu-raguan menimbulkan kerugian terbesar—itu menurut mereka,” ucap Kazuyo kemudian.
“Eh, Irresolution?”
“Ketika kau bimbang dan tidak dapat mengubah pemikiranmu.”
“Ah . . .” Ran mencoba mengerti penjelasan Kazuyo. “Itu arti Irresolution, huh?”
“Saat itu berubah menjadi cinta  . . . aku khawatir saat akhirnya kau tidak bisa mengatakan apa yang seharusnya dikatakan . . . dan saat kau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan menyesalinya semua?”
Ran termenung mendengar penjelasan Kazuyo.
Kogoro yang telah kembali, masih tetap menuduh Mine-san sebagi pelaku pembunuhan Kumi-chan. Kogoro lalu menjelaskan kalau Kazuyo yang dinominasikan sebagai pengganti terkuat Kumi pernah dikalahkan oleh Kumi dalam permainan sebulan yang lalu.
Flash back
Mine-san sedang berdua bersama Kumi-chan. Kazuyo datang dan membuat mereka melakukan permainan logika seperti yang dimainkan hari ini. Dengan bantuan Mine-san, Kumi memenangkan permainan itu. Dan sebagai hukumannya, Kazuyo harus meminum cocktail yang sudah disiapkan, bernama “Salty dog”. Tidak lama sesudahnya Kazuyo pingsan.
Flash back selesai
Kogoro menuduh Mine-san yang berusaha membunuh Kazuyo sebulan yang lalu demi mempertahankan posisi Kumi. Tapi mengetahui Kumi hanya tertarik pada uangnya, Mine-san sekarang beralih ingin membunuh Kumi-chan. “Itu benar kan?” Kogoro mengakhiri analisisnya.
“Cocktail yang diminum Kazuyo-chan . . . adalah Salty Dog,” gumam Shincihi.
“Kenapa memangnya?” Tanya Kogoro.
“Dia memiliki tekanan darah yang relative tinggi dan dia biasanya minum obat penurun tekanan darah,” papar Mine-san.
“Mungkinkah itu ada hubungannya?” Shinichi semakin penasaran.
“Seperti yang diduga, itu benar,” sambung Mine-san lagi.
“Apa resep untuk cocktail Salty Dog?” Tanya Shinichi lagi.
“Vodka dan . . . jus grapefruit,” jawab detective Takagi.
“Minuman ini . . . jika diminum bersamaan dengan beberapa jenis obat, bisa menimbulkan efek samping dan membahayakan.” Shinichi menyimpulkan kalau penyebab tidak sadarnya Kazuyo pada peristiwa sebulan sebelumnya adalah karena meningkatnya tekanan darah akibat efek samping dari obat dan cocktail yang diminumnya. Shinichi masih penasaran dengan pelaku dan alasan sebenarnya pembunuhan ini.
Detective Takagi dan detective Sato lalu memeriksa Kazuyo. Mereka menemukan benar kalau Kazuyo selalu meminum obat untuk menurunkan tekanan darahnya. Kazuyo juga menunjukkan obatnya kepada kedua detective itu.
Irresolution causes the greatest harm, huh . . .” ucap Ran disebelah Shinichi yang masih asyik berpikir.
“Apa yang baru saja kau katakan?!”
“Eh? Ah . . . irresolution. Ketika kau tidak bisa mengubah pemikiranmu . . . Irresolution causes the greatest harm . . . “
“Siapa yang mengatakan padamu kutipan itu?” Shinichi semakin penasaran.
“Huh? Ah  . . . aku tadi mempelajarinya dari Kazuyo-san . . . tapi aku tidak mengerti arti kata Irresolution . . . “ keluh Ran.
“Aku tahu . . . jawaban dari persamaan kasus pembunuhan ini. Aku tahu hanya ada satu-satunya kebenaran.”
“Maaf membuatmu menunggu,” ucap Shinichi sambil kembali mendekat kea rah Mine-san.
“Kudo-kun, apa kau juga mencurigaiku?”
“Ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan padamu.”
“Silahkan,” ucap Mine-san mencoba tenang.
“Permainan satu bulan yang lalu, ketika Kazuyo pingsan. Apakah kau tahu kalau permainan itu diusulkan oleh Kazuyo sendiri?”
“Eh?!”
Shinichi lalu menjelaskan kalau permainan itu adalah atas inisiatif Kazuyo. Yang memilih penalty-game berupa cocktail itu juga Kazuyo sendiri, yakni Salty Dog.
“Kenapa dia membahayakan dirinya sendiri?” protes Mine-san.
“Bukankah Kazuyo-san melakukan permainan itu sebagai tes?”
“Tes? Tes apa?”
“Perasaan anda. Kazuyo-san ingin membuktikan, siapa yang akan dipilih oleh Mine-san, dirinya atau Kimi-san. Kau jelas sangat memahami aturan permainan itu. Karena tawaran menggiurkan dari Kumi, kau bisa saja membuat Kumi memenangkan permainan itu. Karena anda mengetahui obat yang diminumnya, Kazuyo-san percaya anda tidak akan membiarkannya kalah. Tapi, yang Mine-san pilih  . . . adalah Kumi-san. Penjahat yang membunuh Kumi-san . . . kau juga tahu siapa yang melakukannya kan? “
“Penjahat yang membunuh Kumi-san . . . adalah kau, Kazuyo. Mine-san mengatakannya, obat anti heipertensi yang kau minum tablet. Tapi yang kau bawa hari ini adalah kapsul. Racunya ada di dalam kapsul itu, iya kan?”
“Takagi-kun, selidiki itu!” detective Sato langsung bertindak.
“Descartes yang membuatku mengerti hubunganmu dengan Mine-san.”
“Descartes? Apa itu?” Kogoro nyambung tapi tidak ngerti.
“Rene Descartes. Matematikawan besar yang aku kagumi,” ucap Mine-san.
Only reason makes us human, Doubt is the beginning of knowledge. Keduanya kutipan dari Descartes. Dan . . . begitu juga kutipan yang dikatakan Kazuyo pada Ran. Irresolution is the cause of the greatest harm. Itu juga dari Descartes. Kazuyo-san, bukankah kau mempelajari matematika  . . . agar bisa mengikuti pembicaraan Mine-san?” tembak Shinichi.
Kazuyo-san lalu menceritakan pertama kalinya ia bertemu Mine-san. Mine-san sedang mengotak-atik tulisan di kertas, dengan bentuk kartesian/cartesius/system koordinat dua dimensi (hahaha  . . . berguna juga pengetahuan jadi anak IPA). Kazuyo tertarik dengan apa yang dilakukan oleh Mine-san.
“Sejak bekerja sebagai hostes, tidak ada orang yang mau bicara serius kepadaku seperti yang dia lakukan. Aku hanya ingin selalu bersamanya . . . “
“Kazuyo-san, bagimu tidak penting siapa yang berada di urutan 16, iya kan? Dan lagi, kau juga tidak peduli baik Mine-san atau ayah Ran—Kogoro—yang memberikan wine itu kepada Kumi-san. Siapapun yang yang berada di posisi 16 dengan wine beracun di tangannya, Kumi-san di posisi 20 pasti meminumnya,” ucap Shinichi lagi.
Kazuyo tidak bisa mengelak lagi. “Tidak ada yang bisa aku lakukan jika dia memilih wanita yang lebih cantik dibanding aku. Aku sudah tidak tahan terhadapnya,” Kazuyo lalu menceritakan kalau tidak sengaja ia mendengar pembicaraan Kumi dengan seseorang. Kumi ternyata hanya tertarik dengan uang Mine-san saja.
“Ia mempermainkan Mine-san . . . jadi aku pikir, aku tidak akan membiarkannya benar-benar melakukan itu pada Mine-san.”
“Jadi, untuk melindungi Mine-san, kau membunuh Kumi-san?” Tanya Shinichi.
“Seperti permainan satu bulan yang lalu ketika Mine-san membuat keputusan . . . aku juga memutuskannya.”
“Kenapa? Kenapa kau harus membunuh seseorang karenaku . . . aku yang terburuk,” sesal Mine-san kemudian.
Only reason makes us human. Maaf menyusahkanmu telah mengajariku matematika. Aku pikir, aku tetap saja bodoh . . . maaf,” Kazuyo lalu menyerahkan diri dan dibawa pergi oleh detective Sato.
“Paman, kenapa menurutmu Kazuyo-san harus melakukan itu? Dibanding membunuh, tidakkah ada cara lain yang lebih mudah,” ucap Shinichi pada Kogoro.
“Kau sudah mengatakannya tadi kan? Untuk lelaki yang ia cintai . . . dia belajar matematika dengan sepenuh hati. Dia ingin berguna baginya (Mine-san) sampai akhir. Apapun yang terjadi. Seperti itu,” papar Kogoro bijak.
“Kenapa?”
“Dengan melakukan semua ini, dia (Mine-san) akan tetap mengingatnya (Kazuyo-san) . . . meskipun kau detective besar, aku pikir kau tetap saja masih anak-anak, huh?”cibir Kogoro. “Jangan kira semua hal bisa diungkapkan secara jelas dan lugas. Manusia bukan metematika. Apa kau tahu hal yang paling menyusahkan pada orang yang tidak dapat ditebak?”
“Apa itu?” Shinichi penasaran.
“Hati wanita,” ucap Kogoro sambil beranjak pergi.
“Huh?”
“Bagaimana denganmu, Shinichi? Demi melindungi orang yang kau sayangi, apa kau juga akan membunuh?” Tanya Ran kemudian.
“Tidak peduli apa alasannya . . . pembunuhan tetaplah pembunuhan.
Kembali ke ruangan putih.
“Descartes”
Shinichi mengetikkan kata itu ke panel sentuh di hadapannya. Ruangan lain di sebelah terbuka. Tampak sebuah suntikan penawar di ruangan itu. Kogoro buru-buru menyeberang ke ruangan itu dan mengambil penawar itu. Belum sempat kembali pada Ran dan Shincihi, pintu ruangan mendadak menutup.
“Hei-bocah detective, aku mengandalkanmu,” ucap Kogoro sambil menyerahkan penawar itu pada Shinichi sesaat sebelum pintu itu terutup.
“Paman!” pintu tertutup. “Ran, jangan mati. Kau lebih baik jangan mati, Ran! Ran!” Shinichi membuka lengan baju Ran, dan dengan mulutnya dibukanya penutup suntikan itu. “Aku tidak akan membunuh seseorang hanya demi dirimu. Tapi . . . aku TIDAK AKAN membiarkan orang yang aku cintai mati.”
Shinichi menyuntikkan penawar itu ke tangan Ran.
“Ran! kau baik-baik saja?”
“Shinichi . . . dimana ayah?” Ran mulai benar-benar pulih.
“Dia terperangkap di ruangan sebelah,” ucap Shinichi dengan sangat menyesal.
Preview Episode 7
Shinichi berhasil menyelamatkan Ran tepat waktu. Kogoro terjebak di ruangan lain. Ran dan Shinichi kembali terjebak di ruangan putih dengan balon berwarna merah yang terus membesar dan mendesak mereka berdua.
Sonoko diculik !!!
Picture and written by Kelana
 

SINOPSIS Detective Conan: Kudo Shinichi e no Chousenjou (Detective Conan TV series 2011) episode 5

– Istri vs Kekasih, Harga Diri Wanita Penyebab Pembunuhan –

“Shinichi, cepat ingat tanggalnya?!” Ran semakin panik karena waktu di layar sentuh itu terus berjalan.
Ruangan berubah merah, dan kemudian . . . gelap. Sesaat kemudian, kembali terang.
“Apapun itu, ini suatu keberuntungan kan, bocah detective?” komentar Kogoro sejurus kemudian.
“Bukan, kau salah. Aku tidak mengetikkan apapun,” jawab Shinichi.
“Eh, jadi siapa?” kali ini Ran angkat bicara.

Shinichi memandangi lagi tanggal yang tampak di panel sentuh itu, mencoba mengingat-ingat sesuatu. “Ini benar . . . tanggal ini . . . insiden menyedihkan di tempat itu . . . “
12 Agustus 2010
Shinichi dan seorang gadis cantik duduk berhadap-hadapan di tangga. Kali ini tidak ada Ran.
“Aku tidak mengira . . . jika kau dan aku bisa bersama seperti ini.”
“Aku mencintaimu,” ucap Shinichi.
“Aku menginginkanmu,” balas gadis itu.
“Sekarang! Sekarang ciuman panas?!” ucap seorang laki-laki di depan mereka berdua kemudian. Lelaki itu adalah sutradara film, Nagata Akihiro.
“Ciuman? Itu tidak ada dalam script, iya kan?!” Shinichi protes dan segera menjauh dari gadis itu.
Ooooo . . . ternyata ini hanya sebuah adegan dalam suatu film, dimana Shinichi berperan sebagai seorang detective yang sedang bersama kekasihnya.
“Ikuti alur saja, mengalirlah dengan wajar. Detective ini bekerja dengan mendapatkan hati wanita untuk menemukan kebenaran yang dicarinya. Itulah kenapa ciuman penting,” komentar sutradara Nagata dengan santai.
“Ayo lakukan,” ajak wanita yang bersama Shinichi tadi. Ia adalah aktris pendatang baru, Ikusuri Saori.
Dari lantai atas tampak Ran berjalan dengan membawa minuman. Melihat Shinichi berdekatan dengan wanita lain, Ran kesal. Ia pun melemparkan botol minumannya ke kepala Shinichi.
“Pletak!”
“Aww!”
“Hmmft. Kenapa tidak dilakukan?” sindir Ran pada Shinichi.
Kontan Shinichi salah tingkah ketika tahu Ran melihat adegan tadi. “Bodoh, aku tidak bisa melakukannya.”
Sonoko kemudian muncul. Ia justru memanaskan suasana. “Kenapa dengan ciuman?” Sonoko mengatakan kalau Shinichi seharusnya tidak melewatkan kesempatan itu. Karena sutradara Nagata adalah salah satu sutradara besar Jepang.
Ran protes pada Sonoko. Rupanya Ran tidak diberi tahu kalau ada bagian dimana Shinichi harus berakting mesra dengan seorang wanita. (hahaha . . . cembokur ni rupanya)
“Kalau begitu, apa kalian mau mencobanya? Adegan ciuman mesra?” tawar sutradara Nagata pada Ran dan Shinichi.
Ran dan Shinichi saling pandang. Tapi sejuruh kemudian membuang muka. (hahaha . . . malu ya mas)
“Jadi kalian belum pernah berciuman?” tebak sutradara Nagata kemudian.
Ran dan Shinichi kembali saling memandang, salah tingkah.
Sutradara Nagata lalu mempraktekkan ciuman, yang dilakukannya tanpa malu-malu di depan mereka semua dengan aktris pendatang baru itu, Saori. Ran, Shinichi dan Sonoko hanya bisa kaget dan bengong melihat adegan di depannya itu.
Tiba-tiba dari arah pintu muncul seorang wanita. Dia adalah Nagata Chisato. Seorang aktris sekaligus istri dari sutradara Nagata.
“Jadi begini. Kau bohong soal syuting film,” Chisato marah melihat suaminya, sutradara Nagata sedang berciuman dengan Saori.
Ran dan Shinichi kaget. Hanya Sonoko yang menyadari kalau Chisato adalah seorang aktris terkenal.
Chisata yang benar-benar marah mengambil pisau pemotong buah di ruangan itu. Ia menodongkannya pada Saori. Tapi sutradara Nagata buru-buru melerainya. “Sudahlah. Kau (Chisato) istriku, dan dia (Saori) kekasihku. Harusnya kalian bisa akur,” sutradara Nagata lalu mengajak mereka semua minum teh bersama.
“Kana, tolong siapkan teh untuk kami semua,” ucap sutradara Nagata kemudian pada pengurus vilanya itu, Ishihara Kana.
Sutradara Nagata juga mengajak Ran, Shinichi dan Sonoko untuk bergabung. Dia juga memamerkan koleksi cangkirnya pada mereka dan mempersilahkan mereka semua untuk minum menggunakan cangkir manapun yang disukai. Suasana kembali membaik.
Chisato lalu mengeluarkan sebuah gula padat dan melarutkannya di cangkir teh suaminya, sutradara Nagata. “Kau (Siori) pasti tidak tahu kebiasaan suamiku ini kan,” cibir Chisato pada Saori yang duduk di kursi seberang.
Chisato lalu mengaduk teh itu dan mencicipinya, sebelum kemudian memberikannya pada suaminya. Sutradara Nagata menerima cangkir teh dari istrinya itu dan meminumnya. Tapi tidak lama kemudian, sutradara Nagata kesakitan dan . . . ambruk.
Seisi ruangan heboh. Shinichi buru-buru memeriksa nadi sutradara Nagata, dan dia . . . meninggal. Shinichi membaui aroma mulut korban, dan tercium aroma almond, “Potasium sianida, dia diracuni!” seru Shinichi.
Chisato yang mengetahui suaminya meninggal, mendadak pingsan. Ia lalu dibawa ke kamar. Tapi tidak lama kemudian ia siuman.
Sementara itu, semua orang yang tersisa menunggu di ruang tamu. Polisi sudah membawa mayat sutradara Nagata keluar, tapi sebelum jelas siapa pembunuh sutradara Nagata, mereka semua adalah saksi sekaligus tersangka.
“Berdasarkan situasinya . . . seseorang mencoba membunuh sutradara Nigata dengan memasukkan potassium sianida dalam tehnya. Masalahnya . . . siapa dan bagaimana dia memasukkan potassium sianida dalam teh sutradara Nagata?” Sonoko membuka pembicaraan.
“Pertama, kita semua tahu, kalau Kana-san yang membuat teh. Tapi Kana-san membuatnya langsung dari satu teko dan menuangkannya pada masing-masing cangkir,” Ran melanjutkan.
“Jika teh yang dibuat mengandung potassium sianida . . . maka kita semua akan keracunan juga. Mungkinkah dia lebih dulu meletakkan racun itu di dalam cangkir yang digunakan sutradara Nagata?” ucap Sonoko lagi.
Shinichi masih berpikir. “Tidak, itu tidak mungkin. Kita semua memilih cangkir teh secara  acak langsung dari lemari penyimpanan kan. Ini lebih tidak mungkin lagi memperkirakan cangkir mana yang akan dipilih dan digunakan oleh sutradara Nagata,” komentar Shinichi kemudian.
“Lalu bagaimana dengan Chisato-san?” Tanya Shinichi mengalihkan perhatian.
“Dia pingsan dan sekarang sedang istirahat di kamar,” jawab Kana-san.
“Bukankah kau yang membunuhnya?” tuduh Saori pada Kana.
Saori menuduh Kana yang melakukan pembunuhan terhadap sutradara Nagata, tapi Kana mengelak. Saori lalu mengatakan kalau hanya satu orang yang memiliki alasan untuk membunuh sutradara Nagata, dia adalah Chisato-san. Chisato tidak memaafkan kesalahan suaminya yang berselingkuh.
“Bukankah dia yang memasukkan sianida dalam gula kotak itu?” lanjut Saori.
“Tapi yang pertama meminum teh itu kan Chisato-san sendiri, iya kan?” protes Ran.
Saori mengatakan kalau hal itu bisa saja terjadi. Chisato-san meletakkan sianida di tengah gula kotak dan dia meminumnya terlebih dahulu sebelum itu meleleh.
Ran masih tidak percaya. Karena Chisato-san telah mengaduknya dulu. Dan meski kemungkinannya kecil, spekulasi Chisato-san cukup berani dengan meminumnya dulu sebelum racun itu menyebar dalam teh. Dan itu artinya ia membahayakan dirinya sendiri.
Saori mengambil tasnya, dan kemudian tiba-tiba jatuh sekotak potassium sianida. Shinichi curiga, Ran dan Sonoko kaget. Tapi Saori buru-buru mengelak, kalau itu bukan tasnya. Ia mengambil tas yang ada di kursi tempat Chisato-san duduk semula. “Tasku yang ini. Sutradara Nagata membelikanku tas dengan bentuk dan warna yang sama dengan milik Chisato.”
Chisato-san yang telah sadar dari pingsannya, dan keluar dari kamar. Ia . . . hilang ingatan.
“Ada kemungkinan jika seseorang akan kehilangan ingatan karena shock yang parah,” komentar Shinichi.
Tapi Saori tidak percaya. Ia mulai memaki Chisato. Saori lalu mengeluarkan sebuah majalah. Di majalah itu tampak Chisato bersama seorang actor muda pendatang baru, yang belakangan kemudian dicampakkannya.
Sonoko mengambil majalah yang dibuang Saori. Ia mengajak Ran dan Shinichi ke ruangan lain.
“Aku pikir aku tahu siapa lelaki yang bersama Chisato-san ini,” ucap Sonoko.
“Kau tahu dia?” Ran tidak percaya.
“Yeah. Kimura Keisuke. Dia adalah actor dari sebuah kelompok teater kecil . . . yang bunuh diri dua bulan setelah berita di majalah ini diterbitkan.”
“Bunuh diri?!” Shinichi heran.
“Aktris terkenal dengan actor pendatang baru. Bagaimana pun, tampaknya mereka tidak seimbang. Itulah kenapa saat Chisato-san dekat dengan lelaki muda untuk mengusir kebosanan . . . selanjutnya muncull rumor kalau dia membuang lelaki itu,” papar Sonoko.
Shinichi memperhatikan lebih dekat artikel itu. Ia pun menngambil foto artikel itu dengan ponselnya. (disini Shinichi pake ponsel canggih, hehehe . . . tapi kq punya Ran yang biasa ya?).
Shinichi keliling rumah itu. Ia bertemu Chisato-san.
“Kalau aku melihat sekeliling, aku mungkin bisa segera ingat,” ucap Chisato kemudian.
Shinichi pun menemani Chisato berkeliling. Pertama ke ruang kerja sutradara Nagata. Kemudian ke ruangan latihan sebelum pengambilan film, dan terakhir ke ruang perpustakaan sutradara Nagata. Chisato-san mengambil sebuah album.
“Itu proyek pertama yang anda kerjakan bersama sutradara Nagata,” ucap Shinichi.
Chisato membuka-buka file itu. Tampak beberapa foto bahagia ketika mereka bersama. “Menyedihkan bukan, ketika kau tidak ingat momen bahagia yang pernah kau alami,” sesal Chisato-san.
Shinichi membuka-buka ponselnya. Mencari tahu arti kata menggunakan fasilitas online, GLEGLE translate. (bukan Google lho ya . . .)
"A AUK KEEN SKI, apa artinya ini? Sea sparrow's sharp ski. Coba yang satunya . . .  A AUK SEEK INK, apa artinya ini? Sea sparrow seeks ink. Ini anagram!” seru Shinichi girang. (anagram adalah salah satu cara kuno untuk menyembunyikan kalimat/rahasia dengan mengubahnya menjadi kata/kalimat baru dengan makna baru pula. Hehe . . . jadi inget ‘teh da vinci code’)
Ran tiba-tiba sudah ada di belakangnya. “Kekhawatiran seorang detective, huh?”
“Diamlah. “
“Kau tidak punya petunjuk baik motive maupun pembunuh atau metode pembunuhannya kan?” Ran masih menggoda  Shinichi.
“Aku tahu dua diantaranya,” balas Shinichi tidak mau kalah.
“Eh? Kau tahu?” Ran tidak percaya.
“Dan yang tersisa . . . cara pembunuhannya,” Shinichi lalu beranjak dari ruang latihan itu. Di lantai atas, Shinichi menemukan seperangkat peralatan bermain golf. Di mengambil stik golf itu dan asyik mengamatinya. “Aku tahu  . . . aku tahu bagaimana itu dilakukan. Hanya ada satu kebenaran.”
“Apa kau berniat menghapus bukti itu?” tegur Shinichi melihat Kana muncul di ruang minum teh tadi. “Orang yang membunuh sutradara Nagata dengan potassium sianida . . . adalah kau, Ishihara Kana.”
“Apa yang kau katakan. Untuk alasan apa aku harus membunuh sutradara Nagata?” Kana mengelak.
“Sasaranmu sebenarnya bukanlah sutradara Nagata . . . tapi istrinya, Chisato-san, Kana-san,” ucap Shinichi lagi.
Dari arah belakang, muncul Ran, Sonoko dan Chisato-san.
“Bukankah laki-laki yang muncul di majalah bersama Chisato-san . . . adalah kekasihmu? Kau memiliki gelang keberuntungan yang sama dengan milik Keisuke-san di majalah ini. Dengan ini, jelas kalau kalian adalah sepasang kekasih. Pada permukaan kedua gelang itu, diukir beberapa kata dengan huruf latin. Pada gelang milik Keisuke, A AUK KEEN SKI. Pada gelangmu, A AUK SEEK INK. Keduanya adalah anagram. Ketika kau mengubah susunannya, maka akan muncul makna baru. Ketika ke 11 karakter itu diatur ulang, akan di dapat KEISUKE KANA. Dengan kata lain, nama kalian berdua. Kau ingin balas dendam pada Chisato-san . . . yang telah membuat kekasihmu bunuh diri . . . Cara yang kau gunakan bukan dengan membunuh Chisato-san, tapi membuatnya dituduh membunuh. Jadi kau mencoba membunuh sutradara Nagata dan melimpahkan kesalahan pada Chisato-san,” papar Shinichi.
“Bagaimana caranya? Kau bilang kalau aku yang meletakkan postsium sianida dalam teh?” Kana masih mengelak.
“Potasium sianida itu tidak dimasukkan dalam teh. Itu dioleskan pada bibir cangkir sebelumnya. Satu lagi . . . potassium sianida itu hanya dioleskan pada sisi sebelah kanan pegangan cangkir saja. Itulah kenapa Chisato-san yang mencicipi teh sutradara Nagata tidak meninggal. Umunya seseorang mengambil cangkir dengan tangannya yang dominan kan? Sutradara Nagata adalah satu-satunya orang yang kidal disini. Kau telah memastikannya sebelumnya. Sejak awal, kau tahu kalau Chisato-san tidak kidal. Jadi cangkir manapun yang diambil dari lemari penyimpanan, hanya sutradara Nagata yang akan keracunan potassium sianida. Yang menukar dan meletakkan kotak berisi potassium sianida pada tas Chisato-san juga kau kan? Jadi Saori akan menyadarinya setelah menemukan sianida di tas Chisato-san. Kau menyelesaikan semua ini dengan menghapus sianida dari semua cangkir.
Akhirnya Kana-san mengakuinya. Kalau ia melakukan ini untuk membalas dendam karena kekasihnya Keisuke dipermainkan. Chisato pernah menjanjikan akan menjadikan Keisuke seorang actor besar, tapi kemudian ia menghianati janji itu dan mengabaikan Keisuke seperti pakaian bekas. Keisuke akhirnya memilih bunuh diri. Kana berjanji untuk membalas dendam pada Chisato-san. Tapi karena Chisato hilang ingatan, akhirnya semua yang dilakukan Kana sia-sia. “Kau tidak akan ingat tentang masa lalu dan semua yang pernah kau lakukan,” ucap Kana kemudian.
“Tidak. Aku pikir kau telah melakukannya sangat sempurna. Tujuanmu pada akhirnya membua Chisato-san mengingat kejahatan yang pernah ia lakukan,” Shinichi lalu mengatakan kalau amnesia yang dialami Chisato adalah kebohongan.
Kana kaget.
“Ketika kau masuk ke ruangan gelap di basement/ruang data milik sutradara Nagata, kau tidak kesulitan menyalakan lampu. Jika kau benar amnesia, bagaimana kau akan tahu tempat menyalakan lampu,” papar Shinichi lagi.
“Aku tidak berpikir kau akan menyadarinya,” komentar Chisato yang telah kembali seperti semula setelah kebohongannya terbongkar.
“Tapi kenapa kau pura-pura amnesia?” Tanya Shinichi lagi.
“Ketika aku terbangun, disini, di ruang ini . . . kalian sedang meributkan tentang penemuan sianida di tasku. Aku pikir, ada orang yang menjebakku dan melimpahkan kesalahan padaku. Jadi aku berpikir untuk pura-pura amnesia, mungkin aku bisa menemukan pembunuh sebenarnya. Karena kau mengatahuinya . . . sepertinya aktingku belum cukup bagus,” ucap Chisato-san di depan Shinichi. “Kana-san, haruskah aku mengatakannya padamu? Alasan kenapa aku mengingkari janjiku pada Keisuke . . . karena ia tidak punya talenta menjadi actor. Sesimpel itu,” ucap Chisato lagi dengan santainya.
“Pada akhirnya, membunuh lelaki itu (sutradara Nagata) membuatmu kelihatan bodoh,” ucap Chisato pada Kana. “Lagipula . . . aku sudah tidak membutuhkannya lagi. Dia sudah tidak berguna bagiku. Terimakasih,” Chisato tersenyum
Seisi ruangan kaget dengan pengakuan Chisato. Ran dan Sonoko kesal yang apa yang baru diucapkan Chisato-san. Sementara Chisato sendiri tersenyum puas dengan apa yang terjadi hari ini. Dia sama sekali tidak menyesali kematian suaminya. Shinichi menghela napas pelan, tidak mengerti dengan jalan pikiran orang dewasa. Sementara Kana . . . menyesal karena telah membunuh sutradara Nagata. (mungkin gini kira2, “Kenapa ga Chisato aja sih yg aku bunuh?” gto dah)
Kembali ke ruangan putih. Shinichi menuliskan keyword di panel 
sentuh itu. “actress”. Pintu lain terbuka. Shinichi, Ran dan Kogoro pun masuk.
Tiba-tiba Ran ambruk. “Tiba-tiba, tubuhku mati rasa,” keluh Ran.
Sementara Shinichi memapah Ran, Kogoro menemukan sebuah jarum suntik di tubuh Ran. Kemudian tampak di layar sentuh “Jika tidak diberikan penawar tepat waktu . . . dia akan mati.” Kemudian muncul tanggal lain disana. 10 Juni 2010, dan sisa waktu . . . lima menit.
Preview episode 6
Ran terkena racun. Untuk mendapatkan penawarnya, dibutuhkan sebuah keyword, dan waktu yang tersisa . . . lima menit.
10 Juni 2010
Kasus pembunuhan yang terjadi di sebuah klub cabaret. Shinichi dan Ran bersama detective Tagaki melakukan penyamaran untuk menyelidiki sesuatu.
Picture and written by Kelana